Aksi demonstrasi selama sepekan terakhir terus mewarnai lini media, Â persoalan demi persoalan terus dikritisi oleh para aktivis, namun yang janggal adalah ketika aksi tersebut sudah terjadi beberapa hari bahkan telah memakan korban yang tidak sedikit, banyak beredar video di media bagaimana para aparat keamanan memperlakukan para pejuang demokrasi begitu represif.
Para demonstran yang menyuarakan aspirasinya hingga saat ini masih terus mendapat perlawanan yang demikian brutalnya dari pihak aparat hingga mengorbankan ratusan demonstran bahkan beberapa dari mereka meregang nyawa, entah apa yang terlintas dibenak aparat pada saat itu, apakah kebrutalan tersebut datang secara alami atas perintah naluri pribadi untuk bertingkah biadab ataukah memang aparat dididik sedemikian rupa hingga kehilangan sisi kemanusiaannya?
Jika anarkisme adalah jalan terbaik yang bisa dipikirkan oleh aparat maka jelas indonesia sedang dalam keadaan genting dan sangat tidak baik-baik saja, bukankah ada jalan yang lebih elegan dalam penyelesaian masalah bagi orang-orang terpelajar, jika aparat ataupun pemerintah masih membiarkan kebiadaban-kebiadaban ini terjadi maka jelas Indonesia sedang digerakkan oleh sifat egoistis semata, sebab pemimpin dan aparat tentu tak punya lagi harga diri tanpa sifat altruistisnya.
Para mahasiswa yang turun ke jalan menyuarakan aspirasi tentu bukan tanpa sebab, mereka digerakkan oleh semangat Moral of Force dimana mereka menunjukkan kepedulian mereka terhadap lingkungan masyarakat, setiap kebijakan oleh pemimpin yang berseberangan dengan kebutuhan sosial masyarakat tentu akan mendapat penolakan dari kaum terpelajar, lalu mengapa mereka harus dilarang? bukankan Indonesia ini negara demokrasi? bukankah setiap warga negara berhak mengemukakan pendapat dimuka umum?Â
Aksi demonstrasi yang berkepanjangan mengingatkan kita pada aksi serupa di era orde baru, namun yang pasti berbeda adalah dari kebijakan pemimpinnya, pada orde baru setiap korban aksi demonstrasi mendapatkan keprihatinan dari negara, namun sekarang justru sebaliknya, beberapa fakta bahkan dibolak balikkan agar citra dari penguasa tetap bersih, sebaliknya, siapapun yang menyuarakan kritik yang bertentangan dengan kemauan penguasa maka sang kritikus akan dipersekusi.
74 tahun Indonesia merdeka namun sepertinya kemerdekaan tersebut hanya milik mereka yang berjuang sebelum pembacaan proklamasi, hari ini siapapun yang membela kepentingan rakyat banyak akan mendapat perlakukan yang tidak menyenangkan oleh penguasa, Indonesia negara demokrasi namun serasa otoriter, otoriterianisme penguasa dapat dilihat ketika penguasa secara sewenang wenang membuat kebijakan yang hanya menguntungkan penguasa saja, bukan pada rakyat banyak.
Sudah separah itukah ketimpangan di Indonesia hingga para mahasiswa turun kejalan berhari-hari rela berhadapan dengan aparat walau mereka tahu apa yang akan terjadi pada mereka hanya demi menyuarakan kepentingan masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H