Mohon tunggu...
Akmal Husaini
Akmal Husaini Mohon Tunggu... Wiraswasta - suka menjaga kebersihan

kebersihan sebagian dari iman. Karena itulah jadilah pribadi yang bersih

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kedepankan Literasi Dalam Melihat Perang Saudara di Suriah

21 Desember 2024   07:41 Diperbarui: 21 Desember 2024   07:41 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Konflik Suriah adalah salah satu konflik paling kompleks di abad ke-21. Peristiwa ini bukan sekadar perang saudara biasa, melainkan perpaduan dari berbagai faktor politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang saling terkait. Seringkali, konflik ini disajikan secara sederhana sebagai perang antara kebaikan dan kejahatan, atau antara agama yang satu dengan yang lain. Namun, penyederhanaan seperti ini justru mengaburkan fakta yang sebenarnya dan dapat memicu kesalahpahaman serta radikalisasi.

Mengapa kita perlu memahami konflik suriah dengan lebih baik? Mencegah radikalisasi. Dengan memahami kompleksitas konflik, kita dapat lebih kritis terhadap informasi yang kita terima dan tidak mudah terpengaruh oleh narasi-narasi yang menyesatkan. Lalu, membangun empati. Dengan memahami akar masalah konflik dapat membantu kita membangun empati terhadap para korban dan memahami bahwa tidak ada pihak yang sepenuhnya benar atau salah. Selain itu, dengan memahami konflik suriah, bisa mendukung upaya perdamaian. Dengan pemahaman yang lebih baik, kita dapat mendukung upaya-upaya perdamaian dan rekonsiliasi di Suriah.

Lalu, bagaimana cara untuk meningkatkan literasi yang kritis? Tentu harus mengandalkan sumber informasi yang valid. Selalu mencari informasi dari sumber yang kredibel dan beragam. Hindari sumber-sumber yang hanya menyajikan satu sudut pandang. Biasakan untuk selalu melakukan verifikasi setiap informasi yang ada. Jangan mudah percaya dengan informasi yang baru saja kita baca atau dengar. Cobalah untuk mencari informasi dari berbagai sumber untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap.

Dengan mengandalkan informasi yang tepat, harus diimbangi juga dengan berpikir yang kritis. Ajukan pertanyaan-pertanyaan kritis terhadap informasi yang kita terima. Siapa yang menyebarkan informasi ini? Apa tujuan mereka? Apakah ada bukti yang mendukung klaim mereka? Hindari kebiasaan yang menggeneralisasi suatu kelompok atau agama berdasarkan tindakan individu atau kelompok kecil. Lalu, biasakan untuk mendiskusikan isu-isu yang berkaitan dengan konflik Suriah dengan orang-orang yang memiliki pandangan berbeda. Hal ini dapat membantu kita memperluas perspektif dan memahami masalah dari berbagai sudut pandang.

Mengapa kita harus waspada terhadap narasi yang menyederhanakan konflik? Karena narasi yang menyederhanakan konflik dapat memicu radikalisasi dan kekerasan. Orang-orang yang merasa termarginalkan atau tertekan dapat dengan mudah terpengaruh oleh ideologi ekstrem. Dengan adanya penyederhanaan, juga bisa membuat konflik menjadi semakin polarisasi dan sulit untuk diselesaikan. Ketika kedua belah pihak semakin terpolarisasi, maka peluang untuk mencapai perdamaian menjadi semakin kecil. Penyederhanaan konflik juga dapat mendorong intervensi asing yang semakin memperpanjang dan memperumit konflik.

Apa yang bisa kita jadikan pembelajaran bersama? Konflik Suriah adalah pelajaran berharga bagi kita semua. Konflik ini mengajarkan kita betapa pentingnya memiliki literasi kritis dan berpikir secara rasional. Dengan memahami kompleksitas konflik, kita dapat menjadi warga negara yang lebih baik dan berkontribusi dalam membangun dunia yang lebih damai.

Mari kita bersama-sama menyebarkan informasi yang benar dan membangun kesadaran masyarakat tentang pentingnya literasi kritis. Dengan begitu, kita dapat mencegah terjadinya konflik serupa di masa depan dan menciptakan dunia yang lebih toleran dan damai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun