Wayang tidak bisa dilepaskan dari budaya Indonesia. Kata wayang berasal dari Ma Hyang. Yang berarti menuju ke roh spiritual, para dewa atau sang kuasa. Ada juga wayang berasal dari bayang-bayang, dimana teknik pertunjukannya yang mengandalkan bayanangan pada layar.Â
Namun tidak semua wayang menggunakan bayangan. Karena hampir setiap daerah di Indonesia mempunyai wayang lokal, dengan berbagai karakter dan ceritanya. Hal ini bukanlah aneh, karena wayang memang menjadi budaya dan tradisi yang tidak bisa dilepaskan dari masyarakat.
Wayang memang banyak dan terkenal di Pulau Jawa. Namun wayang juga ada di Sumatera, Bali hingga Nusa Tenggara. Salah satu jenis wayang yang terkenal adalah jenis wayang kulit. Wayang ini terbuat dari kulit binatang, yaitu kulit sapi, kerbau atau kambing.Â
Di Bali dan Jawa, pertunjukan wayang kulit ini seringkali menggabungkan cerita Hindu dengan Budha dan Islam. Selain kisah religius, seringkali juga dimasukkan cerita rakyat serta cerita mitos.Â
Sementara di Jawa Barat, juga ada wayang golek, yang terbuat dari kayu. Ceritanya selain mengacu pada tradisi Jawa dan Islam, juga sering diambil diambil dari kehidupan sehari-hari. Dan seiring perkembangan zaman, juga berkembang wayang orang.
Penjelasan diatas menunjukkan bahwa banyak berbagai jenis wayang. Bahkan dalam wilayah yang lebih kecil ada wayang suket, wayang beber, dan masih banyak lagi.Â
Tak heran jika wayang ini juga, yang digunakan oleh Sunan Kalijaga, untuk menyebarkan Islam di tanah Jawa ketika itu. Kenapa begitu? Karena wayang merupakan bagian dari budaya dan tradisi masyarakat.Â
Melalui wayang, semua orang bisa berkumpul, mendengarkan cerita dari sang dalang. Tanpa disadari, wayang juga merupakan bagian dari metode dakwah.
Ketika wayang digelar masyarakat dari berbagai kalangan dan latar belakang berkumpul menjadi satu. Mau yang muslim ataupun non muslim menikmati suara gamelan, cerita dalang yang banyak berisi tentang wejangan hidup.Â
Tanpa disadari, wayang telah mengajarkan nilai-nilai toleransi. Cerita dalam wayang bisa berkaitan dengan era Hindu, Budha, Islam dan daerah lokal setempat.Â
Seiring perkembangannya, banyak masyarakat ketika itu yang memahami Islam dari pentas wayang yang digelar oleh Wali Songo. Jadi wayang dan Islam punya hubungan yang erat, antara agama dan budaya.
Nah, jika dalam dunia modern seperti sekarang, ada seorang tokoh agama yang mengatakan lebih baik wayang di musnahkan saja, hal tersebut sangat bertolak belakang dengan fakta yang ada.Â
Wayang merupakan bentuk dari toleransi beragama. Semua agama bisa berkumpul menjadi satu dalam sebuah pentas. Dan wayang pada dasarnya merupakan bagian dari dakwah. Karena itulah Sunan Kalijaga melakukannya. Mari kita berpikir secara logis. Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah yang telah ada.
Masyarakat juga jangan mudah terpengaruh dengan informasi yang menyesatkan, apapun itu bentuknya. Masyarakat harus cerdas dan terus memperkuat literasi yang ada.Â
Hal ini penting agar kita tidak tumbuh menjadi generasi yang lupa sejarah, generasi yang merasa paling benar dan menganggap pihak yang berbeda sebagai pihak yang salah. Islam dan agama apapun yang ada di Indonesia mempunyai sejarah yang berbeda-beda.Â
Mari saling menghargai perbedaan tersebut sebagai sebuah kekayaan Indonesia. Apalagi Tuhan menciptakan bumi dan seluruh isinya dengan berbagai keberagaman.Â
Mari saling berdampingan tanpa harus menyalahkan. Mari saling berdampingan tanpa harus merasa paling benar. Karena sejatinya berdampingan adalah saling memahami dan tolong menolong antar sesama. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H