Mohon tunggu...
Akmal Husaini
Akmal Husaini Mohon Tunggu... Wiraswasta - suka menjaga kebersihan

kebersihan sebagian dari iman. Karena itulah jadilah pribadi yang bersih

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Saling Edukasi Bangun Kesadaran Melawan Corona

2 Juli 2021   21:52 Diperbarui: 2 Juli 2021   22:19 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanpa terasa, pandemi covid-19 telah melanda dunia, termasuk Indonesia hampir 2 tahun. Selama ini, belum ada negara yang mampu menaklukannya. Kebijakan buka tutup seringkali dilakukan. Ada yang menerapkan lockdown secara total, ada yang setengah, dan ada yang bersifat terbuka. Dampaknya ada yang bisa mengendalikan, tapi ada yang justru melahirkan banyak klaster. Hal yang sama dengan di Indonesia. Pemerintah memang tidak pernah menerapkan lockdown, tapi menerapkan PSBB, PPKM, PPKM Mikro, hingga PPKM Darurat.

Baru saja, pemerintah menerapkan PPKM Darurat yang diberlakukan di Jawa dan Bali, dari tanggal 3-20 Juli 2021. Beberapa aktifitas yang sebelumnya sempat dibatasi, kini harus ditutup sementara. Kenapa hal ini dilakukan? Karena kasus positif di Indonesia jumlahnya sudah cukup mengkhawatirkan. 

Pada 2 Juli ini saja, kasus positif kembali pecah rekor mencapai diatas 25 ribu dalam satu hari. Angka ini diprediksi akan terus mengalami peningkatan. Pada titik inilah, pentingnya kesadaran bersama. Bahwa melawan virus covid-19 tidak bisa dilakukan sendiri, tidak bisa dilakukan secara parsial, tapi harus dilakukan secara bersama-sama.

Tidak perlu saling menyalahkan. Lonjakan kasus yang begitu mengerikan di Indonesia ini merupakan buah dari ketidaksiplinan kita semua. Mari kita jadikan semua ini sebagai pembelajaran bersama. Namun kenyataannya, masih saja ada pihak-pihak yang secara sengaja menebar informasi yang menyesatkan. Akibatnya, tidak sedikit dari masyarakat yang abai terhadap protokol kesehatan. Bahkan meski angka kasus positif sangat mengerikan, masih saja ada menghembuskan isu bahwa pandemi ini merupakan bohong-bohongan, akal-akalan, dan lain sebagainya.

Memang, semuanya ini tidak bisa dilepaskan dari takdir Tuhan YME. Namun, bukan berarti kita terus pasrah menerima. Pandemi covid-19 harus dihadapi dengan protokol kesehatan yang ketat. Jika kita kendor, maka pilihannya akan terpapar. Covid tidak akan hilang jika diantara kita sibuk saling menebar informasi menyesatkan, sibuk saling mencaci dan abai dengan protokol. Mari kita bekali diri dengan vaksin yang telah diupayakan pemerintah. Selebihnya tetap menerapkan protokol kesehatan dalam kondisi apapun.

Di media sosial, memang seringkali kita temukan provokasi dan informasi menyesatkan terkait covid-19 ini. Vaksin dianggap produk yahudi, vaksin dianggap mengandung darah babi dan segala macamnya. Akibatnya, sebagian masyarakat tidak mau di vaksin, tapi disisi lain mereka selalu menyalahkan pemerintah yang dianggap tidak becus menangani pandemi covid-19 ini. Pada titik inilah diperlukan ulama, tokoh agama, dan tokoh masyarakat lainnya. Mungkin masyarakat lebih mau mendengar pendapat para tokoh, dibandingkan harus membaca. Karena tingkat literasi masyarakat Indonesia memang masih sangat rendah.

Mari kita semua bersatu meluruskan pemahaman yang keliru di masyarakat. Mari kita saling mengingatkan, jika ada masyarakat yang masih abai. Mari kita saling menguatkan, jangan saling melemahkan hanya karena persoalan yang tidak penting. Ingat, covid tidak akan hilang jika tidak dihadapi dengan solidaritas semua orang. Mari sama-sama jaga protokol kesehatan, dan saling memberikan edukasi satu sama lain. Dengan saling mengedukasi, diharapkan ada transfer knowledge di tengah masyarakat dalam menghadapi pandemi ini. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun