Mohon tunggu...
Akmal Abudiman Maulana
Akmal Abudiman Maulana Mohon Tunggu... Administrasi - Capital Markets - Teaching - Writing

Menulis membuat anda hidup

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mereka yang Mengejar Indonesia di Teras Pinggiran dan Perbatasan

12 Mei 2019   23:08 Diperbarui: 12 Mei 2019   23:37 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Narasi pembangunan Indonesia nyaris tak pernah usang digaungkan. Bagaimana tidak,  pembangunan menuju Indonesia sejahtera acapkali dijadikan kritik dengan sudut pandang ketimpangan. Katanya, pembangunan Indonesia tak jauh berbeda sejak bangsa ini meneriakkan kemerdekannya 73 tahun silam. Bahkan, katanya pembangunan yang terjadi di negeri ini tak memiliki arah yang jelas, semu dan diperuntukkan di kota-kota besar, sangat bertolak belakang dengan amanat pembangunan nasional yang digagas oleh pendahulu bangsa. Daerah terdepan, terluar dan tertinggal atau biasa yang disebut 3T yang ditetapkan sebagai salah satu dari sebelas prioritas nasional hanya berakhir fatamorgana dan jalan ditempat.

Padahal, pemimpin negeri dan begitu banyak anak manusia di luar sana terus berjuang merangkak mencoba meruntuhkan sekat ketimpangan, merangkul perbatasan, menekan isu ketimpangan demi menjauhi ketertinggalan. Banyak hal-hal yang telah terbangun di daerah pinggiran. Masih banyak pula yang terus merajut asa untuk merasakan Indonesia yang sesungguhnya. Indonesia yang sama dengan apa yang ada di bumi Jawa. Tak heran, Presiden acapkali menekankan bahwa kini saatnya Indonesia sentris, bukan lagi Jawa sentris. Hal ini kemudian dilakukan dengan terus meningkatkan konektivitas di daerah terdepan, terluar dan tertinggal (3T). Hal yang sama juga dilakukan oleh berbagai elemen masyarakat dan korporasi. Bagi mereka, membangun negeri ini merupakan tanggung jawab kolegial, dan hal tersebut butuh peran aktif dari dari siapa pun.

Kontribusi Anak Bangsa

Banyak pemuda memilih untuk turut berkontribusi dalam memerangi ketimpangan. Salah satunya, Hendriyadi, seorang pemuda 29 tahun yang menanggalkan beasiswa dengan posisi dan gaji yang cukup mumpuni di Ibu Kota. Ia tergerak setelah bersama rekan relawannya mengunjungi salah satu pulau di ujung timur Indonesia, Selayar. Ia menyaksikan realitas masih banyak anak yang begitu potensial di pesisir pelosok, tetapi terbatas pada akses pendidikan. Bahkan, masih banyak anak-anak di pesisir yang ternyata belum bisa baca tulis di usianya yang seharusnya sudah mampu. Tahun 2012 di usianya yang saat itu menginjak 23 tahun, ia memutuskan untuk mendirikan Sahabat Pulau, sebuah organisasi berbasis aksi kepemudaan yang berfokus kepada penyelesaian masalah pendidikan pada anak-anak di pesisir pelosok, serta melaksanakan pemberdayaan berbasis socio-entrepreneurship untuk masyarakat pesisir serta pemberdayaan yang berkelanjutan yang melibatkan pemuda dan anak-anak di seluruh Indonesia.

Sahabat Pulau ini memiliki beberapa program pengembangan, yaitu: Rumah Baca Harapan (RUBAH), program yang ditujukan untuk meningkatkan literasi anak-anak pulau dan pelosok melalui kegiatan sharing bersama para relawan sekaligus tempat belajar dan berlatih bagi volunteer lokal; Youth Volunteer Camp, program capacity building bagi volunteer untuk menghubungkan para volunteer dengan para expert di bidang community development, sekaligus untuk menghasilkan volunteer-volunteer sahabat Pulau di seluruh Indonesia; One Youth One Child (Harapan Anak Indonesia - PANDA), program beasiswa yang bertujuan memberikan kesempatan kepada mahasiswa ataupun profesional untuk berkontribusi dengan memberikan donasi atau dukungan terkait kebutuhan pendidikan anak-anak pesisir; Desa-preneur atau (Deliver Education Social and Art Preneur), program wirausaha sosial yang berfokus pada pemberian akses pendidikan dan keterampilan kepada masyarakat, terutama untuk wanita dan pemuda; Youth Hub Bulukumba, program kolaborasi multi-stakeholders antara Sahabat Pulau, pemerintah maupun swasta dalam memberikan pendampingan dan pengembangan ide-ide inovasi pemuda yang berbasis IoT (Internet of Things).

Hendriyadi (paling kiri) dan Sahabat Pulau 
Hendriyadi (paling kiri) dan Sahabat Pulau 

Program-program tersebut terus terselenggara dengan melibatkan raturan volunteer. Saat ini, Sahabat Pulau telah memiliki lebih dari 300 volunter. Mereka tersebar di lebih dari 28 titik di 12 provinsi di Indonesia. Sahbat Pulau bahkan telah memberikan kontribusi positif kepada lebih dari 1.000 anak yang tersebar di berbagai provinsi. Saat ini, Rumah Baca yang merupakan salah satu programnya juga telah tersebar di beberapa daerah pesisir antara lain pulau seribu, paulau pahawang, Wakatobi Palu, Sulawesi seelatan, dan pulau lainnya. Sahabat Pulau juga mendapat dukungan dari berbagai pihak antaar lain Alumni Canada World Youth, IELSP, Kapal Pemuda Nusantara, Forum Indonesia Muda serta bekerja sama dengan CSR CIMB Niaga serta US Embassy.

Saat ini, ia terus mengembangkan Sahabat Pulau dengan berbagai macam programnya. Ia bermimpi untuk mendirikan sekolah alam di Pulau Selayar yang akan menjadi pusat pelatihan buat anak-anak pulau agar mereka bisa bersaing secara global. Sekolah tersebut nantinya akan dijadikan sebagai sentra pengembangan pendidikan karakter, pemberdayaan masyarakat serta lingkungan untuk para fasilitator muda yang siap diterjunkan ke pulau-pulau untuk melaksanakan fungsi pendidikan. Ia juga membina salah satu sekolah Madrasah Aliyah Negeri (MAN)  di pesisir Selayar sana dalam hal pengembangan karya ilmiah berserta pelatihan literasi digital untuk guru-guru, membantu dinas terkait untuk pengembangan program termasuk kerja sama dengan pihak swasta dan institusi pendidikan dalam pengembangan eco-business dengan bekerja sama dengan Econatural (oganisasi yang berfokus pada peningkatan ekonomi masyarakat pesisir dan perbaikan lingkungan pesisir). Ia juga aktif mempromosikan produk-produk buatan ibu rumah tangga Pulau Selayar seperti abon ikan sehat, kripik ikan, renggingang, dan produk lokal lainnya. 

Peran Aktif KORINDO

Jika Hendriyadi adalah salah satu sosok individu yang memilih untuk berkontribusi dalam pembangunan di daerah pelosok, maka KORINDO adalah salah satu contoh dalam bentuk korporasi yang secara konsisten berkontribusi terhadap pembangunan di daerah terpencil. Bagi saya, KORINDOturut berperan serta dalam mensukseskan salah satu program Nawa Cita (9 agenda prioritas) pemerintah Indonesia, yaitu membangun Indonesia dari pinggiran.

KORINDO telah beroperasi selama 48 tahun dan bergerak di bidang sumber daya alam, pembuatan kertas, industri berat (manufaktur padat modal), keuangan, properti, bahan kimia dan logistic. Perusahaan ini secara konsisten telah memberikan kontribusi yang signifikan bagi pembangunan ekonomi negara. Perusahaan ini terus mengembangkan hubungan yang saling menguntungkan dengan seluruh pemangku kepentingan, dalam menjaga lingkungan dan memajukan masyarakat Indonesia, terutama daerah 3T. Perusahaan ini terus mengembangkan bisnis di daerah tertinggal di Indonesia dengan pembangunan jalan dan pengembangan pemukiman, serta pembangunan secara besar pada infrastruktur utama yang dibutuhkan untuk pembangunan daerah.


Komitmen KORINDO ini bahkan terefleksi dalam dalam salah satu misi nya yaitu secara aktif meningkatkan kualitas hidup melalui program-program Pengembangan sosial yang sistematis dan berkelanjutan. Begitu banyak program, kegiatan dan inisiatif-inisiatif yang telah dilakukan di daerah-daerah pelosok dan perbatasan, antara lain membangun komplek pengolahan kayu di Kalimantan Tengah pada tahun 2013. Pada tahun 2016, perusahaan ini juga melakukan usaha yang terpadu dengan melakukan percobaan menanam padi di wilayah Merauke dan sekitarnya sebagai kontribusinya dalam mendukung swasembada pangan Indonesia. Pembangunan tersebut dilakukan sesuai dengan filosofi perusahaan untuk membangun hubungan yang harmonis, bermanfaat dan berkelanjutan bersama masyarakat.

CSR KORINDO dalam bidang pendidikan di Papua (Sumber: AR KORINDO 2017)
CSR KORINDO dalam bidang pendidikan di Papua (Sumber: AR KORINDO 2017)

Seiring pertumbuhan usahanya, KORINDO terus berkomitmen untuk mengembangkan usahanya di wilayah-wilayah Indonesia yang tertinggal melalui pembangunan jalan dan tempat tinggal serta pembangunan besar-besaran pada infrastruktur utama yang menjadi bagian dari usaha pengembangan daerah. KORINDO bersama KOICA (Korea International Cooperation Agency) juga telah mendirikan fasilitas kesehatan pertama di Kampung Asiki, sebuah kampung pedalaman Papua di wilayah perbatasan Indonesia. Klinik ini dipersembahkan secara gratis bagi putra daerah Papua dan masyarakat tidak mampu sebagai kontribusinya dalam upaya meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat setempat. Klinik ini memiliki fasilitas cukup lengkap seperti ruang rawat jalan, rawat inap, ruang bersalin, perawatan bayi/perinatologi, IGD, ruang bedah minor, USG, farmasi, dan fasilitas lainnya hingga penyediaan kendaraan ambulans. Tak heran, Klinik Asiki yang pernah meraih predikat Klinik Terbaik di tingkat Propinsi Papua versi BPJS Kesehatan pada tahun 2017, kembali mendapat penghormatan untuk menghadiri Pertemuan Nasional FKTP BPJS Kesehatan Tahun 2018 pada pertengahan April 2018 lalu di Jakarta.

Dalam bidang Pendidikan, di tahun 2017, KORINDO juga telah berkontribusi dalam membangun Gedung-gedung sekolah dan juga menyediakan 25 bus sekolah bagi siswa- siswa di daerah Asiki, Papua yang bertujuan membantu transportasi ke sekolah. Selain itu, perusahaan juga memberikan bantuan di berbagai sekolah berupa peralatan mengajar dan bantuan guru honorer. KORINDO juga memberikan beasiswa bagi pelajar SMA untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi negeri. Bagi mereka yang tidak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, perusahaan turut menyediakan fasilitas Balai Latihan Kerja (BLK) seperti pelatihan Las, Otomotif, Agrobisnis, Budidaya Ternak. KORINDO bahkan turut bekerja sama dengan Dinas Ketenagakerjaan Merauke dalam melaksanakan program BLK ini. Program ini bertujuan untuk menyiapkan sumber daya manusia dari segi peningkatan keterampilan dan pemberdayaan demi terwujudnya peningkatan perekonomian masyarakat.

Pilar tanggung jawab sosial KORINDO bahkan hampir mewadahi berbagai sektor baik dalam pendidikan, kesehatan berupa pelayanan kesehatan gratis di wilayah perbatasan Indonesia, Baksos & Penyuluhan kesehatan di lokasi terpencil. Selain itu, juga menjangkau pilar ekonomi dan pilar lingkungan, serta pilar infrastruktur dengan membuka akses jalan dan jembatan, sarana pemukiman, penyediaan air bersih, listrik, fasilitas gedung sekolah, bus, rumah ibadah, balai pengobatan, bahkan membangun pusat ekonomi seperti pasar-pasar tradisional di daerah Asiki. Kehadiran unit-unit usaha KORINDO di berbagai daerah pinggiran dan pedalaman seperti di  Asiki (Papua), termasuk yang ada di Pangkalan Bun, Balikpapan adalah menjadi salah satu wujud nyata  KORINDO  memajukan pembangunan dan menggerakkan perekonomian setempat. Pada awalnya, daerah- daerah tersebut tidak memiliki aksesibilitas, fasilitas umum dan sosial yang memadai. Namun sekarang, pembangunan infrastruktur daerah tersebut telah berkembang menjadi lebih baik. 

Klinik Asiki di Papua (Sumber: KORINDO)
Klinik Asiki di Papua (Sumber: KORINDO)


***

Meminjam kata-kata seseorang, apakah kita akan memilih untuk menyalakan lilin atau memilih untuk mengutuk kegelapan? Hendriyadi dan KORINDO memilih untuk menyalakan lilin. Memberikan "penerangan" terhadap masyarakat yang ada di daerah perbatasan. Maka, saatnya melakukan perubahan untuk Indonesia lebih baik. Saya yakin, banyak Hendriyadi-Hendriyadi di luar sana yang terus berjuang memerangi ketertinggalan dan membangun apa yang seharusnya ia beri bagi bangsanya. Paling tidak, apa yang dilakukan oleh Hendriyadi, memantik hati kita untuk juga bergerak mengambil bagian. Ia memilih untuk menebar kebaikan dan inspirasi. Ia merasa tidak perlu menunggu menjadi kaya untuk berbagi. Makna kebahagiaan baginya adalah ketika ia mampu membawah secercah harapan buat anak-anak dan masyarakat yang haus ilmu, menenteng sekadurs buku, membentangkan harapan yang nyaris lusuh. Ia memilih menebar asa hingga ke pesisir pelosok disaat sebagian dari kita mendamba-dambakan untuk mengarungi kota metropolitan, menjauhi ketertinggalan.

Dalam aspek korporasi, KORINDO menjadi salah satu tolok ukur korporasi di Indonesia yang secara konsisten membangun Indonesia yang sesungguhnya sejak ia berdiri. Saya percaya banyak korporasi juga di luar sana yang tak hentinya menyebai bibit-bibit pertumbuhan di daerah terpencil. Karena pada akhirnya, kehadiran sebuah korporasi tidak hanya demi pertumbuhan usaha semata, tapi juga berkontribusi kepada masyarakat. Maka tak salah, atas komitmen yang begitu tinggi terhadap pembangunan masyarakat di daerah 3T, sudah sepatutnya KORINDO dan KORINDO-KORINDO lain di luar sana terus mendapatkan apresiasi dan standing applause dari siapa pun. Bangun perbatasan jadi terasnya Indonesia, setidaknya menjadi gaung penyemangat bagi KORINDO untuk tidak pernah berhenti memberikan sumbangsih bagi negerinya. Karena pada akhirnya kita semua sepakat bahwa Indonesia bukan hanya Jakarta, bukan hingar bingar   gemerlap   lampu   kota   dan   rimba   mall   dengan   midnite   sale   setiap minggunya.   Indonesia   bahkan bukan   apartemen   yang   menjulang   tinggi   dengan fasilitas  mentereng.  Bahkan  bukan  pemukiman  kumuh  di  bantaran sungai   kali   Ciliwung   yang   masih   mendapatkan   listrik  PLN   dan   air   PAM. Indonesia bahkan bukan sebatas Jawa.  Indonesia  adalah Kampung Asiki, Kampung Selayar dan desa-desa yang yang berada di sebarang pulau sana, yang terus berlari mengejar ketertinggalan.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun