Dalam agama Islam, saling meminta maaf dan memaafkan merupakan salah yang dianjurkan. Dalam Al Quran disebutkan, "Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh." (QS. Al-A'raf : 199). Ayat ini jelas menganjurkan agar seorang muslim harus menjadi pribadi yang pemaaf. Apapun yang pernah dilakukan orang lain, kita harus bisa belajar memaafkan.
Dalam ayat yang lain juga disebutkan, "Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun." (QS. Al-Baqarah : 263).Â
Ayat ini juga menegaskan bahwa memberikan maaf lebih dari baik. Memang, bagi sebagian orang dalam kondisi tertentu, memberikan maaf sangat sulit dilakukan. Memberikan maaf menjadi sangat sulit, karena masih ada dendam dalam diri. Padahal, dalam ajaran agama diajarkan bahwa memberikan maaf merupakan perbuatan yang mulia.
Dalam konteks sekarang ini, saling memberikan maaf perlu terus didorong, karena setelah pilpres masih menyisakan beberapa kekesalan dan kebencian. Para pendukung pasangan calon, masih ada yang belum bisa move on.Â
Bahkan, provokasi di media sosial masih terus bermunculan, mengajak agar masyarakat untuk melakukan tindakan onar, karena pemilu dianggap penuh kecurangan. Biarlah aparat penegak hukum yang memutuskan curang atau tidak. Sebagai masyarakat kecil, kita tidak perlu terjebak dalam kebencian yang membabi buta.
Mari kita lupakan sejenak urusan politik. Mari kita belajar menerima kemenangan dan kekalahan. Karena itulah esensi dari sebuah demokrasi. Setiap pihak harus saing menghargai dan menghormati. Tak perlu memperpanjang permusuhan. Tak perlu lagi menebar kebencian dan kebohongan melalui media sosial. Mari ita lakukan rekonsoliasi. Apalagi saat ini sudah memasuki bulan suci Ramadan. Saatnya berlomba-lomba berbuat kebaikan, agar mendapatkan berkah di bulan suci ini.
Rekonsiliasi sebenarnya juga merupakan bagian dari tradisi kita sebagai masyarakat Indonesia. Dari sudut pandang agama, sudah dijelaskan, bahwa agama apapun menganjurkan untuk saling memaafkan dan meminta maaf jika terjadi perselisihan. Dari sudut pandang budaya, hampir semua suku-suku yang tersebut dari Aceh hingga Papua, juga punya tradisi saling memaafkan jika terjadi perselisihan.Â
Dengan melakukan rekonsiliasi, potensi terjadinya konflik di tengah masyarakat yang majemuk ini bisa diminimalisir. Dengan rekonsiliasi, keragaman yang menjadi ciri khas negeri ini akan bisa tetap terjaga.
Mari, siapapun kita, masyarakat biasa hingga elit politik, lupakan ketegangan pilpres. Mari kita menatap kedepan demi bangsa ini. Lalukanlah rekonsiliasi, karena sejatinya kita ini adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Kita saling membutuhkan satu dengan yang lain. Jika kita saling membenci, maka interaksi dan tolong menolong antar sesama tidak akan terjadi.Â
Dan kalau ini yang terjadi, potensi masuknya bibit radikalisme akan lebih mudah. Dan ingat, radikalisme saat ini telah menyebar dengan memanfaatkan kemajuan teknologi. Karena itulah, jangan pelihara kebencian yang tidak ada gunanya. Selamat menjalankan ibadah puasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H