[caption id="" align="aligncenter" width="620" caption="Iklan Politik Presiden RI untuk Partai Demokrat (Sumber: Kompas.Com)"][/caption]
Independensi KPK terus menuai kritikan oleh berbagai kalangan. Penilaian menurunnya citra KPK tak terlepas dari kinerja KPK saat ini yang terlihat mengalami penurunan dari masa-masa sebelumnya. Kasus-kasus besar yang diduga ada kaitannya dengan kekuasaan, tampak masih berjalan di tempat. Berbeda halnya dengan kasus-kasus lainnya yang secara politik berseberangan dengan pemegang kekuasaan, meskipun nominalnya jauh lebih kecil massif ditangani.
Menurut pengasuh komunitas Lawang Ngajeng Gus Wahyu NH Aly, menurunnya keseriusan KPK tidak terlepas dengan pergantian pemimpinnya. Di masa Antasari, kasus-kasus besar berani ditangani. Dimasukannya ke penjara Aulia Pohan besan SBY dan Artalyta teman karib Ani Yudhoyono, Gus Wahyu menilainya sebagai kenyataan sejarah. Berbeda KPK di bawah kepemimpinan Abraham Samad, kasus-kasus besar seperti Century hanya menjadi pemanis janji, dan ironinya juga janjinya tentang mega skandal ini tak ditunaikan.
Mengutip ungkapan langsung yang menarik, Gus Wahyu memberikan penilaian KPK di bawah kepemimpinan Abraham Samad, "Century-BLBI dengan Hambalang bak semut dan gajah. Semut di seberang laut keliatan, gajah di peluput mata tak tampak."
Gus Wahyu, pengasuh komunitas kultural yang cukup besar -atau mungkin terbesar di Indonesia sebagaimana pernah dikatakan ketua umum Demokrat saat itu, Anas Urbaningrum, dan wakil DPR RI Priyo Budi Santoso- juga secara tegas mengatakan, KPK dibawah kenadali Abraham Samad tidak seapik pada masa kepemimpinan Antasari. Menurut budayawan yang aktif menggelar kajian budaya di beberapa daerah di Indonesia, Gus Wahyu, adanya perubahan iklim tersebut juga tak terlepas dari proses pemilihan pimpinan KPK yang ditentukan secara politis.
Lebih lanjut, Gus Wahyu memberikan kritik yang cukup pedas, dengan mengatakan jargon KPK "Jujur itu Hebat" hanya sekedar pencitraan ala pemerintah saat ini. Kritikan Gus Wahyu ini tampaknya karena geram melihat KPK hingga kini tidak mampu mengusut kasus-kasus korupsi yang diduga melibatkan pejabat Negara seperti kasus dugaan korupsi skandal Bank Century, pemberi sponsor cek pelawat dalam pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (DGSBI), PON di Riau, DPID yang diduga melibatkan pimpinan Badan Anggaran (Banggar) DPR.
Permasalahan KPK yang dikritisi budayawan asal Kebumen ini, juga tak berhenti pada merosotnya kinerja KPK. Kasus hukum pembocoran Sprindik juga menjadi bidikan serius oleh Gus Wahyu. Menurutnya, baru di masa Abraham Samad, KPK terkasus hukum pidana dengan membocorkan kerahasiaan negara.
Gus Wahyu mengaku merasa tergelitik akan keadaan KPK yang semrawut di bawah kepemimpinan Abraham Samad ini bersamaan dengan rusaknya etika politik Demokrat yang selama ini diiklankan di media yang berbiaya mahal. Ia melihatnya, solidaritas sesama kader Demokrat buruk, tampak dengan tidak adanya upaya bersama mengawal mantan ketua umumnya, Anas Urbaningrum.
Menurut Gus Wahyu, bila benar kader Demokrat tidak berpihak pada kepentingan pribadi an sich, setidaknya orang yang pernah berjuang bersama di partainya, terlebih ketua umumnya, secara masal tidak dihakimi dengan permainan politik yang anarkis baik sebelum penetapan kasus hukumnya sebagai tersangka ataupun setelahnya. Melainkan didampingi tanpa turut mengintervensi kasus hukum yang sedang dijalaninya. []
Disarikan dari beberapa pandangan Gus Wahyu NH Aly yang  dibaca di:
1) Gus Wahyu NH Aly: "Berita Anas Tak Seseksi Century" ::