Mohon tunggu...
Aksara Kugie
Aksara Kugie Mohon Tunggu... wiraswasta -

Kugie adalah manusia perangkai kata. Pensil kecil bagi dunia. Yang mengusik batin lewat aksara. Dan bercanda jenaka dengan cerita. (aksarakugie.blogspot.com)

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Wisata Baru di Tepian Jakarta

13 November 2011   20:29 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:42 1280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Taman Hijau yang Asri Mencari udara segar dan suasana hijau di tengah-tengah kota Jakarta kelihatannya bukan suatu hal yang mudah.  Saya menuju ke Ancol dengan tujuan Ocean Ecopark, sebuah tempat baru yang pernah saya dengar dari seorang sahabat yang sering meluangkan waktu bersepeda di sana. Apa hebatnya dibanding dengan taman-taman lain yang ada di Jakarta? Saya bertanya-tanya dalam hati. Berlokasi di bekas lapangan golf Ancol, Ecopark ternyata benar-benar lahan hijau yang asri dengan penataan ruang yang baik. Kita bisa menemukan danau yang memanjang dan dihiasi sekumpulan angsa yang asyik menikmati alam. Di salah satu sudut, tampak oleh saya sekelompok orang yang sedang menebarkan makanan ikan ke dalam danau dari ujung dermaga.  Saya buru-buru mendekat, berusaha melihat lebih jelas. Sontak, ikan-ikan berkerumun ketika makanan yang ditabur menyentuh permukaan air. Sepertinya ada puluhan mulut ikan yang tiba-tiba muncul seolah menyapa hangat kehadiran pengunjung yang berdiri di dermaga kecil itu. Puas dengan ikan-ikan yang lucu itu, saya melihat sekumpulan rusa di seberang danau. Saya berusaha mendekat namun sayang pintu ke rusa-rusa itu tertutup. Mungkin taman rusa itu sedang dalam perawatan sehingga tidak dibuka untuk sementara. Mengamati jalan yang saya lalui, rupanya jogging track yang ada cukup panjang juga, Ecopark memang memiliki standar diatas rata-rata taman kota atau taman jogging yang biasa berada di area perumahan. Bila suka bersepeda, di Ecopark disediakan jalur khusus berkontur yang meliuk-liuk dan akan membuat kita tidak bosan mengayuh pedal sepeda. Tapi saya tidak membawa sepeda. Untungnya, disana disediakan sepeda yang bisa disewa. [caption id="attachment_150185" align="aligncenter" width="614" caption="Gambar suasana Ecopark (Foto-foto:koleksi pribadi)"][/caption] Selain sepeda, di Ecopark ada beberapa permainan yang bisa disewa. Anda bisa mengelilingi area dengan mengendarai Segway atau golf car?. Jika anda menyukai air, anda bisa mencoba berjalan di dalam bola raksasa yang mengambang diatas air.  Seru bukan? Saya dapat merasakan bagaimana lahan seluas 33,6 hektar ini,  berhasil ditata dengan baik.Dari salah satu petugas yang berada di lokasi saya mendapatkan informasi bahwa  ruang terbuka hijau ini bisa disewa untuk acara outdoor.  Sebagai penggemar acara outdoor saya rasa acara cocktail party akan sangat menyenangkan di tempat seperti ini. Siapa yang tidak senang menikmati finger food sambil menikmati indahnya alam di Ecopark. Kalau takut dengan cuaca yang dapat berubah tiba-tiba, hujan atau panas, ada sebuah ruangan di lantai dua yang disewakan. Walau menyatu dengan bangunan utama di bagian depan, tapi  pada bagian yang menghadap taman didominasi  bukaan sehingga kita masih bisa menikmati suasana alam dari dalam. [caption id="attachment_150186" align="aligncenter" width="614" caption="Gambar kiri-atas: mengitari taman dengan Segway. Gambar tengah-atas: asyiknya bermain waterball. Gambar kiri-bawah: arena paint ball. Gambar tengah-bawah: Golfcar yang bisa disewa untuk berkeliling taman. Gambar kanan: petunjuk khusus untuk jalur bersepeda. (Foto-foto: koleksi pribadi)"][/caption] Sebuah Panggung Karnaval Yang paling dikenal di Ecopark tentunya wahana Fantastique Magic Fountain Show. Saya pernah melihat iklan Fantastique di layar TV, sebuah wahana pertunjukan musikal yang menjanjikan pertunjukan multimedia bertaraf  internasional. Berbekal rasa penasaran, saya melangkahkan kaki menuju loket. Saya membeli dua tiket pertunjukan. Masing-masing seharga Rp 50.000 (hari biasa, sementara weekend Rp.60.000). [caption id="attachment_150187" align="aligncenter" width="614" caption="Gambar kiri-atas: fasilitas mushola yang asri. Gambar kiri-bawah: salah satu bagian bangunan yang menurut petugas di lokasi, bisa disewa. Gambar kanan: bagian muka Fantastique. (Foto-foto: koleksi pribadi)"][/caption] Sore hari mulai menjelang ditandai oleh nyala lampu-lampu hias yang bergantungan di pepohonan. Beberapa patung komodo tampak menemani para pengunjung Fantastique  yang sedang asik menikmati cup corn sambil mendengarkan alunan lagu-lagu bernuansa reggae yang dimainkan di atas panggung kecil. Saya sedang menikmati alunan lagu Lazy Song-nya Bruno Mars saat menyaksikan seorang Ibu menjelaskan tentang kekayaan fauna nusantara ketika usai mengabadikan anak tersebut dibawah patung komodo yang berwarna tembaga dengan sebuah kamera saku. [caption id="attachment_150188" align="aligncenter" width="614" caption="Gambar temaram lampu dan patung-patung komodo di bagian depan gedung Fantastique. (Foto-foto: koleksi pribadi)"][/caption] Tepat pukul 18:30, pintu antrian akan dibuka. Saya mengantri paling depan. Saya menyaksikan beraneka ragam orang yang ikut mengantri. Dari sekumpulan anak sekolah, orang kantoran yang bereuni bersama sahabat almamater mereka, keluarga, atau pasangan kekasih.  Saya memilih tempat duduk di baris ke empat, tepat di lajur tengah ketika seorang petugas dengan ramah menyapa, "selamat datang silahkan menikmati dari best view". Masih 30 menit sebelum pertunjukan dimulai. Saya mengamati panggung dan danau yang mengelilinginya. Dari kejauhan, sebuah istana batu berdiri kokoh. Pertunjukan dibuka pada pukul 19:00 dengan bunyi gong beberapa kali. Penonton serentak terdiam, menantikan kejutan yang akan muncul di tengah-tengah panggung. Tidak lama kemudian munculah tokoh-tokoh Doki, Dolpin dan Kombi. Mereka mewakili dunia fauna yang ada di nusantara. Selain mereka tentunya ada tokoh yang mewakili manusia: Timi Emi, Limbi dan Cepi. Musik pun berbunyi ketika sebuah lirik rap mengatakan, ”pada mulanya...., manusia, flora dan fauna hidup berjuang untuk alam.” Ternyata pesan-pesan tentang lingkungan hidup yang terasa di area Ecopark secara konsisten berhasil dikomunikasikan kembali di Fantastique. Theme song terdengar sangat apik berkat kreatifitas Djaduk Ferianto. Lagu bersambung.  Dua perahu yang dihiasi oleh lampu neon masing-masing muncul dari sisi kiri dan kanan panggung ketika lagu jali-jali dinyanyikan dengan tata suara yang sangat mumpuni. Medle dilanjutkan dengan Sinandang Tulo, Ampar-Ampar Pisang, Meong-Meong dan Yangko Rambe Yangko.  Atraksi tarian yang didukung oleh Jember  Fashion Carnaval (JFC) memang terlihat semarak dengan paduan kostum tradisional yang dibumbui tema back to nature. JFC sendiri pernah mendapatkan peringkat 7 karnaval terheboh di dunia.  Penampilan JFC perlu diakui mampu membawakan lagu-lagu tradisional dalam sebuah hidangan karnaval kelas international. Bertemu Buto Ijo Tiba-tiba saja kejutan yang ditunggu-tunggu muncul, sesosok raksasa bernama Buto Ijo muncul di layar yang terbentuk dari lapisan air mancur. Resolusi 3D-nya sangat mengagumkan. Kejernihan gambarnya  sebanding dengan keindahan akustik yang lebih dulu memanjakan telinga. Kemunculan Buto Ijo ini membuat saya sadar bahwa cerita yang dipertunjukan adalah cerita rakyat Timun Mas, kisah tentang Buto Ijo yang mengejar-ngejar Timun Mas untuk diperistri. Tapi kali ini cerita rakyat itu disuguhkan dengan dukungan teknologi multimedia. Rasanya benar-benar sangat berbeda.  Percakapan terjadi antara beberapa tokoh 3D yang muncul di tiga titik yang berbeda sungguh sebuah tontonan yang memanjakan mata.  Dialog antar pelakon di atas panggung (Timi Emi, Limbi dan Cepi)  dengan  tokoh 3D (Buto Ijo dan dua kroni-nya) membuat pertunjukan menjadi multi dimensi. Sesekali semburan api muncul dari panggung. Hangatnya sampai terasa dari tempat dimana saya duduk. Tiba-tiba saja semburan air muncul dari dua titik di panggung. Walau sudah saya duga sebelumnya bahwa pertunjukan tidak akan luput dari siraman air, tapi saya tidak menduga kalau siraman tersebut muncul secara otomatis dari atas panggung.  