Mohon tunggu...
Akmal Abudiman Maulana
Akmal Abudiman Maulana Mohon Tunggu... Administrasi - Capital Markets - Teaching - Writing

Menulis membuat anda hidup

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Merajut Peran dalam Meningkatkan Kualitas Kesehatan di Pelosok Negeri

4 Oktober 2020   18:57 Diperbarui: 4 Oktober 2020   22:48 653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Donasi KORINDO di Masa Pandemi Covid-19

Saya teringat ucapan Mantan Wakil Presiden Boediono yang dalam suatu kesempatan mengatakan bahwa bangsa ini harus mampu memanfaatkan energi sosial untuk meningkatkan kesejahteraan. Energi sosial dalam hal ini adalah kerja sama antar semua komponen bangsa. Energi sosial ini lah yang menjadi modal sosial (social capital) yang membuat bangsa ini memiliki kemampuan lebih dari apa yang telah dicapai.

Realitas Pelayanan Kesehatan di Pedalaman

Kesehatan merupakan hak dasar setiap individu dan semua warga Negara sebagaimana amanat Konstitusi Undangan-Undang Dasar (UUD) 1945 dan Undang-Undang (UU) No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Kebijakan nasional pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar dapat terwujud peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Aspek kesehatan merupakan hal yang fundamental dalam sisi kehidupan masyarakat. Aspek ini mampu memberikan dampak yang begitu signifikan terhadap sektor lain. Lihat saja pandemi Covid-19 yang berlangsung hingga saat ini, berkembang dari masalah kesehatan, menjadi masalah sosial, ekonomi, dan keuangan global yang serius di seluruh dunia, tidak terkecuali di Indonesia. Setidaknya pandemi Covid-19 ini kembali menyadarkan kita untuk menempatkan aspek kesehatan menjadi sesuatu hal penting dan mendesak.

Saya yakin pemerintah terus menerus melakukan evaluasi dan perbaikan secara menyeluruh dan terukur terhadap peningkatan pelayanan kesehatan di Indonesia. Hal ini tercermin dari pembangunan dan revitalisasi rumah sakit dan layanan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) yang semakin banyak. Keseriusan Pemerintah juga terlihat dan anggaran Kementerian Kesehatan yang terus meningkat setiap tahunnya. Namun apakah semua ini sudah cukup? Tentu tidak. Masih banyak pekerjaan rumah yang mesti dibenahi dan ditingkatkan. Peningkatan mutu pelayanan kesehatan jangan sampai luput dari perhatian. Mutu pelayanan kesehatan tidak sekedar dilihat dari kuantitas puskesmas dan rumah sakit, tetapi kualitas dari pelayanan yang diberikan. Apakah semuanya sudah menjalanan fungsi yang sebenarnya? Apakah rumah sakit dan pelayanan kesehatan lainnya yang ada sudah sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya? Sudahkah dapat dijangkau oleh mereka yang di pedalaman dan seberang pulau sana? Adakah alternatif yang telah ditempuh untuk memberikan pelayanan kesehatan yang merata di pedalaman? Apa saja kendala yang dihadapi? Adakah kekurangan yang perlu dibenahi? Adakah sarana dan prasarana yang perlu diperbarui ataupun ditambah? Apakah sumber daya manusianya sudah mencukupi, baik dari sisi kualitas dan kuantitasnya? Apakah masyarakat khususnya di pedalaman telah merasakan manfaatnya? Lalu apa yang perlu dikaji kembali untuk terus meningkatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan warga yang dinamis dan karateristik geografis? Pertanyaan-pertanyaan tersebut dijadikan dasar untuk merevitalisasi pelayanan kesehatan demi meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

Tidak dapat dimungkiri, kondisi geografis yang berbeda menjadi tantangan tersendiri dalam peningkatan mutu layanan kesehatan di sektor kesehatan khususnya di daerah pedalaman perbatasan, dan kepulauan di Indonesia. Akses jalan dan transportasi yang sulit menjadi hambatan tersendiri dalam pemenuhan layanan kesehatan yang baik di daerah pedalaman. Akses yang sulit terjangkau ini juga membuat biaya transportasi menjadi mahal, menjadikan biaya akses layanan kesehatan di pedalaman menjadi tinggi. Hal ini mengakibatkan belum optimalnya akses layanan kesehatan, keterjangkauan, dan mutu layanan kesehatan yang ada di pedalaman. Perhatian besar atas konteks pembangunan yang bersifat kewilayahan tentunya masih perlu menjadi perhatian hingga saat ini.

Anggaran Kesehatan dan Rasio terhadap Total Belanja Negara
Anggaran Kesehatan dan Rasio terhadap Total Belanja Negara

Puskesmas merupakan institusi terdepan/tingkat pertama pelayanan kesehatan yang diandalkan di pedalaman. Kedudukannya tersebut menjadi garda terdepan dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Namun sampai saat ini kondisi dan kemampuan puskesmas di Indonesia masih tergantung dari kapasitas dan manajemen masing-masing puskesmas. Ketimpangan sumber daya manusia, akses informasi serta infrastruktur di setiap wilayah memengaruhi kinerja puskesmas dalam melaksanakan upaya menyehatkan masyarakat.  Namun, patut dicatat bahwa keberadaan puskesmas juga belum sepenuhnya menyelesaikan permasalahan pelayanan kesehatan di pedalaman dikarenakan jangkauan puskesmas terutama bagi mereka yang berada puluhan kilometer dari lokasi. Belum lagi masyarakat yang terpaksa harus berjalan kaki dan/atau melintasi sungai/perairan karena minimnya infrastruktur. Karenanya, pelayanan kesehatan di daerah pelosok sudah semestinya menyesuaikan dengan karaketrisik kondisi geografis di setiap wilayah, sehingga masyarakat mendapatkan akses kesehatan yang merata, bahkan yang berada di daerah perbatasan dan terpencil sekalipun.

Mengambil Peran

Dalam sebuah kesempatan, Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga (FKM UNAIR), Dr. Djazuli Chalidyanto, S.KM, M.ARS menyampaikan bahwa masalah kesehatan tidak dapat terselesaikan apabila hanya orang kesehatan yang peduli. Perlu adanya kerja sama semua pihak untuk membantu menyelesaikan masalah kesehatan sehingga derajat kesehatan masyarakat bisa meningkat. Diperlukan peran semua pihak dalam membantu mewujudkan layanan kesehatan yang berkualitas khususnya di daerah pedalaman, serta mendukung dan menyukseskan program pemerintah dalam meningkatkan pelayanannya. Sinergi ini yang harus diperkuat dengan mengedepankan kesadaran akan fungsi dan peran masing-masing.

Masyarakat sudah sepatutnya berperan sebagai pengguna jasa pelayanan yang tidak hanya menginginkan pelayanan yang cepat, tetapi juga pelayanan yang sesuai dengan standar layanan kesehatan yang berlaku. Masyarakat juga harus memahami bahwa petugas kesehatan memiliki batasan-batasan dan kode etik dalam melakuan tindakan dan/atau penyampaian informasi kepada pengguna layanan kesehatan.  Peran sesama masyarakat diperlukan untuk saling mengedukasi mengenai pentingnya pemahaman pelayanan kesehatan secara menyeluruh: bagaimana mestinya bertindak ketika sakit, kapan kondisi yang mengharuskan penanganan lebih lanjut oleh bidan/dokter/dokter ahli, prosedur pelayanan kesehatan, dan berbagai informasi lainnya yang dapat membangun awareness bahwa persoalan kesehatan harus ditangani oleh profesional dan tidak selesai hanya dengan membiarkan dan/atau dipercayakan kepada paham yang keliru. Saya pikir upaya pemerintah dalam dalam mewujudkan derajat kesehatan bagi masyarakat dengan pendekatan pemeliharaḁn, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan telah berjalan. Namun hal tersebut hanya sia-sia jika tidak didukung dengan kesadaran penuh dari masyarakat.

Pelayanan kesehatan  juga diharapkan memberikan layanan yang ramah. Melayani tidak hanya karena tuntutan pekerjaan/profesi, tetapi dari hati. Beberapa kasus yang masih terjadi di dunia kesehatan adalah layanan yang dianggap kurang baik dan mengecewakan. Hal ini yang berdampak pada keengganan masyarakat dalam mengunjungi fasilitas layanan kesehatan dan memilih mengunjungi pengobatan-pengobatan alternatif. Oleh karena itu, pemerintah tentunya diharapkan untuk terus melakukan pembinaan, pendampingan dan evaluasi berkelanjutan demi memastikan bahwa fungsi pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat dapat dipahami dengan baik, diterima dengan tingkat kepuasan yang memadai sehingga fasilitas layanan kesehatan dapat menjalankan fungsi mengayomi dalam memberikan pelayanan terbaiknya.  

Sinergi di sektor swasta juga sudah begitu berkembang.  Keberadaan klinik-klinik swasta dalam pemberian layanan kesehatan dasar termasuk bagi ibu dan bayi juga sudah banyak dijumpai. Sayangnya, fasilitas kesehatan tersebut masih berpusat di kota-kota besar dan beberapa di tingkat kabupaten dan kecamatan, belum sepenuhnya menjangkau di daerah-daerah pedalaman, pinggiran dan kepulauan. Hal ini semakin memberikan ketimpangan fasilitas layanan kesehatan yang terjadi antara perkotaan dan daerah pedalaman.  Pada akhirnya, solusi atas permasalahan akses layanan kesehatan di pedalaman belum juga dapat terselesaikan. Lalu siapa yang akan kita harapkan?

Menilik KORINDO

KORINDO merupakan perusahaan yang didirikan pada tahun 1969, terdiri lebih dari 30 perusahaan afiliasi yang bergerak di bidang sumber daya alam, pembuatan kertas, industri berat (manufaktur padat modal), keuangan, properti, bahan kimia, dan logistik. KORINDO telah berkembang menjadi sebuah perusahaan global dengan lebih dari 30.000 karyawan dan telah memberikan kontribusi yang signifikan bagi pembangunan ekonomi di Indonesia.


Berangkat dari pemahaman bahwa kemudahan memperoleh pelayanan kesehatan merupakan salah satu hak dasar yang harus diperoleh semua warga Indonesia membuat KORINDO menjadikan aspek kesehatan sebagai salah satu pilar keberlanjutan perusahaannya. Kontribusi tersebut dilakukan sesuai dengan filosofi KORINDO untuk membangun hubungan yang harmonis, bermanfaat dan berkelanjutan bersama masyarakat dan stakeholders demi kemajuan dan kesejahteraan bersama. Tidak hanya kesehatan di masyarakat perkotaan yang menjadi perhatian dari pihak KORINDO, tetapi juga perhatian diberikan terhadap kesehatan masyarakat yang berada di daerah pedalaman. KORINDO memahami bahwa  masyarakat pedalaman kesulitan untuk mendapatkan akses pelayanan kesehatan karena lokasinya yang sulit untuk dijangkau. Oleh karena itu, KORINDO membantu memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik bagi masyarakat pedalaman.

Sejak tahun 1983, KORINDO Grup telah menjalankan operasional perusahaan di 7 daerah berbeda yang tersebar di Kabupaten Boven Digoel dan Merauke. Di seluruh 7 lokasi tersebut, KORINDO Grup telah mendirikan klinik untuk mendukung adanya pelayanan kesehatan di daerah pedalaman. Klinik tersebut tidak hanya diperuntukkan bagi para karyawannya, tetapi juga untuk memberikan sosialisasi hidup sehat dan juga pemberian pelayanan kesehatan bagi masyarakat sekitar. Pembangunan klinik juga bertujuan untuk mendekatkan masyarakat dengan fasilitas kesehatan demi terciptanya masyarakat dan lingkungan yang sehat. Klinik-klinik tersebut dilengkapi dengan peralatan-peralatan medis yang memadai, mulai dari fasilitas laboratorium hingga fasilitas kesehatan gigi. Selain itu, tenaga medis yang terampil siap membantu pasien yang berobat disana.

Salah satu klinik yang dibangun oleh KORINDO bak rumah sakit adalah Klinik Asiki. Korindo Group bersama KOICA (Korea International Cooperation Agency) menghadirkan klinik modern bernama Klinik Asiki di Kampung Asiki, sebuah kampung pedalaman Papua di wilayah perbatasan Indonesia-PNG. Klinik ini dipersembahkan secara gratis bagi masyarakat yang tidak mampu sebagai bentuk kontribusi KORINDO  dalam upaya meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat setempat di pedalaman.  KORINDO menyadari sebuah realitas bahwa masyarakat setempat terpaksa pergi ke Tanah Merah di Boven Digoel dengan jarak tempuh 3 sampai 12 jam hanya untuk mendapatkan layanan kesehatan.

Klinik Asiki yang Dibangun bak Rumah Sakit Modern
Klinik Asiki yang Dibangun bak Rumah Sakit Modern


Pada  awalnya, Klinik Asiki ini bernama Klinik KORINDO yang telah beroperasi sejak tahun 1994. Namun kepekaaan KORINDO dalam memperhatikan kebutuhan masyarakat setempat patut diapresiasi. Klinik ini pun mulai dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang kian bertambah seiring dengan berjalannya waktu. Klinik tersebut akhirnya diresmikan pada September 2017. Bagi KORINDO, klinik tersebut diharapkan dapat menyokong kegiatan sehari-hari warga sekitar dengan memperkuat sistem pelayanan kesehatan dan sumber daya manusia (SDM), sehingga sistem pelayanan kesehatan di wilayah Asiki ke depannya bisa memberikan manfaat dan berperan penting untuk mewujudkan masyarakat yang sehat.

Berdiri di luas lahan sebesar 2.929 m2 dan luas bangunan  sebesar 1.270 m2, klinik Asiki memiliki fasilitas yang sangat lengkap untuk ukuran sebuah klinik. Klinik Asiki menjadi jelmaan klinik modern yang berdiri kokoh di pedalaman Papua. Dokter spesialis seperti penyakit dalam dan dokter anak didatangkan secara berkala agar pasien dapat berkonsultasi. Klinik Asiki berfokus pada beberapa program prioritas dalam menjalankan pelayanan kesehatan. Program tersebut termasuk menurunkan angka kematian ibu hamil, ibu baru melahirkan, dan anak bayi baru lahir melalui peningkatan pelayanan  kesehatan ibu, balita, dan Keluarga Berencana (KB). Program prioritas lainnya adalah perbaikan status gizi masyarakat, pengendalian penyakit menular dan dan tidak menular diikuti dengan penyehatan lingkungan. Atas kontribusinya, di tahun 2019, Klinik Asiki memperoleh penghargaan tingkat nasional dalam BPJS Award. Klinik Asiki sukses menjadi klinik terbaik kedua dari 6.800 klinik yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.

Visi, Misi, dan Fasilitas Pelayanan di Klinik Asiki
Visi, Misi, dan Fasilitas Pelayanan di Klinik Asiki


Layanan Mobile Service Klinik Asiki

Menyadari bahwa salah satu permasalahan masyarakat di pedalaman dalam mengakses layanan kesehatan adalah jarak dan keterjangkauan, dan untuk semakin meningkatkan akses dan pemanfaatan layanan kesehatan serta meningkatkan aksebilitas pelayanan medis untuk daerah, KORINDO berinovasi dengan menghadirkan program berupa Mobile Service ke kampung-kampung terpencil dan perbatasan di wilayah sekitar perusahaan yang berada di Kabupaten Boven Digoel, Papua.  Dalam melaksanakan kegiatannya, Mobile Service Klinik Asiki ini bekerja sama dengan Puskesmas. Kegiatan Mobile Service dilakukan antara lain dengan melakukan penyuluhan kesehatan tentang ibu hamil dan balita oleh para dokter Klinik Asiki. Kegiatan tersebut juga memfasilitasi sosialisasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan melibatkan dokter Klinik dan dibantu oleh seorang bidan dan dua orang perawat yang bertugas secara bergantian.

Kegiatan pelayanan kesehatan tidak berhenti sampai situ. Program tersebut juga terus digulirkan di kampung-kampung lainnya sesuai dengan jadwal posyandu dari puskesmas setempat.  Variasi kegiatan dan program pun terus berkembang, tidak hanya sebatas penyuluhan, tetapi juga penimbangan bayi dan balita, pencatatan tinggi dan berat badan, imunisasi, serta pemberian vitamin. Pengobatan juga dilakukan untuk pasien umum yang menderita sakit. Kegiatan diakhiri dengan pemberian Bantuan Makanan Tambahan (BMT) untuk mencegah terjadinya gizi buruk. Tim medis klinik juga melakukan pemeriksaan ibu hamil dan pasca melahirkan. Tim medis Klinik Asiki secara aktif menjemput ibu hamil agar bisa melahirkan di klinik dengan prosedur medis yang tepat. Hal ini membuat angka kematian ibu hamil dan ibu melahirkan menjadi nihil. Pada awalnya, KORINDO menghadapi tantangan atas kebiasaan/kepercayan masyarakat setempat  bahwa lebih baik melahirkan di befak (tenda) ataupun di dalam hutan dibanding di tempat lain. Padahal dengan melahirkan di tengah hutan dengan minimnya fasilitas kesehatan yang steril dan tenaga medis yang kompeten, akan sangat membahayakan kondisi sang ibu dan juga bayi yang dilahirkan. Namun, seiring waktu pemikiran semacam ini perlahan-lahan diubah oleh tim klinik dengan mengajak para ibu untuk melahirkan di Klinik Asiki dengan fasilitas yang lebih lengkap. 

Adalah hal yang patut diapresiasi atas upaya KORINDO dalam melakukan berbagai hal tersebut  di atas di  wilayah perbatasan  yang minim akan dukungan infrastruktur yang memadai. Hal ini menjadi bukti nyata kontribusi KORINDO dalam peningkatan kualitas kesehatan masyarakat di daerah pedalaman.


Kepekaan atas kondisi kesehatan yang terjadi di Indonesia membuat KORINDO juga berkontibusi menyerahkan bantuan sebanyak 120.000 lembar masker untuk masyarakat Papua. Bantuan masker tersebut akan didistribusikan ke 3 kabupaten dengan rincian sebanyak 50.000 lembar masker untuk Merauke, 50.000 untuk Boven Digoel, dan 20.000 untuk Kabupaten Mappi. Bantuan ini merupakan aksi cepat tanggap KORINDO atas laporan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang sebelumnya menyebutkan Papua menjadi salah satu daerah yang mengalami kekurangan fasilitas kesehatan dalam penanggulangan Covid-19. Tidak sampai disitu, Korindo Group kembali menyerahkan 3.500 Alat Pelindung Diri (APD) berupa Baju Hazmat bagi para Tenaga Kesehatan (Nakes) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) di Kabupaten Merauke, Boven Digoel, dan Mappi. 

Donasi KORINDO di Masa Pandemi Covid-19
Donasi KORINDO di Masa Pandemi Covid-19

***

Kembali saya tekankan bahwa masalah kesehatan adalah hal yang yang paling mendasar oleh siapapun yang berpijak di negeri ini. Mari terus kita kawal dan dukung apa yang diupayakan oleh Pemerintah demi peningkatan kualitas kesehatan di pedalaman. Namun secara bersamaan kita juga perlu menyadari bahwa pekerjaaan rumah dalam upaya peningkatan kualitas dan pemerataan pelayanan kesehatan  ini  tidak bisa jika hanya mengandalkan "satu tangan". Banyak peran yang mesti terlibat. Banyak "tangan" yang mesti bersinergi demi mencapai amanat konstitusi pemerataan kesehatan hingga di pelosok negeri.

Bagaimana KORINDO menjadikan aspek kesehatan sebagai salah satu pilar dalam program keberlanjutan Corporate Social Contribution (CSC) patut dicontoh oleh sektor swasta dalam memberikan kontribusinya untuk peningkatan pemerataan pelayanan kesehatan di pedalaman. Layanan kesehatan Mobile Service Klinik Asiki yang langsung mendatangi masyarakat di wilayah pedalaman adalah salah satu inovasi layanan kesehatan yang mampu menjawab tantangan atas upaya menghadirkan layanan kesehatan yang menyeluruh di tengah keterbatasan infrastruktur dan kondisi geografis di daerah-daerah pedalaman, paling tidak hingga saat ini.  

Kesehatan yang baik untuk sesama perlu kerja sama kolektif.  Kini saatnya kita menyatukan tekad. Kontribusi dalam pemerataan dan peningkatan kualitas layanan di pedalaman tak mesti bermula dari hal-hal yang besar yang bisa dilihat dengan kasat mata. Jika hal-hal kecil bisa mendatangkan manfaat yang besar bagi masyarakat di pedalaman, kenapa tidak. KORINDO telah memulai bahkan jauh sebelum sebagian dari kita mengetahui realitas kehidupan di pedalaman Papua sana. Lalu, kapan giliran kita mengambil peran?

Daftar Pustaka:

(1) KORINDO. 2017. KORINDO CSR Report 2017: Continuously Working for a Better Society. Jakarta: KORINDO. (https://korindonews.com/laporan-tahunan-csr-korindo-2017/?lang=id, diakses 12 September 2020)

(2)  KORINDO. 2018. Klinik Asiki Menjadi Klinik Terbaik Se-Papua. (https://korindonews.com/korindo-asiki-clinic-named-the-best-clinic-in-papua/?lang=id, diakses 18 September 2020)

(3)  KORINDO. 2019. Klinik Asiki Berhasil Tekan Angka Kematian Ibu dan Anak di Boven Digoel. (https://korindonews.com/asiki-clinic-manages-to-reduce-maternal-and-child-mortality-rate-in-boven-digoel/?lang=id, diakses 3 Oktober 2020)

(4)  KORINDO. 2020. Antisipasi Peningkatan Kasus COVID-19 di Papua, KORINDO Group Bantu Ribuan APD. (https://korindonews.com/gallery/korindo-donates-ppe-hazmat-suits-to-hospitals-in-papua/?lang=id, diakses 3 Oktober 2020)

(5)  KORINDO. 2020. KORINDO Group Kirimkan Bantuan 120.000 Masker ke Papua. (https://korindonews.com/gallery/korindo-group-donates-120000-masks-to-papua/?lang=id, diakses 3 Oktober 2020)

(6) KORINDO. 2020. One Steap Ahead Vol. 4 Edisi 6 – Maret 2020: Ini Adalah Awal dari Perubahan. Jakarta: KORINDO (https://korindonews.com/one-step-ahead-vol-4-edition-6-2020/?lang=id, diakses 3 Oktober 2020)

(7) http://www.data-apbn.kemenkeu.go.id/Dataset/Details/1008  (diakses 3 Oktober 2020)

(8) https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20180417113825-260-291354/akses-jalan-hambatan-pelayanan-kesehatan-yang-kerap-terlupa  (diakses 3 Oktober 2020)

(9) http://news.unair.ac.id/2019/11/10/dr-djazuli-masalah-kesehatan-adalah-tanggung-jawab-semua-sektor/ (diakses 3 Oktober 2020)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun