Sejatinya manusia adalah mahkluk yang berfitrah, dan fitrah ini selalu memiliki orientasi pada kebenaran (hanief) yang tertuju pada suatu kepercayaan. Kepercayaan yang benar adalah mempercayai kebenaran tersebut. Dan kepercayaan yang dimaksud adalah mempercayai agama sebagai sumber kebenaran.
Sejarah manusia dalam kehidupannya tidak akan pernah lepas dalam bayang-bayang dan pola prilaku dengan apa yang di sebut homo religiosus atau makhluk beragama. Fungsi agama yang paling dasar adalah untuk menjawab persoalan yang tidak bisa dicerna oleh akal. Bahkan menurut Kart marx agama berfungsi sebagai "ovium" atau candu masyarakat, kenapa bisa? baik kita bahas diakhir.
Pada dasarnya Indonesia merupakan negara dengan mayoritas masyarakatnya beragama. Berdasarkan Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) Kementerian Dalam Negeri per Juni 2021, jumlah penduduk Indonesia sebanyak 272,23 juta jiwa. Mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam dengan sebanyak 236,53 juta jiwa atau (86,88%). 20,4 juta (7,49%) penduduk Indonesia beragama Kristen. Umat Katolik menyusul, mencapai 8,42 juta (3,09%). Keempat adalah umat Hindu, dengan jumlah 4,67 juta (1,71%). Serta 2,04 juta (0,75%) yang menganut agama Buddha, dan hingga 73.03.000 orang Indonesia menganut agama Konghucu. Selanjutnya, 102,51 ribu (0,04%) penduduk indonesia menganut sistem kepercayaan.
Berbicara Umat Islam maka berbicara Indonesia bagi saya, karena menurut data yang dipaparkan tadi, mayoritas penduduk Indonesia adalah beragama Islam dengan jumlah persentase (86,88). Posisi Islam sebagai agama terpopoler dengan jumlah pengikut terbanyak di dunia tidak menjamin bakal lepas dari yang namanya kemiskinan. Banyak permasalahan yang muncul akibat dilanda kemiskinan. Bahkan banyak orang yang imannya kokoh sekalipun akan rapuh jika kemiskinan sudah melanda kehidupannya.
Begitu juga dalam bidang sosial sering terjadi tindakan kriminalitas seperti pencurian, perampokan, dan pemerasan, serta kejahatan lainnya. Persoalan tersebut disebabkan oleh keresahan masyarakat yang menjalani kehidupan di bawah garis kemiskinan. Bisa dikatakan kemiskinan adalah ketidakberdayaan sekolompok masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dasarnya. ada juga juga yang mengatakan kemiskinan bukan hanya soal harta, tapi soal sosial, budaya, intelektual dan masih banyak lainnya.
Hasil survey PEW Research melaporkan bahwa “negara-negara religius” (yang mayoritas diisi oleh negeri muslim), cenderung memiliki GDP per kapita yang rendah. Dalam artian umat beragama khususnya Islam hidup berada di negara berkembang. Negara seperti Amerika, Inggris, Jerman, Francis, korea merupakan negara maju buah dari menerapkannya sistem sekulerisasi pada pemerintahannya.
Sekuler secara sederhana adalah pemisahan antara aspek agama dan duniawi. Secara historis, faham sekuler muncul dari dua postulat besar. Yang pertama, karena agama dianggap telah gagal dalam menjaga harmoni, mengayomi manusia, konflik selalu timbul dari manusia yang religius. Yang kedua, agama sebagai penghambat dalam membangun sebuah modernisasi. Karena di barat sendiri yang menjadi sumber dari segala sumber adalah akal dan empirisme.
Kritik Kart Marx terhadap agama
Mengulik sejarah pada awal abad ke-19 Industrilisasi sedang meningkat. Revolusi industri bukan peristiwa tunggal melainkan banyak perkembangan yang saling terkait yang berpuncak pada transformasi dunia barat. Orang-orang dipaksa meninggalkan pertanian dan ketrampilan tangannya untuk bekerja di pabrik.
Mereka dituntut bekerja keras dengan upah yang tidak sebanding dengan usahanya, ini tidak lain hanya untuk mengambil keuntungan sepihak. Timbulah kemiskinan, dislokasi, dan alineasi yang nyata dan ada pengaruh agamanya juga.
Sampai pada saat itu Marx bilang "Agama Adalah Candu" makna secara sederhana adalah, Marx melihat agama memberi ketenangan kepada manusia terhadap apa yang telah terjadi, singkatnya orang-orang tidak ada perjuangan untuk mengubah nasib dengan melakukan penggulingan kelas terhadap kaum elit kapitalis. Marx sadar dan geram dengan kenyataan bahwa kaum elit penguasa itu menggunakan agama untuk memobilisasi rakyat untuk memenuhi kepentingan mereka sendiri.