Kemiskinan merupakan masalah yang melanda berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia. Ada berbagai faktor yang mempengaruhi terjadinya kemiskinan, diantaranya adalah faktor ekonomi, sosial, budaya, dan politik.
Seseorang dikatakan miskin berdasarkan pada tingkat pendapatannya dan/atau aksesnya terhadap sumber daya yang diperlukan untuk mencapai kesejahteraan ekonomi yang memadai. Ada beberapa cara untuk mengukur kemiskinan, diantaranya:
- Pendekatan absolut: ini berdasarkan pada tingkat pendapatan yang dianggap cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal.
- Pendekatan relatif: ini berdasarkan pada perbandingan pendapatan seseorang dengan pendapatan rata-rata penduduk di suatu wilayah atau negara.
- Pendekatan multi-dimensi: ini mengukur kemiskinan berdasarkan pada akses seseorang terhadap sumber daya yang diperlukan untuk mencapai kesejahteraan ekonomi, seperti pendidikan, kesehatan, dan akses terhadap layanan umum.
Namun, perlu diingat bahwa tingkat kemiskinan berbeda-beda antar negara dan dalam satu negara pun bisa berbeda-beda antar wilayah. Oleh karena itu, standar yang digunakan untuk mengukur kemiskinan juga berbeda-beda.
Di Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementerian Sosial menggunakan pendekatan multi-dimensi untuk menentukan tingkat kemiskinan. Standar yang digunakan oleh BPS dan Kementerian Sosial Indonesia untuk menentukan tingkat kemiskinan meliputi:
- Pendapatan: tingkat pendapatan seseorang harus di bawah garis kemiskinan yang ditetapkan oleh pemerintah. Garis kemiskinan ini dihitung berdasarkan biaya hidup yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal.
- Kualitas rumah: seseorang dikatakan miskin jika rumahnya tidak memenuhi standar kualitas yang ditetapkan oleh pemerintah, seperti akses air bersih dan sanitasi yang memadai.
- Pendidikan: seseorang dikatakan miskin jika tidak memiliki akses terhadap pendidikan yang memadai atau jika anggota keluarganya tidak dapat melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi karena alasan ekonomi.
- Kesehatan: seseorang dikatakan miskin jika tidak memiliki akses terhadap layanan kesehatan yang memadai atau jika anggota keluarganya memiliki masalah kesehatan yang berkepanjangan karena kekurangan sumber dana.
- Akses terhadap sumber daya: seseorang dikatakan miskin jika tidak memiliki akses terhadap sumber daya lain yang diperlukan untuk mencapai kesejahteraan ekonomi, seperti akses terhadap listrik, perizinan, transportasi, dan layanan umum lainnya.
Faktor ekonomi yang mempengaruhi kemiskinan antara lain adalah tingkat pengangguran yang tinggi, rendahnya tingkat pendapatan, dan ketidakseimbangan distribusi pendapatan. Tingkat pengangguran yang tinggi menyebabkan seseorang atau keluarga tidak memiliki sumber pendapatan yang stabil, sehingga sulit untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makan, pakaian, dan tempat tinggal. Rendahnya tingkat pendapatan juga menyebabkan seseorang atau keluarga tidak memiliki cukup uang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka. Ketidakseimbangan distribusi pendapatan antara yang kaya dan yang miskin juga menyebabkan terjadinya kemiskinan, karena kekayaan yang tidak merata hanya mengalir pada sebagian kecil masyarakat saja.
Faktor sosial yang mempengaruhi kemiskinan antara lain adalah tingginya tingkat pendidikan, kesehatan, dan akses terhadap sumber daya.Â
Tingginya tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam meningkatkan kualitas hidup seseorang, tetapi jika tingkat pendidikan rendah, maka seseorang akan kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan yang layak dan meningkatkan pendapatannya. Kesehatan yang buruk juga dapat mempengaruhi kemiskinan, karena seseorang yang sakit akan kesulitan untuk bekerja dan mencari nafkah. Akses terhadap sumber daya yang baik, seperti air bersih, listrik, dan transportasi juga penting dalam meningkatkan kualitas hidup seseorang.
Faktor budaya dan politik. Budaya yang memperlakukan seseorang sebagai objek yang tidak penting atau dianggap tidak berharga dapat membuat seseorang merasa tidak berdaya dan tidak memiliki harapan untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Politik yang korup juga dapat mempengaruhi kemiskinan, karena uang yang seharusnya digunakan untuk membantu masyarakat yang miskin justru digunakan untuk kepentingan pribadi atau kelompok tertentu.
Kapasitas berpikir individu. Seseorang yang memiliki kapasitas berpikir yang baik akan lebih mampu untuk menemukan solusi atas masalah yang dihadapinya dan meningkatkan kualitas hidupnya. Namun, seseorang yang memiliki kapasitas berpikir yang rendah akan kesulitan untuk menemukan solusi atas masalah yang dihadapinya dan mungkin terjebak dalam lingkaran kemiskinan.
Akan tetapi, kapasitas berpikir sendiri tidak dapat dikatakan sebagai penyebab utama kemiskinan. Seseorang dengan kapasitas berpikir yang baik dapat tetap mengalami kesulitan dalam mencari pekerjaan atau meningkatkan pendapatannya karena faktor-faktor lain seperti kurangnya pendidikan, keterampilan, kesempatan kerja, diskriminasi, masalah kesehatan, masalah keluarga, dll.