Baru saja kita semua mempunyai presiden dan wakil presiden yang sah, hasil dari proses pemilu beberapa waktu lalu. Presiden juga telah membentuk kabinet yang dianggap mampu, menjalankan janji presiden dalam 5 tahun mendatang. Dan pergantian kepemimpinan ini merupakan momen krusial dalam perjalanan sebuah bangsa. Di satu sisi, ini adalah momentum untuk melakukan pembaharuan dan perubahan. Di sisi lain, pergantian kepemimpinan juga rentan memicu konflik dan perpecahan, terutama jika tidak diiringi dengan upaya menjaga stabilitas dan persatuan.
Dalam era digital seperti sekarang, ancaman terhadap ketahanan ideologi semakin kompleks. Hoaks, ujaran kebencian, disinformasi, dan misinformasi yang tersebar luas di media sosial dapat dengan mudah memicu perpecahan dan polarisasi. Kelompok-kelompok yang tidak bertanggung jawab seringkali memanfaatkan momen pergantian kepemimpinan untuk menyebarkan narasi yang memecah belah. Pada titik inilah pentingnya menjaga ketahanan ideologi.
Ketahanan ideologi adalah kemampuan suatu bangsa untuk mempertahankan nilai-nilai luhur dan identitas nasional di tengah gempuran berbagai ideologi yang bertentangan. Ketahanan ideologi sangat penting untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, serta mencegah terjadinya konflik horizontal.
Dalam konteks pemerintahan baru, penting kiranya dipikirkan untuk melakukan penguatan ketahanan ideologi. Bagaimana caranya? Salah satunya dengan cara penguatan literasi digital. Mengedepankan  pendidikan literasi digital sejak dini penting dilakukan, agar masyarakat mampu membedakan informasi yang benar dan hoaks. Karena sekarang ini sangat sulit membedakan mana informasi yang benar dan tidak. Apalagi ditambah budaya masyarakat Indonesia yang masih rendah, menyebabkan mudah sekali menjadi korban provokasi informasi menyesatkan.
Agar literasi ini bisa menjadi budaya baru, maka diperlukan kampanye literasi. Melakukan kampanye secara masif untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya literasi digital. Perkembangan informasi yang begitu massif di era digital, membuat penyebaran informasi begitu pesat. Berbagai informasi apa saja bis akita dapatkan. Jika kita tidak membekali diri dengan pemahaman yang tepat, sekali lagi, kita akan dengan mudah diombang-ambingkan informasi yang menyesatkan.
Dan salah satu yang mempunyai peranan dalam penguatan literasi adalah peningkatan kualitas jurnalisme. Â Media massa harus menghasilkan jurnalisme yang berkualitas. Informasi tidak hanya valid, tapi juga tidak boleh menyebarkan berita bohong, hate speech dan provokatif. Mari kita dukung media massa untuk menghasilkan berita yang berkualitas, akurat, dan berimbang. Meski tak dipungkiri, seiring perkembangan teknologi, saat ini banyak media bermunculan. Dan tak jarang masyarakat lebih percaya media sosial dari pada media mainstream.
Dalam konteks Indonesia, penguatan moderasi beragama juga penting untuk dilakukan. Sebagai negara yang majemuk, dialog antar umat beragama merupakan keniscayaan yang tak bisa dihindari. Pemerintah harus terus memfasilitasi dialog antaragama untuk memperkuat toleransi dan saling pengertian. Pendidikan yang berkembang di Indonesia harus mengajarkan nilai toleransi dan moderasi.
Meningkatkan ketahanan ideologi adalah tugas bersama. Pemerintah, masyarakat, tokoh agama, dan media massa memiliki peran yang sangat penting dalam upaya ini. Dengan bekerja sama, kita dapat membangun bangsa yang kuat, maju, dan bersatu. Mari kita bersama-sama menjaga keutuhan NKRI dengan cara menyebarkan pesan-pesan positif. Gunakan media sosial untuk menyebarkan pesan-pesan yang membangun dan menghindari ujaran kebencian. Jangan mudah percaya dengan informasi yang belum jelas kebenarannya. Hargailah perbedaan pendapat dan keyakinan. Mari kita bekerja sama untuk menciptakan Indonesia yang lebih baik. "Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H