Mohon tunggu...
Muhammad Akmal Latang
Muhammad Akmal Latang Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Melihat hidup ini dari perspektif sendiri, bukan mata orang lain

Kebaikan dan niat baik jangan dilihat darimana sumbernya !

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Pengaruh Jokowi Terhadap Ulama dan Pengaruh Ulama Terhadap Prabowo

3 November 2018   20:28 Diperbarui: 3 November 2018   20:32 692
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Alquran yg diberikan oleh pimpinan ponpes Ta'mirul Islam ke Prabowo

Memasuki ajang Pilpres yang diadakan setiap 5 tahun sekali di Indonesia tentu saja ada perbedaan atmosfer pada masa kampanye, pemilu 2004 yang pertama kalinya rakyat dapat memilih langsung presiden dan wakil presidennya disusul pada tahun 2009 dan 2014, namun suasana menghadapi ajang Pilpres tahun 2019 ini ada hal yang mencolok diantaranya peran ulama dan umat beragama.

Peran ulama sebagai tokoh muslim yang juga mayoritas di Indonesia merupakan sesuatu yang esensial pada Pilpres kali ini, pasalnya jumlah umat muslim di Indonesia menguasai hampir 80% dari total populasi serta didominasi atas 2 organisasi besar yakni Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah.

Beberapa pihak telah mengklaim bahwa anggota yang tergabung Nahdlatul Ulama (Nahdliyin) memegang skala terbesar yakni 40% dari total populasi muslim sedangkan Muhammadiyah sebesar 30% dan sisanya terbagi menjadi beberapa organisasi.

Alquran yg diberikan oleh pimpinan ponpes Ta'mirul Islam ke Prabowo
Alquran yg diberikan oleh pimpinan ponpes Ta'mirul Islam ke Prabowo
Jadi tidak heran jika suara umat muslim diperebutkan dalam kontestasi politik, walaupun hingga saat ini kedua organisasi ini masih berpendirian bahwa tidak akan membawa nama organisasi pada ajang politik namun beberapa ulama secara pribadi telah memberikan dukungan yang tentu saja akan berpengaruh pada suara umat, mari kita lihat kalkulasinya.

Sepak terjang Jokowi sebagai kandidat petahana sudah terbaca sejak awal dengan mengangkat kiai Ma'ruf amin sebagai cawapres yang juga merupakan tokoh Nahdlatul Ulama dan ketua Majelis ulama Indonesia, keputusan ini terbaca ingin memanfaatkan kekuatan suara NU sebagai ormas islam terbesar karena ketakutannya akan aksi aksi keagamaan yang digelar berbagai ormas islam di indonesia yang juga menginginkan Presiden baru.

Namun karena Kiai Ma'ruf amin setuju mendampingi Jokowi maka suara Nahdliyin kembali terpecah ditandai dengan adanya video pernyataan pendiri NU di Jawa Timur tentang sepak terjang Ma'ruf Amin yang telah berkhianat terhadap NU dengan mengendarai jabatan Rais Aam untuk mencapai jabatan politis, hal ini tentunya mengurangi peluang Jokowi menguasai 40% suara muslim.

Suara Ulama Muhammadiyah sendiri boleh dibilang tidak lagi memihak dengan Jokowi dan lebih condong ke Prabowo hal ini dipicu oleh pernyataan Mahfud MD tentang keputusan cawapres Jokowi, walaupun beberapa aktivis Muhammadiyah berhasil digerakkan untuk mendeklarasikan Jokowi.

Keputusan Jokowi dicurigai menggunakan salah satu ormas Islam yang cenderung membuat umat muslim di Indonesia terpecah, hal ini juga dipicu dengan aksi aksi yang dilakukan oleh pendukungnya hanya untuk menunjukkan ketakutan diantara umat beragama dengan melakukan pembakaran, persekusi ulama, dan semua golongan yang berseberangan dengannya.

Dukungan Ma'ruf Amin sebagai cawapres sekaligus ketua MUI pun menjadi polemik di tengah masyarakat, pasalnya tokoh agama yang dikenal dengan fatwa fatwanya itu terkesan memaksakan mendukung Jokowi, pasalnya komentar Ma'ruf amin terkait peluncuran mobil esemka akhirnya terbukti hoaks yang katanya akan diluncurkan bulan oktober namun memasuki bulan november belum juga terealisasi, jadi tidak bisa disalahkan opini masyarakat bahwa mobil esemka hanya jualan politik Jokowi sejak tahun 2014 dan Ma'ruf amin mengikuti jejak tersebut.

Berbagai kontra politik yang membuat kandidat petahana dan pendukungnya ketar ketir akhirnya mencoba membalikkan persepsi masyarakat dengan menebarkan fitnah keji bahwa Prabowo ingin mendirikan negara khilafah, padahal sangat tidak masuk akal Prabowo yang pernah mengatakan sendiri bahwa ilmunya dibidang agama sangat sedikit dan beliau selalu meminta nasehat dari para kiai.

Tuduhan pihak petahana yang mengatakan bahwa Prabowo ingin mengganti sistem pancasila dengan sendirinya terbantahkan jika dilihat dari orang orang sekitar Prabowo yang beragama non-Muslim bahkan keluarganya sendiri, sedang prabowo masih sering mengatakan bahwa yang ingin diganti adalah sistem ekonomi Indonesia yang saat ini melenceng dari UUD dan Pancasila.

Menariknya lagi sosok Prabowo Subianto yang didukung oleh Ijtima Ulama 1 dan 2 terus menuai dukungan dari para kyai pemimpin Pondok Pesantren dan tokoh agama baik dari Muhammadiyah Maupun Nahdlatul Ulama, keadikan Prabowo terhadap dua ormas islam terbesar ini dilihat dari diangkatnya Jubir BPN Prabowo-Sandi dari dua ormas tersebut.

Bergabungnya Dahnil Anzar Simanjuntak yang juga merupakan ketua pemuda Muhammadiyah dan Gus Irfan yang merupakan cucu dari Pendiri NU KH. Hasyim Asy'ari tentu dapat menjadi bukti bahwa Prabowo tidak memandang orang dari ormasnya apalagi membeda bedakan.

Bahkan seminggu terakhir Prabowo melakukan silaturahmi ke pesantren pesantren di jawa tengah dan jawa timur yang notabenenya adalah pesantren NU serta berziarah ke makam makam tokoh ulama termasyhur di Indonesia sebagai bukti kecintaannya terhadap agama dan mengenang perjuangan tokoh agama dalam memerdekakan Indonesia.

Dengan demikian tanpa Prabowo minta dukungan, umat islam dari ormas manapun terus memberikan dukungan atas niat baik beliau, dilihat dari berbagai diskusinya bersama tokoh agama dan tokoh masyarakat yang mengatakan dia tidak minta dipilih sebagai presiden tapi murni ingin bersilaturahmi ingin menunjukkan jati diri nya sebagai warga negara yang cinta agama, cinta NKRI dan tidak ingin umat terpecah belah.

Dalam perjalanan silaturahmi Prabowo dengan para ulama di Jawa Tengah dan Jawa Timur Prabowo kembali diberikan berbagai wejangan dan titipan jika terpilih sebagai Presiden nantinya, bahkan ia diberikan hadiah berupa Al-qur'an raksasa berusia ratusan tahun di Pondok Pesantren Ta'mirul Islam, Solo.

(dok. pri)
(dok. pri)
Dari perbandingan pengaruh yang ulama terhadap kedua kandidat capres tahun 2019 2024 diatas dapat disimpulkan bahwa keputusan yang kerap diambil Pihak Jokowi terkesan terlalu berambisi meraup suara umat muslim bahkan sampai melancarkan fitnah HTI dan Khilafah, sedangkan Prabowo malah terus mendapat dukungan dari para ulama, dan nurut apa yang dikatakan Ulama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun