Mohon tunggu...
Akmal Husaini
Akmal Husaini Mohon Tunggu... Wiraswasta - suka menjaga kebersihan

kebersihan sebagian dari iman. Karena itulah jadilah pribadi yang bersih

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Penceramah, Paham Takfiri dan Toleransi

12 Maret 2022   22:42 Diperbarui: 12 Maret 2022   22:46 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ceramah atau dakwah merupakan bagian dari aktifitas peribadahan semua ajaran agama. Dalam Islam sendiri, juga banyak dianjurkan untuk mendengarkan dakwah dari para tokoh agama. Dan dalam perkembangannnya, dakwah yang dulu sering dilakukan di tempat ibadah, di tempat publik atau di lapangan terbuka, kini banyak dilakukan melalui sosial media. Termasuk kelompok penganut radikalisme, juga banyak memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan propaganda radikalisme.

Tidak sedikit dari oknum-oknum ini menyebarkan propaganda radikalisme melalui media dakwah. Dan tidak sedikit pula para oknum penceraham ini secara terbuka, menyebarkan paham kebencian bahkan seringkali mengkafirkan orang lain di depan publik. Pola penceramah yang semacam ini harus ditertibkan. Karena mereka pada dasarnya telah mengadopsi paham takfiri, yang selalu menyalahkan orang lain dan merasa dirinya paling benar. Paham takfiri inilah yang sering diadopsi kelompok radikal dan jaringan terorisme.

Kenapa paham takfiri ini harus ditolak? Indonesia adalah negara yang mengakui banyak agama. Indonesia mempunyai tingkat keberagaman yang tinggi. Jika berbeda menjadi sebuah persoalan, tentu akan berpotensi melahirkan konflik. Jika berbeda dianggap sesat atau kafir, tentu ini akan sangat mengerikan. Bukankah Tuhan menciptakan manusia itu saling berbeda? Lalu kenapa berbeda itu menjadi persoalan? Paham ini berpotensi mengganggu toleransi dan persaudaraan antar umat beragama, yang selama ini sudah berjalan di Indonesia.

Masyarakat perlu memahami bagaimana paham ini telah memecah belah masyarakat. Takfiri ini seringkali diadopsi oleh jaringan teroris seperti ISIS. Mari kita lihat sejarah. Ketika ISIS menguasai Suriah dan Iraq, tidak ada ketenangan di sana. Yang ada justru ketakutan karena setiap hari selalu saja ada kepala yang dipenggal. Setiap hari selalu saja ada yang dianggap sesat, dan hukumannya adalah penggal. Apakah hal ini yang ingin diterapkan di Indonesia? Apakah Islam dan agama-agama yang ada di Indonesia membenarkan perilaku tersebut? Tentu tidak.

Karena itulah, penyusupan paham takfiri dalam setiap ceramah atau dakwah harus segera disudahi. Masyarakat yang paham tokoh agama tertentu yang sering menebar kebencian, tidak perlu didengarkan atau diikuti ajarannya. Banyak contoh yang bisa kita jadikan pembelajaran. Banyak orang yang mengaku paham agama, justru masuk penjara karena masifnya provokasi dan ujaran kebencian yang mereka lakukan. Mari kita bijak mencari tokoh yang betul-betul paham mengenai agama, namun tetap mengedepankan toleransi.

Karena toleransi merupakan kunci, agar kita bisa tetap berdampingan dalam keberagaman. Dan berdampingan dalam keberagaman, bukanlah sebuah dosa besar, juga bukanlah sebuah hal yang dilarang. Tuhan menciptakan manusia saling berbeda, agar bisa saling mengerti dan memahami satu dengan yang lainnya. Karena dengan saling memahami, akan menciptakan rasa saling pedulu dan tolong menolong antar sesama. Dan semoga kita bisa saling berdampingan, tanpa harus merasa paling benar, atau menganggap orang lain sebagai pihak yang salah. Salam toleransi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun