Pandemi covid-19 yang telah membuat jutaan manusia meninggal di seluruh dunia, tetap saja tidak menyurutkan niat sekelompok oknum masyarakat dalam menyebarkan hoaks. Berita bohong nyatanya tidak mengenal waktu.Â
Dalam kondisi apapun, masih saja terus menyebar di tengah masyarakat melalui media sosial. Oknum-oknum masyarakat terus bermunculan dan sengaja menebar kekhawatiran.Â
Tipikal orang-orang semacam ini memang nyata. Apalagi, kelompok-kelompok intoleran dan radikalisme juga ikut menyesuaikan perkembangan zaman dengan melek teknologi.
Seperti kita tahu, para simpatisan ideologi intoleran, radikalisme yang tergabung dalam berbagai kelompok di Indonesia, seringkali memanfaatkan teknologi untuk menebar 'teror'.Â
Baik itu secara lisan, ataupun secara fisik. Teror lisan seringkali muncul ketika tahun politik. Hate speech setiap detik terus bermunculan. Ironisnya, hal ini masih terjadi ketika tahun politik telah berlalu.Â
Bahkan di masa pandemi seperti sekarang ini, tidak sedikit ujaran kebencian muncul, menyerang pemerintah karena dianggap tidak becus menangani penyebaran covid-19.
Ketika baru 2 bulan covid masuk ke Indonesia saja, Kominfo setidaknya mencatat sebanyak 1.401 sebaran hoaks terkait covid-19. Pemerintah juga bekerja sama dengan media sosial di Indonesia, untuk melakukan take down segala postingan yang berbau hoaks.Â
Hal ini penting agar anak-anak yang juga sering bermain di media sosial, tidak terkontaminasi dengan isu-isu yang tidak benar. Namun, pada kenyataannya memberantas hoaks tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Penyakit hoaks hanya bisa diberantas dengan kesadaran. Jika diantara kita masih belum sadar pentingnya melawan hoaks, maka sepanjang itu pula provokasi masih terus terjadi. Mari kita belajar dari sejarah perjuangan negeri ini.Â
Ratusan tahun hidup dalam penjajahan, karena kita tidak sadar ketika itu terus di adu domba melalui politik belah bambu. Persatuan yang diharapkan terjadi, sulit sekali diwujudkan.Â
Antar warga bisa saling mencari kesalahan. Bertahun-tahun perjuangan dilakukan secara parsial. Sampai akhirnya kita sadar dan bisa berorganisasi. Ketika itulah perjuangan bisa dilakukan secara serempak. Persatuan Indonesia terjadi dan kemerdekaan pun bisa dirasakan hingga saat ini.