Banyak pelajaran yang bisa kita dapatkan di bulan Ramadan ini. Banyak pula kejadian yang bisa kita jadikan sarana introspeksi, agar kedepannya kita menjadi pribadi yang lebih baik.Â
Namun, ada juga fenomena yang membuat kita miris, karena masih saja tetap terjadi meski mayoritas umat muslim menjalankan ibadah puasa. Aksi unjuk rasa berujung rusuh pada 21-22 Mei kemarin misalnya.Â
Publik tentu tidak habis pikir. Hanya karena terprovokasi pesan-pesan kebencian dan hoaks di media sosial, sekelompok orang dengan brutal melakukan perusakan. Ironisnya, aksi tersebut juga telah menewaskan beberapa orang tak berdosa, karena tertembus peluru. Ironisnya lagi, pelaku penembakan hingga saat ini masih tidak jelas.
Bahkan, mulai terkuak niat dari aksi 22 Mei tersebut. Mulai dari membayar pihak tertentu untuk membuat rusuh, sampai ada rencana pembunuhan tokoh tertentu. Dan rencana tersebut dilakukan ketika seluruh umat muslim menjalankan ibadah puasa Ramadan.Â
Apa motif dibalik semua ini? Akankah diantara kita harus saling membunuh antar sesama? Rencana diatas sebenarnya tidak perlu terjadi, jika kita semua menghargai yang namanya proses, menghormati bulan Ramadan, dan menjalankan semangat puasa untuk saling mengendalikan diri dan hawa nafsunya.
Akibat kita tidak menerapkan hal tersebut, potensi konflik akan terus mengancam dan sewaktu-waktu akan bisa meledak karena terus dipicu dengan provokasi ujaran kebencian dan hoaks.Â
Indonesia akan hancur jika masyarakatnya saling membenci dan saling membunuh antar sesama. Padahal, Indonesia kaya akan nilai-nilai kemanusiaan, nilai toleransi dan saling tolong menolong.Â
Bahkan Islam sendiri pun juga mengedepankan nilai kemanusiaan. Ketika masuk ke tanah Jawa, Islam tidak mengajarkan kekerasan. Bahkan wali songo merangkul budaya lokal sampai lahirlah banyak akulturasi antara Islam dan budaya lainnya.Â
Jika ada seorang atau sekelompok orang yang mengklaim sebagai seorang muslim, tapi perilakunya justru seringkali menebar kebencian, sepertinya harus secepatnya melakukan introspeksi. Kenapa? Karena dalam Islam dan budaya Indonesia tidak pernah mengajarkan budaya kekerasan.
Mari di bulan Ramadan ini saling mengendalikan diri. Baik dari sisi ucapan ataupun perilaku. Mari kembali ke esensi puasa, yang menuntut kita untuk saling mengendalikan diri. Ramadan mengajarkan kita untuk saling berbagi antar sesama.Â
Ramadan juga mengajarkan tentang pentingnya menjaga kebersamaan. Sahur dan buka puasa bersama, sahur dan buka bersama dengan anak yatim, dengan anak-anak jalanan, ataupun dengan elemen masyarakat lain seringkali terjadi ketika Ramadan. Beribadah bersama di masjid juga sering terjadi di bulan Ramadan.
Nilai-nilai yang diajarkan dalam Islam, juga sejalan dengan nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Indonesia. Alangkah indahnya negeri ini jika masyarakatnya bisa tetap mengedepankan nilai-nilai Islam dan kearifan lokal yang ada.Â
Bayangkan jika esensi Ramadan dipadukan dengan kearifan lokal yang ada, tentu Indonesia akan menjadi negara yang damai. Dan siapa yang tidak ingin Indonesia damai? Tentu semua orang ingin Indonesia selalu damai.Â
Karena itulah, mari saling mengendalikan diri, jangan menebar provokasi, ujaran kebencian ataupun persekusi, agar persatuan dan kesatuan umat tetap terjaga. Agar keragaman yang menjadi karakter negeri ini tetap terjaga. Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H