Angin membawa sedikit percikan air itu ke wajah saya. Pancaran sinar laser tiba-tiba saja muncul dan menyambar-nyambar di atas kepala saya. Garis-garis cahaya berwarna hijau yang asyik menari-menari di kegelapan malam, membuat para penonton berdecak kagum. Saya menikmatinya sambil berpikir kalau senjata pamungkas dari pertunjukan ini sudah keluar. Tidak lama kemudian, saya dikejutkan dengan layar raksasa yang dibentuk dari bangunan benteng kerajaan yang terbuat dari batu dan berdiri tegap di hadapan saya. Ternyata tarian sinar laser itu belum apa-apa. Saya melihat jauh ke seberang danau. Gambar pesawat-pesawat terbang yang menapak di dinding bangunan tersebut sekali lagi membuat saya terpukau. Sekali lagi, keindahan seni grafis berselera tinggi membuat saya menahan nafas. Sebuah pemandangan yang belum pernah saya saksikan sebelumnya. Cerita terus berlangsung sampai Timi Emi melemparkan terasi saktinya kepada Buto Ijo. Sekali lagi air mancur membentuk layar raksasa dimana sebuah film animasi 3D resolusi tinggi ditembakan. Kali ini Buto Ijo tampak tenggelam kedalam air. Kebaikan kembali mengalahkan yang jahat. Cerita berakhir happy ending dan penonton saling tersenyum puas kepada sahabat atau keluarga ketika kembang api tiba-tiba  meluncur dan pecah mewarnai langit malam. Pertunjukan yang berlangsung 30 menit rasanya terlalu cepat usai. Tidak ada sedikit waktu pun dimana saya merasa tidak dibuat terpukau. Di akhir pertunjukan yang terasa singkat, saya menyempatkan berfoto dengan personil inti dari pertunjukan. Tentu, saya harus sabar mengantri karena begitu banyak penonton tumpah ruah memenuhi panggung dengan tujuan yang sama. Saya harus berfoto dengan tokoh utama, begitu pikir saya. Siapa lagi kalau bukan dengan Timi Emi, Limbi dan Cepi. Mereka ternyata dimainkan oleh para penari profesional dengan arahan sutradara N. Riantiarno. Pantas diacungkan jempol. [caption id="attachment_150189" align="aligncenter" width="614" caption="Gambar 2 dan 3 dari atas: suasana pertunjukan di Fantastique. Gambar 4 dari atas: saya menyempatkan diri berfoto dengan pemeran Timi Emi, Limbi dan Cepi"][/caption] Ketika Nilai Tradisional Dikemas Ulang Fantastique adalah tempat hiburan bagi siapapun yang ingin menikmati nilai budaya bangsa dengan besutan teknologi multimedia terkini. Disaat kita mulai terbuai dengan wahana-wahana permainan atau tontonan modern yang sarat dengan nuansa asing, Fantastique menawarkan  sebaliknya. Fantastique seolah menggugah kita kembali untuk menghargai kekayaan tradisional yang kita miliki. Bahkan lebih dari itu, kekayaan tradisional itu terbukti bisa  disajikan dengan cara berbeda sehingga cukup relevan dengan perkembangan jaman. Selain itu, pesan-pesan moral untuk menghargai alam juga berhasil diselipkan dalam pertunjukan yang sarat teknologi tersebut. Dan tentunya pesan-pesan tersebut layak untuk ditanamkan kepada putra dan putri kita yang akan menjadi pewaris negeri. Kesimpulan terakhir saya adalah: Fantastique berhasil menciptakan standar baru dalam dunia rekreasi di Indonesia tanpa melupakan nilai budaya bangsa. Tentunya liputan ini tidak dapat menggambarkan seluruh pengalaman yang saya rasakan. Terlalu banyak kejutan untuk digambarkan satu persatu. Anda harus menikmatinya sendiri, bersama teman atau keluarga. Seperti janji Timi Emi ketika menyudahi pertunjukan, "kami akan hadir dengan cerita yang lain", saya berharap setelah ini akan ada cerita rakyat lainnya yang segera disajikan disana, entah Malin Kundang, Roro Jonggrang atau Sangkuriang. Saya berharap bisa kembali duduk di baris ke empat dan memanjakan panca indra saya. Untuk melihat rekaman videonya (bagian penutup) silahkan click: http://www.youtube.com/watch?v=Zr2WMIUf8BY link facebook >  http://www.facebook.com/uki.lukas/posts/182388761849982 link twitter > https://twitter.com/#!/ukilukas/status/14368661303212

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun