Real Madrid tampil perkasa setelah memaksa sang tamu, Borussia Dortmund, bertekuk lutut pada laga lanjutan UEFA Champions League musim 2024/25. Tak tanggung-tanggung, El Real melibas habis mereka dengan skor 5-2.
Laga yang berlangsung dini hari tadi tersaju dengan cukup sengit. Mulanya Dortmund memimpin terlebih dulu di babak pertama melalui Donyel Malen dan Jamie Bynoe-Gittens.
Namun, entah apa yang ada di pikiran pelatih Borussia Dortmund, yakniNuri Sahin. Sosok yang pernah membela kedua tim ini semasa menjadi pemain justru menunjukkan sikap inferior. Dirinya seakan tak pede dengan kemampuan para pemain dan taktik racikannya sendiri pasca babak pertama usai.
Alih-alih mempertahankan skema permainan yang sudah jelas terbukti berhasil di babak pertama, ia lebih memilih untuk fokus bertahan di babak kedua. Pelatih asal Turki ini bahkan menarik dua pencetak golnya guna memaksimalkan perubahan skema ini dengan memasukkan Waldemar Anton & Pascal Gross sebelum babak kedua berjalan 20 menit.
Secara teori, taktik tersebut memang terdengar bagus dan menjanjikan. Terlebih lagi, sebelumnya mereka baru kebobolan dua gol dari dua pertandingan UCL musim ini.
Nuri Sahin perlu sadar bahwa ada sebuah pepatah "if it ain't broke, don't fix it". Jika taktik yang diterapkan bisa berjalan dengan baik, maka jangan pernah berpikir untuk menggantikannya.
Namun, barang kaliHasilnya pun seperti yang sudah diketahui. Los Blancos yang dihuni pemain sekaliber Vinicius Jr, Kylian Mbappe, Jude Bellingham, dan Luka Modric pun memporak-porandakan barisan pertahanan Dortmund yang lebih mirip styrofoam ketimbang tembok beton di hadapan sang penguasa UCL.
Pasukan Carlo Ancelotti yang terlihat buntu di babak pertama dan hanya mampu memberikan satu shot on target, mendadak menjadi rakus bak politikus yang ditawari jabatan dan juga fulus.
Rudiger, Vazquez, dan Vinicius bergantian mencetak gol untuk menyempurnakan comeback Real Madird di hadapan publiknya sendiri.
Yang paling mentereng jelas Vinicius berkat catatan hat-tricknya. Pemain asal Brazil itu bahkan melakukan selebrasi dengan membuka baju dan menunjuk dirinya sendiri yang semakin menegaskan bahwa ia adalah calon peraih Ballon d'Or musim ini.
Tentu masih jelas tergambar di ingatan kita bagaimana pertemuan kedua tim ini berlangsung pada musim lalu di partai final UCL. Secara skuad, memang benar ada beberapa perubahan bagi kedua tim. Namun, Dortmund yang kala itu ditangani Edin Terzic tampil sangat atraktif dan terus gencar melakukan serangan sejak detik pertama. Sayangnya, mereka bisa dibilang kurang klinis saat itu karena banyaknya peluang emas yang terbuang.
History repeats itself. Begitulah kata orang-orang. Dua pertemuan terakhir tim asal Jerman dengan Spanyol ini selalu berakhir dengan hasil yang sama, yakni kemenangan bagi kubu matador. Penyebabnya pun sama: menurunkan tempo di babak kedua dan mengambil inisiatif untuk lebih bertahan. Padahal,syaratnya cukup simpel, yakni jangan membiarkan tim yang jelas-jelas punya kekuatan menyerang lebih besar bisa leluasa memegang kendali permainan dan bebas menciptakan peluang. Sayangnya, banyak tim yang justru memilih untuk parkir bus, meskipun sebenarnya mereka punya peluang menang jika terus bermain seperti biasa. Sialnya, Dortmund sudah melakukan kesalahan itu dua kali beruntun di bawah kepemimpinan pelatih berbedaÂ
Hasil ini menjadi kemenangan kedua pasukan Carlo Ancelotti di ajang UCL yang membuat mereka menempati peringkat 9 klasemen sementara.
Sedangkan bagi Dortmund, hasil ini mencoreng tren positif mereka yang mulanya jadi pemuncak klasemen, sehingga harus turun ke peringkat kelima. Akan tetapi, musim masih panjang dan paling tidak akan ada lima pertandingan lagi sebelum kompetisi berlanjut ke babak 16 besar.
Begitupun dengan karier Nuri Sahin. Usianya masih sangat muda dan jalannya menuju takhta pelatih menjanjikan untuk generasi mendatang masih amat panjang. Lagipula, seseorang yang bijak bernama Plutarkhos pernah berkata, "hidup tanpa membuat kesalahan bukanlah kekuasaan seorang manusia; tetapi dari kesalahan-kesalahan itulah orang-orang baik & bijak belajar untuk masa depan".
Kolay gelsin, Nuri Sahin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H