Mohon tunggu...
Muhammad Fachri Akmal
Muhammad Fachri Akmal Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Suka ngomongin bola meski gak ngerti-ngerti amat.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Sebuah Gerakan Bernama Free-Mason

30 Juni 2023   21:36 Diperbarui: 1 Juli 2023   10:50 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saga transfer Mason Mount ke Manchester United akhirnya sudah mendekati titik akhir. Setelah tiga kali mendapat penolakan dari Chelsea, kubu Setan Merah sepakat untuk menebus sang pemain dengan mahar sekitar £60 juta. 

Money Mase, begitulah nama panggilannya di kalangan fans Chelsea. Panggilan iseng yang diijabah menjadi doa oleh Sang Pencipta. Produk asli akademi The Blues itu betul-betul menghadirkan “money” untuk tim yang telah membesarkan namanya tersebut.

Namun, sebagian penggemar United tentu masih merasa bimbang mengenai pemain satu ini. Terlebih lagi, penampilannya benar-benar jeblok musim lalu. Lantas, akan seperti apa permainan United di bawah Erik Ten Hag nanti dengan adanya Mason Mount?

Pertama-tama, perlu digarisbawahi bahwa lini tengah Manchester United selalu menjadi titik lemah mereka dalam beberapa tahun terakhir karena luar biasa inkonsisten. Baru musim lalu permasalahan tersebut mulai teratasi dengan datangnya Casemiro dan Christian Eriksen. Akan tetapi, kedua pemain tersebut sudah berkepala tiga. Terlebih lagi, Eriksen sempat punya masalah dengan jantungnya dan musim lalu pun ia menepi cukup lama karena cedera engkel. Pasca kembali, penampilannya pun turun drastis. Ia tak lagi efektif dalam mencipta peluang, tak cukup ampuh dalam memberikan umpan, serta beberapa pengambilan keputusannya kurang tepat.

Masalahnya, United tak punya pengganti yang sepadan. McTominay dan Fred bahkan termasuk nama yang rumornya bakal didepak dari skuad musim depan. Sementara itu, Sabitzer memang tak buruk, tapi belum bisa disandingkan dengan Eriksen.

Kedatangan Mason Mount yang masih tergolong muda dan sudah khatam dengan atmosfer liga primer telah memupuk harap dalam benak penggemar klub berjuluk “Setan Merah” tersebut. Terlebih lagi, profilnya memang sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan lini tengah United, yaitu pemain yang cukup kreatif dengan mobilitas tinggi. Mereka butuh pemain yang kurang lebih setipe dengan Eriksen. Itulah mengapa Erik Ten Hag sebegitu ngebetnya dengan Mount.

Pemain yang dapat ditempatkan di berbagai peran dan posisi dalam skema taktis yang berbeda tentu akan sangat disukai oleh pelatih. Profil tersebut agaknya terdapat dalam diri Mason Mount. Meskipun terbiasa dimainkan sebagai gelandang serang, tapi Mount juga bisa bermain sebagai gelandang tengah maupun pemain sayap yang mengisi kedua sisi flank.

Tak heran, atribut yang ia miliki memang cukup komplet sebagai pemain offensive minded. Kecepatan, kelincahan, dribbling, visi bermain, kemampuan passing dan shooting, serta decision making. Semua kemampuannya sangat memadai untuk bermain di kasta tertinggi Inggris dan Eropa. Bahkan, sebagai pemain bertipe menyerang, ia cukup sering melakukan pressing dan membantu pertahanan.

Dalam hal ini, Manchester United sebetulnya sudah mempunyai pemain sejenis dengan kemampuan yang lebih teruji dari musim ke musim dalam diri Bruno Fernandes. Ditambah lagi, Bruno sudah menjadi salah satu sosok integral dalam skema permainan Erik Ten Hag. Rasanya nyaris mustahil Mount akan menggeser peran Bruno yang selama ini terlalu vital bagi United. Di lain sisi, tak mungkin juga MU merogoh kocek sampai £60 juta hanya untuk mendatangkan pelapis Fernandes.

Apabila menilik skema permainan Manchester United musim 2022/23, Erik Ten Hag paling sering menggunakan pola 4-2-3-1 dan 4-3-3. Komposisi lini tengahnya pun hampir selalu mirip: satu gelandang bertahan, satu gelandang fleksibel, dan satu gelandang serang. Posisi gelandang bertahan sendiri biasanya diisi Casemiro. Namun, Fred dan McTominay juga beberapa kali mengisi posisi tersebut kala Case cedera atau mendapat larangan bermain. Selanjutnya, pos gelandang tengah diisi bergantian oleh Eriksen, Fred, atau Sabitzer, meskipun peran yang mereka emban dalam pertandingan berbeda-beda. Sementara itu, posisi gelandang serang mutlak milik Bruno Fernandes—yang selama tak mendapat akumulasi kartu perannya tak tergantikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun