Selanjutnya kemanakah para aktivis yang diculik itu..?
Menurut data dari wikipedia diakses pada 26 Juli 2018 Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak kekerasan (KONTRAS) mencatat ada 23 orang, 1 orang hilang, 9 orang dilepaskan dan 13 lainnya masih tidak diketahui, dari data ini saja dapat di analisa bahwa penculikan dilakukan bukan untuk membunuh atau menyiksa orang semata namun untuk mengamankan para pimpinan aktivis tersebut kemudian melepaskannya pada saat yang tepat, namun 13 yang hilang lainnya juga tidak dapat ditarik kesimpulan bahwa mereka dibunuh atau diasingkan selama ini namun bisa jadi yang menculik bukan orang yang sama dari penculikan ke 9 orang yang selamat lainnya.
Menurut kesaksian beberapa orang aktivis yang dilepaskan saya baca dari berbagai sumber kisah mereka memiliki banyak kesamaan bahwa mereka di masukkan ke dalam mobil kemudian dibawa ke suatu bangunan kemudian di introgasi tentang tindakan yang dilakukan kemudian dimasukkan ke dalam sel serta diberikan fasilitas yang wajar selain itu ada beberapa yang pulangnya dibelikan tiket pesawat dll.Â
Menurut saya kalau memang ini penculikan untuk menghukum para aktivis tidak mungkin mereka diberikan fasilitas lengkap seperti selimut, kamar lengkap wc, pakaian, makanan dan lain-lain.
Bukti Prabowo tidak terlibat dalam pelanggaran HAM pun dapat dilihat dari beberapa aktivis yang dilepaskan tersebut bergabung di partai yang dibuat Prabowo pada tahun 2008 yaitu Partai Gerakan Indonesia Raya diantaranya Desmond Junaidi Mahesa, Aan Rusdianto, pius lustrilanang dan haryanto Taslam, logikanya apabila mereka merasa Prabowo adalah dalangnya maka tidak mungkin mereka mau berjuang bersama beliau dalam satu partai.
Selain itu dikutip dari postingan viva.co.id dengan judul "Wawancara Andi Arief : Prabowo Bukan Penculik" (diakses pada 26 Juli 2018) terdapat penyataan dari andi arief yang merupakan seorang aktivis 98 dan juga dilepaskan, dalam suatu wawancara dengan tim VivaNews, Rabu, 25 Juni 2014 mengatakan Dia (Prabowo Subianto) bukan penculik.Â
Dia rangkaian dari 1996 yang mencari kami (seperti) Syarwan Hamid dan lainnya. Akhirnya mereka memutuskan pakai yang terbaik, pakai Kopassus. Jadi kami bukan diculik, tapi ditangkap. Memang yang seharusnya menangkap polisi tetapi saat itu keadaan tidak normal. Saya juga tidak tahu kata penghilangan aktivis itu dari mana.
Kesimpulan yang bisa kita ambil yaitu jangan melihat sesuatu dari luarnya saja, lihatlah kedalam ketika ada isu yang sifatnya musiman sebagai kaum milenial kita sepatunya melakukan pendalaman, bukan mengambil kesimpulan tanpa ada risat dan data yang jelas apalagi hanya melihat judulnya langsung bisa menyimpulkan sesuatu, sekian kupasan saya kali ini Salam damai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H