Dari sisi sosial masyarakat, pemerintah Indonesia juga tidak menunjukkan adanya peningkatan, kekacauan dimana-mana, persekusi biadab dibiarkan begitu saja, masyarakat yang terpecah menjadi beberapa kubu, bahkan pemerintah seolah olah berpihak, hanya di rezim ini pula yang seakan membiarkan ulama sebagai tokoh panutan umat Islam di kriminalisasi, dalam waktu yang bersamaan marak pembunuhan ulama oleh orang gila dan tak bisa diproses hukum, namun mereka diberikan hak untuk memilih pada pilpres yang akan datang.
Akhir akhir ini masyarakat juga marak diterjang bencana yang tak dapat diprediksi, pemerintah sebenarnya dapat mengantisipasi hal ini, namun hal ini tak dilakukan, bencana tsunami yang tak lagi terdeteksi, terhitung 7 kali bencana besar menerjang negeri ini, namun pemerintah tak ada usaha untuk memperbaiki kesalahan dalam mendeteksi hal ini.Â
Sebagai contoh, alat yang dimiliki pemerintah untuk mendeteksi potensi bencana sejak dini beberapa diantaranya tak lagi berfungsi dengan baik, hal ini telah diketahui publik sejak beberapa bulan lalu, namun tak ada upaya peningkatan ataupun penggantian alat tersebut, bahkan dana untuk kebencanaan juga dipangkas di tahun sebelumnya, sekali lagi rezim ini gagal memberikan rasa aman.
Hanya di rezim ini pula yang menunjukkan kemunduran berpikir dalam melihat situasi dalam negeri, rakyat seakan diajak untuk bersimpati dengan kalimat nyeleneh, media massa kini bergabung di pihak pemerintah, yang seharusnya turut mengawasi pemerintahan serta menyuarakan aspirasi dari kalangan masyarakat dan menyalurkan kritik terhadap pemerintah secara independen malah menjadi humas dari pemerintah, berbagai kegiatan pencitraan yang tidak penting marak dipertontonkan di layar kaca, sekali lagi rezim ini gagal memberikan contoh yang baik bagi generasi yang akan datang.
Hal diatas menunjukkan bahwa pemerintah saat ini masih terbilang gagal dan dapat menjadi pelajaran bagi pemerintahan selanjutnya, sebagai penutup marilah kita membaca keadaan secara substansial, bukan melihat hanya dari eksistensi formalitas saja, dalam artian tidak mengandalkan emosional yang bersifat primordial, tapi menggunakan analisa yang rasional.
Salam Hangat.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H