Mohon tunggu...
Akmal Husaini
Akmal Husaini Mohon Tunggu... Wiraswasta - suka menjaga kebersihan

kebersihan sebagian dari iman. Karena itulah jadilah pribadi yang bersih

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dakwah dan Tantangan Merawat Kerukunan Dunia Maya

17 September 2020   21:14 Diperbarui: 17 September 2020   21:20 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, dakwah memang menjadi hal yang lumrah. Bahkan, dakwah sudah menjadi bagian dari budaya negeri ini. Ketika Islam masuk ke tanah Jawa, juga dilakukan dengan cara berdakwah. 

Namun, caranya sangatlah santun. Wali Songo ketika itu banyak mengadopsi budaya-budaya lokal, sehingga masyarakat pun bisa menerima Islam dengan terbuka.

Dalam perjalanannya, cara-cara dakwah berkembang menyesuaikan zamannya. Munculnya pesantren, membuat dakwah banyak dilakukan di pesantren. Di luar itu, seringkali dilakukan di tempat ibadah, ruang terbuka, gedung, dan lain sebagainya. 

Namun, di era sekarang, dakwah sudah tidak perlu lagi dilakukan dengan cara door to door, atau dari satu tempat ke tempat yang lain. Di era milenial ini, dakwah bisa dilakukan secara virtual.

Dakwah virtual ini, banyak yang menyambut positif. Apalagi di masa pandemi seperti sekarang ini, tentu saja sangat dibutuhkan karena adanya pembatasan sosial berskala besar.

Dengan bermodal gadget dan jaringan internet, kita bisa mendengarkan dakwah siapa saja tanpa harus datang ke tempat dakwah. Namun, dakwah virtual ini dalam perjalanannya, juga dimanfaatkan oleh kelompok intoleran untuk menyebarkan propaganda radikalisme. 

Akibatnya, tidak sedikit dari masyarakat yang terpapar paham radikalisme melalui dunia maya. Karena provokasi itulah kemudian memunculkan tindakan intoleran.

Dakwah pada dasarnya bertujuan untuk memberikan tuntunan. Namun praktek berdakwah di dunia nyata, juga mendapatkan tantangan. Ada saja orang yang tidak suka, yang kemudian menyakiti si pemberi dakwah. 

Beberapa waktu lalu, Syekh Ali Jaber ditusuk oleh orang tak di kenal ketika berdakwah di Lampung. Di dunia maya, tidak ada insiden penusukan, namun ada juga dakwah yang disusupi pesan kebencian dan provokasi. Dua hal yang berbeda, namun keduanya merupakan bentuk bahwa dalam berdakwah, banyak tantangan yang masih harus dihadapi.

Dakwah harus menyejukkan. Dakwah harus menyatukan dan menjaga kerukunan. Jika kita berbeda pandangan dengan materi dakwah yang disampaikan, lebih baik disampaikan secara santun. 

Jika kita tidak suka dengan orang yang memberi dakwah, lebih baik ditahan, tidak perlu dilampiaskan dalam perilaku dan ucapan yang provokatif. Jika kita tidak sepaham, jangan merasa paling benar. Karena kebenaran itu sejatinya hanyalah milih yang menciptakan bumi dan seisinya. Mari saling introspeksi.

Introspeksi sangat diperlukan. Mari terus menebar kebaikan. Indonesia adalah negara yang damai, yang tidak mempunyai bibit permusuhan. Nilai-nilai Pancasila yang menjadi dasar negara, merupakan nilai yang lahir dari budaya Indonesia. Karena itulah, mari kembali pada kearifan lokal yang mungkin bagi sebagian orang telah ditinggalkan.  

Mari kita ingatkan yang salah dengan cara-cara dakwah yang sejuk. Dakwah tidak boleh dengan marah-marah, tidak boleh dengan menjelekkan. Dakwah harus bisa melihat sebuah persoalan secara utuh. Dakwah juga harus bisa menjelaskan ayat berdasarkan konteksnya.

Mari kita jaga kerukunan negeri ini. Dakwah secara nyata ataupun maya, juga masih bisa memicu terjadi perilaku intoleran. Menjadi tugas kita selaku generasi penerus bangsa, untuk tetap menjaga Indonesia dari bibit perpecahan. Salam damai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun