Mohon tunggu...
Akmal Husaini
Akmal Husaini Mohon Tunggu... Wiraswasta - suka menjaga kebersihan

kebersihan sebagian dari iman. Karena itulah jadilah pribadi yang bersih

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menyeimbangkan Sikap Kritis dan Rasa Saling Percaya

23 Oktober 2020   21:28 Diperbarui: 23 Oktober 2020   22:08 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai generasi yang kritis, memang kita semestinya tidak mudah percaya. Terlebih dengan maraknya hoaks dan provokasi kebencian di media sosial, menuntut kita harus berpikir kritis dan tidak mudah percaya. Pada titik inilah diperlukan penguatan literasi, agar kita punya pemahaman informasi yang untuk dan obyektif.

Namun, sikap kritis ini tentu harus dilakukan pada tempatnya dan obyektif. Artinya, kita harus melihat aspek-aspek yang lain, agar tidak muncul pandangan subyektif.

Dalam konteks mencegah propaganda radikalisme, tentu kita harus bersikap kritis. Kita harus membekali diri dengan informasi yang utuh. Kenapa? Karena kelompok radikal ini seringkali mereduksi dan memaknai istilah-istilah yang bisa menciderai arti sessungguhnya.

Misalnya saja, ketika maraknya aksi bom bunuh diri, dimaknai sebagai berjuang menegakkan agama. Dan meledakkan diri dimaknai sebagai jihad. Padahal, jihad harus dilihat sesuai dengan konteksnya. Jihad era Rasulullah SAW, mungkin akan berbeda dengan jihad era kemerdekaan, ataupun era milenial seperti sekarang ini.

Kelompok ini selalu membangun mind set seseorang rasa tidak saling percaya. Orang yang berbeda pandangan dianggap sesat, bahkan kafir. Padahal, yang berhak untuk menilai sesat atau tidak, hanyalah Allah SWT.

Ketika rasa tidak saling percaya yang dibangun, potensi terjadinya konflik dan perilaku intoleran akan bisa saja terjadi. Semestinya, dalam konteks keberagaman, yang harus dibangun adalah rasa saling menghargai dan menghormati, bukan rasa saling tidak percaya.

Dalam kehidupan bernegara, jika semangat yang dibangun adalah rasa tidak saling percaya kepada pemimpin terpilih, maka negeri ini akan selalu saja diwarnai konflik. Seorang pemimpin memang harus dikritik sebagai bentuk pengawasan dan evaluasi.

Segala kebijakan yang dibangun, juga harus dikiritisi. Namun kritik yang dibangun harus didasarkan pada data, dan analisa yang kuat. Bukan didasarkan pada kebencian semata. Karena kritik yang didasarkan pada kebencian, yang lahir adalan intoleransi.

Ingat, pemimpin yang duduk di pemerintahan saat ini, adalah pemimpin hasil proses demokrasi lima tahunan. Suka tidak suka, mereka terpilih dari proses demokrasi yang dibenarkan oleh undang-undang. Kita harus mempercayai mereka sebagai pemimpin.

Namun, kita juga harus mengingatkan jika memang para pemimpin ini melakukan kesalahan. Agar kritik ini berjalan efektif, maka harus dilakukan dengan cara yang cerdas.

Unjuk rasa merupakan bentuk kritik yang lumrah dalam era demokrasi. Semua negara memperbolehkan. Di Indonesia sendiri, unjuk rasa dijamin oleh undang-undang karena merupakan bagian dari kebebasan berekspresi dan menyampaikan pendapat.

Namun, unjuk rasa harus tetap dilakukan secara santun. Boleh berbeda pandangan, namun tidak boleh saling menebar kebencian. Mari kita seimbangkan sikap kritis kita, dengan tetap mempercayai sistem hukum yang ada.

Jika misalnba entuk peringatan tersebut tidak diindahkan, silahkan menprotesnya dengan aturan hukum yang berlaku. Cara inilah yang semestinya dilakukan oleh generasi kritis. Salam literasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun