Mohon tunggu...
Akmal Abudiman Maulana
Akmal Abudiman Maulana Mohon Tunggu... Administrasi - Capital Markets - Teaching - Writing

Menulis membuat anda hidup

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gemuruh Energi Sosial Asian Games 2018 sebagai Lokomotif Menuju Indonesia Maju

3 September 2018   23:40 Diperbarui: 4 September 2018   00:07 725
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh rakyat Indonesia yang membuat Asian Games ini sukses menjadi tuan rumah yang ramah, dan menjadi energi untuk membuat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang semakin maju dan besar".[i]

Ungkap Presiden Indonesia, Joko Widodo (Jokowi), saat memberikan pidato nya pada Closing Ceremony Asian Games 2018 semalam yang ditayangkan melalui video dari lokasi korban gempa bumi di Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat.

Energi Positif  

Asian Games 2018 telah usai, meninggalkan kesan yang begitu mendalam tak hanya bagi para atlet, tetapi juga bagi bangsa Indonesia. Terselip rasa sedih, haru sekaligus bangga akan pencapaian bangsa ini yang telah sukses menjadi tuan rumah penyelenggaraan pesta perhelatan olahraga terbesar di Asia.

Penantian 56 tahun menjadi tuan rumah rasanya luruh bersama rangkaian kata-kata yang menghidupkan dari netizen, wajah-wajah sumringah dari masyarakat, senyum bangga merekah dari para atlet serta sorakan yang tumpah meriah "In-do-ne-sia" selama lebih dari dua pekan.

Bangsa ini telah menunjukkan dan membuktikan kepiawaiannya menjadi tuan rumah untuk event berskala internasional. Di saat negara lain menyiapkan perhelatan akbar  dalam jangka waktu 10 tahun, 7 tahun, 8 tahun, Indonesia hanya memiliki waktu 3,5 tahun untuk menyiapkan, menghadirkan infrastruktur dan fasilitas-fasilitas olahraga yang berstandar internasional[ii].

Tak pelat, tuan rumah penyelenggara mendapatkan apresiasi yang positif dari berbagai kalangan baik dari Olympic Council of Asia (OCA) maupun dari negara-negara peserta. Presiden Jokowi pun bahkan menyatakan kesiapan Indonesia menjadi salah satu kandidat tuan rumah Olimpiade tahun 2032[iii].

Melengkapi kesuksesan sebagai tuan rumah, jerih payah atlet quadtrant putra sepak takraw menambah koleksi akhir perolehan medali emas atlet-atlet terbaik bangsa menjadi sebanyak 31 keping emas. Indonesia pun berhasil mendulang sebanyak 98 medali, terdiri dari 31 emas, 24 perak, dan 43 perunggu, mengokohkan diri dalam 5 besar (peringkat ke-4) setelah China, Jepang dan Korea, sebuah perolehan medali emas terbanyak sepanjang sejarah keikutsertaan Indonesia di Asian Games[iv]. Perolehan medali ini bahkan jauh di atas target pemerintah sebanyak 17 emas dan masuk dalam peringkat 10 besar[v].

 Tidaklah berlebihan jika apresiasi dan penghargaan yang setinggi-tingginya dihaturkan kepada pemerintah dan panitia penyelenggara yang telah bekerja siang dan malam memastikan kesiapan venue sebanyak 465 nomor pertandingan dari 40 cabang olahraga. Belum lagi mereka yang telah mengorbankan waktu dan tenaganya menyiapkan pembukaaan dan penutupan acara yang begitu spektakuler. 

Terdapat lebih dari 13 ribu relawan yang melayani dengan penuh ramah dan senyum kepada sekitar 16.000 atlet 7.000 wartawan yang hadir dan 150.000 supporter dari 45 negara[vi]. Tak ketinggalan, mereka yang turut larut dalam euforia Asian Games 2018, yang rela antri hanya untuk memperoleh tiket masuk meramaikan atmosfer pertandingan atau hanya sekedar menyapa Bhin-Bhin, Atun, dan Kaka di Asian Fest. 

Mereka yang terus membuat kursi penonton membludak dengan tepukan dan teriakan yang tak ada habisnya. Mereka yang jauh dari tempat penyelenggaraan Asian Games 2018 tapi tak berhenti dan tak mengenal waktu mengirimkan doa dan semangat kepada para atlet. Dan mereka yang tak pernah surut berceloteh dan menebar pujian di media sosial melalui ragam hashtag #AyoIndonesia #IndonesiaBisa #AsianGames2018 dan yel-yel "Siapa kita? Indonesia."

Rasanya energi dari lebih 250 juta masyarakat Indonesia mengepul menjadi satu dalam dua pekan ini. Tak ada sekat dan perbedaan yang acapkali dijadikan bahan perdebatan dan pergunjingan. Yang ada adalah gelora spirit kebangsaan yang menyeruak. Bangsa ini sudah lama tak segembira ini.

Sudah lama energi positif tidak setinggi ini. Kerja keras, profesionalitas, pengorbanan, kebanggaan, keikhlasan semua pihak, telah turut mengangkat wibawa bangsa besar Indonesia di kancah dunia, memperkokoh kebersamaan dan menghadirkan keindonesian. Sayangnya dua pekan Asian Games 2018 ini rasanya cukup singkat menjadi perekat bagi bangsa yang begitu haus akan gemuruh energi positif.  

Manfaatkan Social Capital 

Saya teringat ucapan Mantan Wakil Presiden Boediono yang dalam suatu kesempatan pernah mengatakan bahwa bangsa ini harus mampu memanfaatkan energi sosial untuk meningkatkan kesejahteraan. Energi sosial dalam hal ini adalah kerja sama antar semua komponen bangsa[vii]. 

Energi sosial ini lah yang menjadi modal sosial  (social capital) yang membuat bangsa ini memiliki kemampuan lebih dari apa yang telah dicapai. Energi sosial yang terlahir dari setiap anak bangsa seyogyanya dijadikan kekuatan untuk menopang pertumbuhan bangsa dan negara dalam segala aspek, bukan malah terkuras habis hanya dengan kesibukan mencari kebobrokan negara, memecah belah, dan saling menyeruakkan perbedaan.  

Jika menilik sejarah, di saat negeri ini berjuang lepas dari belenggu penjajahan, seluruh energi sosial bangsa saat itu melebur mengarah pada keinginan untuk merdeka. Padahal di kala itu pejuang hanya dilengkapi dengan bambu runcing, tetapi mereka mampu mengibarkan bendera merah putih di tanah yang saat ini kita pijaki.

Energi sosial yang begitu besar telah membawa bangsa ini ke gerbang kemerdekaan. Lautan, hutan dan daratan yang acapkali dibanggakan sebagai kekayaan negeri hanya sebatas bonus bagi bangsa ini. Energi sosial dari setiap individu dan masyarakat lah yang justru menjadi kekuatan terbesar bangsa ini untuk terus maju.

Apa yang disampaikan Jokowi dalam pidatonya pada penutupan Asian Games 2018 semalam seperti pada penggalan awal tulisan ini, dan apa yang pernah diungkapkan oleh Boediono menjadi catatan buat kita semua bahwa energi untuk menjadi bangsa yang semakin maju dan besar berasal dari seluruh rakyat Indonesia. 

Momen Asian Games 2018 ini bukan soal pertandingan semata, Asian Games hadir sebagai perekat dan pemersatu bangsa. Tidak ada waktu untuk saling meyalahkan dan memecah belah.

Saatnya kita bangkit menjadi bangsa yang sering bersorak menebarkan energi positif dibanding mencela, karena inilah wajah Indonesia yang sesunguhnya, Indonesia yang mengapresiasi, penuh dengan optmisme, dan saling bergandengan demi mencapai tujuan.

Perhelatan Asian Games 2018 bisa saja berakhir,  tetapi energi positif sebagai energi sosial akan terus bergelora dalam diri individu kita semua sampai kapan pun. Saatnya kita saling merangkul, menyemangati satu sama lain seperti apa yang telah kita pertontokan di Asian Games 2018. 

Krisis energi sosial yang pernah disuguhkan dengan saling menyalahkan, mencari kesalahan, dan menebar kebencian telah cukup menguras tenaga bangsa ini.

Setidaknya perhelatan Asian Games 2018 selama 2 pekan ini menjadi pengingat kita bersama betapa besarnya energi sosial bangsa ini yang jika kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya bisa memberikan energi besar sekaligus sebagai penggerak (lokomotif)  yang mampu  membawa negeri ini menuju Indonesia maju.
  

[i] http://setkab.go.id (Diakses 2 September 2018)

[ii]http://setkab.go.id (diakses 2 Septemebr 2018)

[iii]http://setkab.go.id/ (Diakses 2 September 2018)

[iv]http://setkab.go.id(Diakses 2 September 2018)

[v]http://setkab.go.id (Diakses 2 September 2018)

[vi]http://setkab.go.id (Diakses 2 September 2018)

[vii]https://ekonomi.kompas.com(Diakses 2 September 2018)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun