Mohon tunggu...
Rudy Santoso
Rudy Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Writer, Memoaris, Influencer, Property Advisor.

Rudy Akasara_Nusa Kota Malang - 1974_writer Penulis - memoaris - influencer - property advisor.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Perjalanan Ruhani Menuju Tuhan, Allah Swt

28 Februari 2023   14:41 Diperbarui: 28 Februari 2023   14:43 2371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Tentang Perjalanan Ruhani Menuju Tuhan”

#.  Perjalanan menuju Tuhan, fase sebelum di lahirkan ke dunia.

Hakekatnya ketika manusia dilahirkan ke dunia fana ini adalah sebuah fase perjalanan menuju Tuhan. Tahapan ini bisa dikatakan fase yang ke dua, mencari jalan pulang menuju Allah Swt. Sebuah tahapan perjalanan ruhani menuju Sang Pencipta yaitu Allah Swt. Dalam perjalanan ruhani ini setiap manusia di wajibkan untuk berusaha mendekatkan diri. Interopeksi diri dan memperbaiki diri ketika mendapat ujiannya saat menjalani kehidupan di dunia. Setiap apa yang kita kerjakan, akan menerima pertanggung jawaban di kehidupan akherat nanti. Sebuah perjalanan ruhani dengan mendekatkan diri adalah salah satu tujuan yang mulia untuk mengenal Rabb-Nya, Allah Swt.

Akan tetapi sangat beresiko jika kita tidak memiliki pengetahuannya. Apalagi tanpa sesorang mursid yang membimbing melewati tahapannya. Sebuah tahapan perjalanan ruhani menuju Allah Swt yang wajib di landasi dengan hati bersih dan tulus. Hati yang ikhlas dan  tulus menjadi syarat utama jika menempuh jalan ini. Siapapun bisa menempuhnya dan tidak harus manusia yang berpikiran cerdas, berintelektual, untuk mengenal Allah Swt. Tidak jarang pengetahuan tetang syariat dan perbedaan madzab akan menjadi sebuah hijab. Menjadi penghalang dalam proses dan tahapan mendekatkan diri kepada Allah Swt. Perjalanan ruhani dengan mengenal diri sendiri sebagai  makhluk ciptaanNya, membuka jalan untuk mengenal  Allah Swt.

Kehidupan setiap jiwa atau ruh manusia sebelum dilahirkan ke dunia berada di alam ruh. Tempat berkumpulnya ruh atau jiwa sebelum mereka ditiupkan ke alam kandungan. Di jadikanlah setiap ruh berpasang-pasangan sesuai yang tertulis di dalam buku catatan takdir setiap manusia. Allah Swt telah mengambil perjanjian dan kesaksian setiap ruh, sebelum ruh ditiupkannya ke alam kandungan. Ini-lah peristiwa yang terjadi di alam ruh, ditahapan ini setiap jiwa atau ruh memulai perjalanannya. 

Sebuah fase pertama perjalanan dari alam ruh menuju alam kandungan atau sebelum titik nol/zero. Saat janin berusia tiga bulan dalam rahim ibu, ditiupkanlah ruh ke dalam diri seorang bayi. Tahapan awal kehidupan di alam kandungan atau  titik nol sebuah kehidupan. Hingga saatnya dilahirkan ke dunia menjadi seorang manusia dengan semua fitrahnya.

Pada hakekatnya tidak ada satu jiwa pun atau ruh yang lahir ke dunia. Kecuali Allah telah mengambil perjanjian dan kesaksian mereka di alam ruh. Allah Swt adalah Rabb sekalian alam dan tidak ada satu pun makhluk yang boleh mengingkari ke Esaan-Nya. Dimana setiap jiwa atau ruh telah diambil kesaksian dan perjanjian dengan Allah Swt. Di hadapan Allah Swt, Nabi Adam dan penduduk langit sebagai saksinya. Secara fitrah kadang manusia memang lupa akan perjanjian itu, dan Allah Swt pasti akan mengingatkan. Semoga kita selalu menjadi orang-orang yang diridoi Allah Swt, untuk memegang teguh kesaksian kita. Dinyatakan dalam Al Quran ayat di bawah ini :

“Dan mengapa kamu tidak beriman kepada Allah padahal Rasul menyerukan supaya kamu beriman kepada Tuhanmu. Dan sesungguhnya Dia (Allah) telah mengambil perjanjianmu, jika kamu adalah orang-orang yang beriman.”(QS. Al Hadid, 57 : 8).

#.  Perjalanan manusia di dunia, mencari jalan pulang menuju Allah Swt.

Perjalanan menuju Allah Swt menurut para sufi ibarat sebuah perjalanan mendaki gunung yang tinggi. Fase pertama perjalanan menuju Allah Swt dikatagorikan sebagai perjalanan yang sulit, terasa sempit, dan berliku. Dibutuhkan sebuah tekad yang kuat melangkah ke depan karena banyak rintangan dan godaan. Jejak langkah para sufi adalah jalan khusus yang berat untuk diikuti, namun tidak mustahil menjalaninya. 

Awal perjalanannya memang akan terasa berat dan terasa sangat panjang menapakinya. Menempuh perjalanan ruhani dengan dasar tekat yang kuat, akan menemukan jalan lebar yang lurus. Tanda dan rambu peringatan menuju jalan yang benar akan tampak. Petunjuk-petunjuk yang memberi sinyal peringatan dimana ranah yang berbahaya atau berbelok dari jalan kebenaran-Nya . Tetapi akan ada tempat-tempat peristirahatan yang akan ditemui sebelum mencapai tujuannya yaitu Allah, Swt."

Kerinduan seorang salik yang menempuh jalan kebenaran atau seorang sufi merangsang naluri spiritual di dalam dirinya. Yaitu naluri spiritual yang pasti mendorong hasrat untuk menjumpai dan menemukan Allah Swt. Hasrat yang sering dikenal sebagai eros religious atau hasrat keagamaan ini tak bisa dinafikkan. Siapa pun akan tergerak untuk memiliki hasrat tersebut untuk merasakan keberadaan-Nya. Hasrat yang didasari dengan rasa cinta, keikhlasan di dalam hati yang tulus akan menemukan jalan kebenaran-Nya. Jika hasrat dipenuhi dengan cinta yang menggebu kepada Tuhan, tidak ada lagi kata yang terucap. Tidak ada kata-kata yang tepat untuk melukiskan seluruh kecintaannya kepada Allah Swt. Dalam gelora cinta-Nya, kata-kata menjadi tidak bermakna.

Merujuk paradigma seorang sufi yang kita kenal Jalaluddin Rumi dalam Kitab Matsnawi. Dalam Kitab Matsnawi Rumi membedakan dua macam  hasrat ke agamaan ( Eros religios ) atau dua macam kesalehan. Dijelaskan oleh Jalalludin Rumi sebagai berikut :

  • Yang pertama adalah Kesalehan pulasan, yaitu meletakan suatu nilai pada segi dan sisi lahiriah. Seseorang yang dalam pelaksanaannya meletakkan kemuliaan secara harfiah terhadap teks-teks syariat. Keberagamaan yang berpegang teguh pada teks-teks syariat, tetapi melupakan keberadaan hakekat sebenarnya dalam ajaran itu sendiri.  
  • Yang kedua adalah Kesalehan Bayazid Al-Bustami. Yaitu kebergamaan yang menekankan pentingnya memelihara lahiriah agama, dengan tidak mengabaikan segi-segi batiniah. Keyakinan yang tulus seperti keimanan Bayazid Al-Bustami. Seorang tokoh sufi yang merintis jalan kesucian dan memberikan ketulusan imannya sepenuhnya kepada Allah Swt.

Dari kedua macam kesalehan atau hasrat keberagamaan di atas, Rumi mengingatkan kita dalam satu kondisi. Tentang ketulusan dan keikhlasan dalam hasrat kesalehan, sekecil apapun akan mengubah dunia ini. Kesalehan yang tidak didasari dengan ketulusan dan keikhlasan akan menjauhkan hakekat sebenarnya. Sebesar apapun kesalehan itu jika tidak tulus akan menjauhkan seseorang dari ajaran itu sendiri. Kesalehan dalam hakekat sebenarnya akan menguatkan keimanan seseorang. Dan keimanan yang sesungguhnya dapat menarik semua orang untuk memahami ajaran itu sendiri.  Yaitu dengan jalan berusaha mencari rahasia di setiap ibadah yang kita lakukan dengan hati tulus ikhlas.

Dalam proses perjalan ruhani menuju Tuhan, manusia selalu dihalangi oleh hijab. Ada banyak hijab, salah satu contohnya adalah keyakinan sesat. Artinya seperti kegelapan di dasar laut yang dalam, keraguan yang hadir menjadi hijab. Keraguan yang datang silih berganti kedalam hati, ibarat sebagai ombak yang saling berkaitan di lautan. Sehingga jalan menuju Tuhan sangat sulit untuk dilalui sampai kepada Yang Ilahi. Agar dapat mencapai ma'rifatullah, pengetahuan Allah, maka seseorang dapat mendalami dan menghayati alam. Di dalamnya terdapat makna Illahiah. Orang-orang berakal dapat memahami berbagai fenomena yang ada di alam, yang menunjukkan keagungan Sang Pencipta. Karena itulah Allah Swt berfirman : “Katakanlah, perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi,” (QS. Yunus : ayat 10).

#.  Paradigma Jalaluddin Rahkmat, tentang tahapan perjalanan ruhani menuju Allah Swt.

           Dalam buku The Road to Allah oleh Jalaluddin Rakhmat, beliau menyampaikan beberapa gagasan. Beliau menguraikan gagasan-gagasan menjadi 5 paradigma atau tahapan perjalanan ruhani menuju Allah Swt. Meskipun kelima paradigma ini menuai kritikan, seiring berjalannya waktu menyebar di seluruh negeri ini. Berikut adalah 5 paradigma Mazhab Jalali, dalam buku beliau The Road to Allah.

  • Paradigma Pertama, disampaikan dalam dakwah pertamanya. Bagi beliau keberagamaan yang dianut oleh umat beragama, tidak bisa lagi di kotak-kotakan. Dalam sebuah bingkai dikotonomi suatu madzab yang menyempit, tidak bisa dibatasi dan tidak bisa dibeda-bedakan. Dengan dasar keimanan yang tulus dengan tujuan membawa umat kembali kepada Allah Swt.  Yaitu satu cara beragama dengan menggali seluruh ilmu dari khazanah berbagai madzab yang ada. Beragama dengan keimanan yang murni akan menarik semua orang ke dalam keharibaan-Nya apapun bentuknya. Paradigma beliau ini di kenal dengan prinsip nonsektarianisme.
  • Paradigma Kedua, adalah tazawuf madzab cinta. Yaitu tahapan beragama yang sudah melewati batas atau sekat antar madzab. Di dalam tazawuf yang ada hanya cinta, madzab tak lagi bermakna. Hakekat nilai madzab tasawuf adalah kecintaan kepada Allah Swt, yang merupakan sumber utama kecintaan. Di mulai dengan mencintai Rosulnya, ahlul bait Nabi, dan kaum fakir miskin. Hal itu telah cukup jika di bandingkan dengan dunia ini dan isinya. Seorang Pecinta Allah Swt apabila sudah bersinar hatinya, akan dibersihkannya segala ingatan kecuali hanya kepada-Nya.
  • Paradigma Ketiga, Akhlak di atas Fiqih. Sebuah paradigma beliau mendahulukan Akhlak di atas Fiqih untuk meninggalkan perbedaan. Rosulullah mensyiarkan agama islam, berada di antara semua umat untuk menegakkan akhlak umat manusia. Mengutamakan akhlak demi persaudaraan dan kerukunan umat muslim dari pada fiqih. Perbedaan madzab, tata cara fiqih di kalangan umat muslim, sering menimbulkan perselisihan dan perdebatan. Para ulama dan umat yang berbeda madzab, hanya mencapai bagian terluar dari ajaran agama. Pada dimensi eksitoris suatu agama atau keyakinan, hanya akan menimbulkan perdebatan. Jika lebih dalam mempelajari subtansi dari ajaran agama, semua madzab akan menemukan titik temu.
  • Paradigma Keempat, sebuah gagasan yang mengusung Pluralisme. Paradigma yang relevan dengan kebutuhan umat manusia untuk berbagi ruang hidup di tengah perbedaan. Bersikap toleransi atas perbedaan madzab, perbedaan tata cara fiqih di antara umat muslim. Paradigma ini sangat diperlukannya kajian-kajian, dialog, diskusi dan sikap  toleran untuk meninggalkan perbedaan itu sendiri. Perjalan menuju Allah Swt yang di jalani para sufi, tidaklah meninggalkan syariat yang di rumuskan para ulama. Perjalanan ruhani berupaya menemukan bahwa di balik perbedaan syariat, terdapat kesamaan tarekat dan hakekat.
  • Paradigma Kelima, sebuah gagasan tasawuf dibekali dengan amalan dan pedoman praktis untuk menjalaninya. Paradigma ini merupakan pengembangan dari paradigma yang kedua. Merupakan tahapan akhir setiap umat yang menempuh jalan menuju Allah Swt. Perjalanan bertasawuf di awali dengan membersihkan diri yang disebut takhliyyah. Yaitu mengosongkan diri, membersihkan diri atau menyucikan diri sebelum memulai bertasawuf. Dengan mengerjakan 3 hal yang harus kita jalani, lapar, diam dan shaum. Lapar merupakan usaha kita untuk membersihkan dari tunduknya diri kita dari hawa nafsu. Diam merupakan usaha kita membersihkan hati dari semua penyakit hati.

Ketika seorang melakukan perjalanan ruhani menuju Allah Swt, dalam hidupnya senantiasa menuju kehadirat Allah Swt. Manusia di ciptakan oleh Allah Swt dari 7 unsur saripati tanah atau nutfah. Sifat kemanusiaan atau basyariyyah menjadikan selalu kotor dan hina karena di ciptakan dari tanah. Seorang yang berjalan menuju Allah Swt, berusaha menafikan kekotoran basyariyyahnya. Ingin menafikan sifat tanahnya dan ingin menyerap unsur Ruh Allah Swt yang ditiupkan kepadanya. Meninggalkan sifat tanahnya dan pergi memulai perjalanan ruhani menuju Allah Swt. Perjalan ruhani dari unsur tanah menuju unsur Illahiah, ini-lah yang disebut Tasawuf. Memasuki semua akhlak yang mulia dan meninggalkan akhlak yang tercela.

Semoga kita menjadi para penempuh jalan kesucian dalam perjalanan pulang menuju Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, Allah Swt.

Malang,  Februari 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun