Mohon tunggu...
Akrim Lahasbi
Akrim Lahasbi Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Lulusan S1, sedang mencari Beasiswa untuk S2 | Penulis Frelance | Kader IMM | Penulis Buku Indonesia, Pemuda Dan Krisis Pemikiran | Buku Ironi Bangsaku | Wakil Presiden Mahasiswa ITB Ahmad Dahlan Jakarta. Email : akrimlahasbi8@gmail.com Wa : 0812-3898-4942

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menelaah Model Perkaderan Konservatif dan Observatif

16 November 2021   09:35 Diperbarui: 16 November 2021   09:38 1022
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Berbicara perihal perkaderan dalam suatu organisasi tidak terlepas dari aspek kebutuhan, budaya dan nilai. Dimana jenis perkaderan yang bermacam-macam dan modelnya juga variatif, membuat kita harus memamahi ranah perkaderan seperti bagaimana yang dapat memberikan impact yang baik kepada calon kader tersebut.

Tentu saja, tujuan dari perkaderan adalah merekrut kader atau umumnya anggota untuk masuk ke dalam organisasi. Perkaderan juga merupakan pintu awal seorang kader di tempah dan dibina tentang nilai-nilai idelogis dengan tinjauan dialogis yang dapat memberikan keyakinan lebih bahwa organisasi yang dipilih dan diikuti adalah organisasi yang dapat menjawab apa yang menjadi keinginan dan kebutuhan dari kader itu sendiri.

Menurut KBBI perkaderan/pengkaderan ialah cara, proses, tindakan mendidik atau membentuk seorang kader. Pada istilah umum, pengkaderan merupakan suatu upaya sistematis untuk mengembangkan sumber daya manusia. Demikian dalam hal ini, apapun organisasinya pastinya menggunakan perkaderan sebagai akses awal dalam membentuk, membina dalam kurung waktu dan tujuan dengan menggunakan model yang disepakati sebagai suatu rencana pendidikan pengembangan kader.

Perkaderan Konsevatif

Istilah perkaderan konservatif ialah salah satu dari sekian banyak istilah yang ada, dimana saya memandang dari aspek kata yang dapat mempengaruh maksud yang berbeda dari apa yang dipikirkan oleh kita sendiri. Konservatif dalam KBBI : bersikap mempertahankan keadaan, kebiasaan, dan tradisi yang berlaku. 

Dari arti kata konsevatif sendiri dapat kita pahami, bahwa perkaderan konservatif adalah suatu bentuk cara, proses mendidik atau pengembangan sumber daya manusia dengan keadaan yang ada, kebiasaan sering digunakan atau menggunakan metode perkaderan berdasarkan tradisi yang berlaku di dalam organisasi.

Sederhananya, perkaderan konservatif merupakan perkaderan yang berdasarkan sistem kultural yang sudah sebelumnya dilakukan dan dilanjutkan sebagai bentuk sesuatu yang sudah ada. Hal demikian mempengaruhi pada proses perkaderan, seperti perkaderan yang dilakukan dengan cara membangun dinamika saling memarahi, memukul karena tindakan peserta keliru atau salah untuk mengasah mental, kekuatan fisik dan lain-lain.

Perkaderan demikian bisa dikatakan perkaderan yang militeristik di kampus. Akan tetapi jika perkaderan konservatif atau militeristik tersebut dilakukan di kalangan mahasiswa menurut saya tidak terlalu efektif, sebab unsur kultural dalam proses perkaderan yang buat cenderung menciderai mental, bukan mengasah mental, mematikan kreativitas berpikir, bukan berpikir kritis serta dari kecenderungan tersebut juga berdampak pada gangguan psikologis.

Alm.Gilang Endi Saputra yang meninggal karena diketahui adanya tindakan kekerasan pada masa Diksar Menwa UNS dan pengeroyokan mahasiswa di Politeknik Negeri Sriwijaya menjadi kasus terbaru dari sekian banyak kejadian-kejadian terkait adanya tindakan amoral pada masa perkaderan berlangsung.

Tentu saja tindakan-tindakan diatas bukan satu dua kali saja tetapi tercatat sejak pada masa lampau dunia organisasi yang ada di kampus sudah mewariskan perkaderan yang bersifat konservatif yang membudaya. Pada era perkembangan saat ini sudah seharusnya bentuk perkaderan yang dilakukan sudah pada tataran pengembangan kualitas, skill, critical thinking, serta problem solving.

Puncaknya dari proses perkaderan konservatif yang sering kita amati ialah pengambil alian proses perkaderan kepada kelompok senior yang menimbulkan sifat senioritas yang menggunung sehingga lingkungan perkaderan seolah dalam toxic karena adanya senioritas.

Perkaderan Observatif 

Perkaderan observatif merupakan salah satu istilah baru tetapi bukan istilah yang tabu untuk dimengerti oleh kita semua sebagai orang-orang yang ada dalam organisasi. Perkaderan observatif juga perbandingan dari perkaderan konsevatif.

Kata observatif berakar kata dari observasi yang berarti : " kegiatan yang biasa dilakukan atau suatu aktivitas dalam penelitian (perkaderan, pengembangan, pelatihan) untuk mendapatkan informasi dari suatu fenomena yang ada." Jika pada perkaderan konservatif mengedepankan aspek budaya yang berlaku atau mempertahankan kebiasaan dalam perkaderan, maka perkaderan observatif lebih mengutamakan menelaah suatu informasi untuk dicarikan jalan keluar atau problem solving.

Pada perkaderan observatif, individu atau anggota organisasi diarahkan dengan model perkaderan yang moderen seperti materi, analisis, focus grup diskusi atau sosial grup diskusi bermuara pada keterlibatan aktif anggota organisasi ditengah masyarakat.

Perkaderan observatif seperti ini sering kita temukan di perkaderan organisasi pergerakan seperti IMM, HMI, PMII dan lainnya, dengan pedoman perkaderannya dan pedoman organisasinya yang digunakan sebagai acuan-acuan utama dari mulai kegiatan sampai berakhirnya kegiatan dengan tujuan yang sudah ditentukan bersama melalui dialog sebelumnya.

Awal ketika saya berorganisasi, pada proses perkaderan selalu dicekokin dengan materi, pada proses tersebut unsur senior hanya sebagai fasilitator yang tidak bisa memiliki kuasa untuk mengeksploitasi anggota untuk nurut dan patut, tetapi harus melakukan diskusi maupun dialog yang bersifat solutif. Tentu saja pada tataran berikutnya dilakukan pengamatan terhadap materi dan kaitannya dengan kondisi masyarakat, bangsa dan negara lalu dibuatlah forum problem solving.

Dalam perkaderan observatif yang perlu di perhatian ialah model yang gunakan tidak boleh menyimpang dari pedoman perkaderan organisasi sudah digariskan dan disepakati, harus memiliki integrasi antara fungsi perkaderan dan tujuan perkaderan dalam suatu organisasi. Perkaderan observatif juga tidak hanya dilakukan oleh organisasi-organisasi pergerakan tetapi lebih banyak diterapkan di kalangan komunitas, perusahaan mikro yang sedang dalam proses pengembangan karyawan.

Maka dari itu, baik perkaderan konservatif maupaun observatif sama baiknya digunakan jika tidak ada perilaku dan kesepakatan dinamika yang menyimpang. Pada aspek konservatif tentu saja baik sebagai pelestarian model budaya perkaderan dari masa ke masa tetapi harus mengedepankan moderenitas grand desain perkaderan, pula dengan perkaderan observatif juga harus memunculkan kreativitas, inovasi dari pengamatan dalam masa atau pasca perkaderan sebagai unsur utama menemukan problem solving dari observasi-observasi yang dilakukan baik itu kesepakatan pimpinan, instruktur, narasumber dan peserta perkaderan serta para unsur yang terlibat dalam perkaderan.

Mari Membangun Nalar Dengan Hati....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun