Mohon tunggu...
NurAkmal Syahdanhaq AhmadYusuf
NurAkmal Syahdanhaq AhmadYusuf Mohon Tunggu... Administrasi - just an ordinary person, trying to be humble n develop myself

Mahasiswa fakultas pertanian Universitas Widyagama Malang, Hobi Olahraga dan Makan, "It's a slow process but quitting won't speed it up"

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Ayo Lestarikan Budaya Kuliner Tradisional Kita

11 September 2017   14:52 Diperbarui: 11 September 2017   15:19 1231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
jemblem tradisional sumber : koleksi pribadi

Makanan tradisional sangatlah beragam macamnya. Terutama dari jawa timur, ada makanan khas yang terbuat dari singkong. Yaitu jemblem. Saya yakin masyarakat jawa timur yang tinggal di desa pasti sangat akrab dengan makanan ini. tapi nggak tahu lagi kalau masyarakat yang tinggal di kota terutama generasi sekarang, hehe.

Makanan ini dibuat dari singkong yang sudah diparut dan ada juga yang ditumbuk. Di daerah saya pembuatannya ditumbuk. Kemudian di beri isian gula merah atau gula aren dan ada juga yang di campur pada adonan jemblem tersebut sehingga, jemblemnya sudah manis tanpa adanya isian. Setelah itu digoreng, hingga kecoklatan. Ukuran yang relatif besar, Tekstur makanan yang padat dan bahan baku yang dibuat dari singkong,yang merupakan sumber karbohidrat yang tinggi membuat kita yang makan cepat kenyang. Saya sendiri cuman kuat makan dua, itupun dalam keadaan belum makan, hehe.

Makanan ini di desa saya, di jual di pedagang gorengan. jadi selain menu andalannya weci ( di daerah Jakarta di sebut bala-bala, di Surabaya disebut ote-ote, di bandung kalo gak salah di sebut bakwan), tahu berontak / nama lainnya tahu isi, bakwan jagung, tempe mendoan, dan sebagainya, nah di selipin tuh jemblem. Ada sih, tapi dia (si penjual gorengan ) nyetoknya ngga banyak hehe. Takut ga habis mungkin ya? Memang top seller di penjual gorengan hanya weci, tahu, sama mendoan tadi. Dan untuk jemblem di siapkan untuk kalangan yang nostalgic saja, pengen menikmati jajanan jadul atau mungkin orang yang belum pernah makan dan penasaran pingin coba.

Terbersit di fikiran saya, kalau makanan ini ndak di repackage sedikit pasti bakal hilang ditelan zaman. Tahu sendiri sekarang anak muda jajannya seperti apa, pizza, hamburger, KFC, JJang myeon, todobokki, daan lain sebagainya dan Jujur kalo disuruh milih antara jajanan pasar sama jajan yang lebih modern, contoh kecilnya nya pizza. Ya pasti dan jelas saya lebih milih pizza hehe. Kenapa? Karena makanan modern sekarang sudah akrab sama lidah kita, dan generasi saya bukan termasuk generasi jadul, sehingga makanan tradisional hanya sesekali saya konsumsi. Lebih sering makan makanan yg lebih modern tersebut.

Dari gambaran masalah tersebut, dan saya sebagai salah satu generasi muda yang mewakili pendapat tentang pilihan antara makanan tradisional dengan makanan modern, yang menjadi problem sebenarnya adalah derasnya arus keluar masuk budaya luar negeri di Negara kita. berbagai macam makanan yang berasal dari jepang, amerika, italia, korea dan sebagainya sudah banyak masuk dan dijual di berbagai macam caf, restoran. Dan sangat di gemari oleh anak-anak muda.

Nah key wordnya ada di "derasnya arus keluar masuk budaya luar negeri" dan "makanan dari luar negeri lebih digemari oleh anak muda". Jadi agar makanan tradisional tersebut tidak hilang di telan zaman perlu kita masukkan budaya dari luar negeri, biar kesannya lebih modern sehingga bisa lebih digemari oleh anak muda ( sebagai titik utama dari permasalahan ini) dan tetap mempertahankan unsur tradisionalnya. Jadi bagaimana merepackage jemblem tadi menjadi makanan yang lebih modern tetapi rasa khasnya tidak hilang.

Perjuangan saya pun dimulai, bertapa seminggu di gua. Mencari wangsit biar dapat ide untuk mengembangkan jemblem ini. bagaimana merubah seperti apa jemblem tersebut agar bisa lebih wah, tetapi pas memakannya orang tsb merasakan "jemblem kok bisa kaya gini ya?"

belajar ke penjual jemblem di dekat daerah saya, dan ternyata ibuk dari istri mas saya dulu juga pernah jual jemblem tapi akhirnya collapse soalnya keterbatasan bahan baku. Mencari referensi di youtube, artikel di blog, di buku buku resep juga. Dan Alhamdulillah akhirnya nemu. Sebenarnya idenya belum seberapa fix, tapi saya tetep terfikir untuk memfusion jemblem tadi dengan masakan jepang takoyaki. Jadi nanti unsur takoyaki yang seperti adonan, isian , saus sama topping saya masukkan dalam jemblem masa depan nanti yang akan saya buat, hehe. Mau buat takoyaki tapi versi jowonya, istilah kerennya "Javanese takoyaki"

Kenapa milih konsep takoyaki? Kalau di buat konsep burger jelas ga nyambung! Hahaha bercanda. Yang pertama saya liat trend masakan jepang terutama di kota malang, kota saya, sangat di gemari oleh anak muda. nyambung sama target pasar utama yang saya bidik. Bentuknya sama bulat, tetapi lebih kecil, jadi nanti jemblemnya saya kondisikan lebih kecil sehingga bisa dimakan sekali hap, ada saus pendamping seperti vanilla, coklat dan ada toppingnya. pengaplikasian dari konsep takoyaki ini saya pikir sangat cocok dengan makanan jemblem yang saya angkat. Jadi bisa lebih variatif rasa dari jemblem masa depan ini dan anak anak muda menyukainya, hahaha. Amiiiin

Nah back to "mempertahankan unsur tradisionalnya". Unsur tradisional dalam artian jika memakan jemblem versi repackage ini kita tetap merasa kalau ini jemblem. Bukan roti, pizza atau bakso. Simple aja, kuncinya ada di bahan utamanya yaitu singkong. Jangan sampai kita merubah bahan utama tersebut. Sehingga rasa singkong dari jemblem tersebut tetap ada. Pure tetap menggunakan singkong asli bukan singkong plastik. Kalangan kalangan jadul, para penikmat jemblem pun bisa berkata "wah ini jemblem, tapi kok beda ya, lebih enak ini malah?"

Benar benar menjadi sebuah tantangan. Dari penikmat kuliner menjadi kreator kuliner, dan tidak ada background memasak, cuman hobi masak dan tentunya belum pernah buat jemblem sekalipun.

Hehe

Challenge accepted.

Tapi belum bisa action, terbatas modal.

Bingung mau action tapi ndak ada modal. Haha Kebetulan ada event PKM, program kreativitas mahasiswa yang didanai oleh dikti sampai 12,5 juta. Saya pikir lumayan nanti kalo bisa lolos. Akhirnya coba saya tulis proposalnya, dan Alhamdulillah bisa di danai. Di bawah naungan Univ saya, Universitas Widyagama Malang, dengan bimbingan dosen saya ibu Dr. Ir. Tri Wardhani, MP. Big thanks to them.

Dan setelah dana cair, let's action!!

Setelah belajar belajar sama juragan jemblem dulu, akhirnya dimulailah action nya. Jadi sih bulat- bulat dan sudah ada isian. Dan saat di goreng, DUARRR jemblemnya meledak, saya ndak bohong. Kalo ga percaya bisa nanya sama ibuk saya. Menurut saya karena perbedaan tekanan dari isian jemblem, kebetulan waktu itu saya isi coklat olahan dan adonan jemblem yang daya rekat antar partikelnya yang kurang kuat menyebabkan isian tersebut meledak. Isian yang mendidih terkena minyak panas mendesak adonan untuk keluar, tetapi adonan tersebut tidak bisa menahannya. Tangan saya dan sedikit bagian wajah saya jadi korbannya, Alhamdulillah. Tapi hal ini tidak mematahkan semangat saya untuk mencobanya, hingga kesekian kalinya.

jemblem yang pecah saat digoreng sumber: koleksi pribadi
jemblem yang pecah saat digoreng sumber: koleksi pribadi
Ternyata problem dari kebanyakan penjual jemblem tetap sama, saat sudah di goreng banyak yang pecah bahkan meledak seperti saya tadi. Bahkan kadang kali saya jumpai di penjual gorengan masih tetap ada yang pecah jemblemnya hehe. Akhirnya banyak bermunculan statement dari penjual gorengan maupun penjual jemblem yang saya coba satu persatu seperti " harus memakai singkong jenis xxx, jangan dikasih garam, ukurannya harus besar, kalo ga besar nanti pecah, harus singkong yang baru diambil dari pohonnya, semua saya coba dan sedikit saya cari referensi ilmiahnya tapi tidak nemu hehe.

Dan walhasil masih tetap pecah, hampir putus asa saya membuatnya. Tetapi Alhamdulillah Allah kasih jalan buat saya dan bisa berhasil di goreng tidak pecah dengan metode saya sendiri hehe. Daaaan Jadilah takoyaki versi jawa alias "Javanese takoyaki" hehe. Tepat sebelum monev internal dari dikti, dan bisa dengan tegap saya persembahkan kepada reviewer dan konsumen saya nantinya.

jemblem versi repackage hasil karya sendiri. sumber : koleksi pribadi
jemblem versi repackage hasil karya sendiri. sumber : koleksi pribadi
hasil produk setelah berbagai proses pembuatan. sumber : koleksi pribadi
hasil produk setelah berbagai proses pembuatan. sumber : koleksi pribadi
Skip skip acara PKM selesai dan saya ndak lolos pimnas. Tapi tidak apa apa, bisa saya gunakan untuk lebih focus mengembangkan produk saya, kita ambil positifnya saja.

Sampai sekarang ini sudah saya kembangkan dan terjual dengan berbagai ,macam varian rasa. Seperti tiramisu, coklat, keju, orginal, kacang hijau dan sebagainya. Dan kedepan mau saya kembangkan produk jemblem dengan kemasan vakum, sebagai oleh-oleh khas malang. Jadi nanti konsumen yang ada diluar kota tetap bisa menikmati jemblem ini, bisa menggoreng sendiri di rumah masing masing dan bisa menikmati dalam keadaan hangat. Amiiin

Nah itu sedikit share dari saya, intinya jangan takut buat coba sesuatu hal yang baru. Awali dengan bismillah dan yakin kalau bisa. Ide bisnis bisa datang darimana saja, dan bisa diwujudkan dalam produk yang baru. Produk baru dalam artian bisa memang produk baru tapi bisa juga merepackage produk yang lama. Membuat sebuah produk baru memang sulit, tetapi lebih sulit untuk memasarkannya. Bener kan? Maka dari itu media mana saja bisa kita gunakan untuk sarana pemasaran, terutama media online dengan cost yang paling rendah.

Di kompasiana bisa juga loh buat promosi, hehe

Salam kompasiana!

Wants to know?

Promosi dikit yaa min hehe

Cek di Instagram @jemblem.kutho

Saya tunggu orderannya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun