Generasi milenial. Itulah sebuatan anak muda saat ini. Â Generasi yang begitu familiar dengan yang namanya teknologi informasi. Bahkan, anak kecil di era sekarang pun, sudah mahir memainkan gadget dan teknologi di era milenial ini.Â
Memang, perkembangan teknologi merupakan keniscayaan yang tak bisa dihindari. Dengan adanya media sosial, semakin mendekatkan anak-anak muda dengan teknologi informasi.Â
Hampir sebagian besar aktifitas yang dulunya hanya bisa dilakukan di dunia nyata, kini  bisa dilakukan di dunia maya. Kita bisa video call dengan orang lain, mengakses informasi, membeli barang, bahkan mencari kerja di dunia maya. Wajar jika banyak anak muda yang menghabiskan waktunya berjam-jam di media sosial.
Dan keberadaan teknologi informasi ini, tentunya ditujukan untuk kepentingan yang positif. Bukan kepentingan negative, yang bisa berpotensi merusak tatanan kehidupan sosial yang ada. Dan yang terjadi saat ini, teknologi informasi tidak hanya digunakan untuk kepentingan yang tidak baik.Â
Jauh sebelum maraknya hate speech seperti sekarang ini, kelompok radikal telah menggunakan media sosial untuk menebarkan propaganda radikalisme. Hal ini dilakukan oleh kelompok ISIS, ketika mulai terdesak ketika itu.Â
Dan karena mendapatkan perintah untuk menguasai media sosial, sejak saat itulah berbagai propaganda radikalisme, hate speech dan hoaks terus menjamur di dunia maya.
Dan salah satu tantangan yang dirasakan di era milenial ini adalah melawan radikalisme dunia maya. Karena terbukti banyak anak-anak muda Indonesia yang terpapar radikalisme melalui dunia maya.Â
Tidak sedikit diantara mereka yang bahkan berani melakukan persekusi hingga melakukan teror bom, hanya karena terprovokasi oleh hate speech dan hoaks.Â
Bagaimana mungkin praktek meledakkan diri dianggap sebagai bagian dari jihad? Sementara dalam Islam sendiri tidak pernah mengajarkan jihad dengan cara meledakkan diri ataupun menyakiti orang lain. Karena Islam adalah agama yang sejuk, yang tidak pernah menebarkan kebencian dan permusuhan.
Generasi milenial yang melek teknologi, harus sadar provokasi. Mana informasi yang patut dipercaya, mana yang bohong, dan mana yang memang sesuai dengan fakta. Generasi milenial harus membekali diri dengan literasi media yang kuat. Selain itu juga harus punya pendirian yang kuat, agar tidak mudah terkena bujuk rayu yang menyesatkan.Â
Karena penyebaran hoaks dan kebencian yang marak saat ini, tidak sedikit telah membuat sebagian orang terprovokasi hingga berani melakukan persekusi. Dan anak-anak muda yang berhasil terprovokasi ini, sudah selangkah lagi lebih dekat dengan praktek terorisme.
Jika anak zaman now bisa melek teknologi, lalu sadar provokasi yang menyelinap dibalik kecanggihan teknologi, diharapkan tidak ada lagi potensi perpecahan diantara kita.Â
Diharapkan tidak ada lagi kebencian atas nama apapun yang menyebar di dunia maya. Diharapkan juga tidak ada lagi persekusi, apalagi perilaku teror. Jika kita bisa melakukan ini semua, maka kerukunan dan toleransi yang menjadi karakter masyarakat Indonesia, akan tetap terjaga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H