Mohon tunggu...
Akmal Husaini
Akmal Husaini Mohon Tunggu... Wiraswasta - suka menjaga kebersihan

kebersihan sebagian dari iman. Karena itulah jadilah pribadi yang bersih

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Saling Membenci, Perbedaan dalam Pilihan Politik Itu Wajar

11 April 2019   07:25 Diperbarui: 11 April 2019   07:29 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memasuki tahun politik dan mendekati waktu pemilihan presiden dan wakil presiden serta pemilihan legislative, perbedaan seakan menjadi isu yang sensitif. Karakter masyarakat Indonesia yang majemuk, tentu akan mempunyai pilihan politik yang beragam. Anggota legislatifnya beragam. Pasangan capres dan cawapresnya juga lebih dari satu, tentu saja perbedaan politik itu menjadi hal yang wajar. Sayangnya, tidak sedikit karena perbedaan politik ini bisa memicu perselisihan, perbedaan pendapat, bahkan tindakan intoleran yang semestinya tidak terjadi.

Pileg dan pilpres merupakan sarana untuk bisa mendapatkan pemimpin yang amanah, jujur dan bertanggungjawab. Karena itulah dalam proses pemilihan jangan sampai diwarnai ucapan dan perilaku yang saling membenci satu dengan yang lain. Ingat, dalam kehidupan sehari-hari kita selalu diwarnai perbedaan. 

Dalam menentukan makanan yang kita makan, pakaian yang kita pakai, sekolah yang kita pilih, kesenangan yang kita inginkan, semuanya berbeda-beda. Karena Tuhan memang menciptakan manusia saling berbeda. Karena itulah setiap manusia dianjurkan untuk saling mengenal satu dengan yang lain, agar tetap bisa saling interaksi dan bersilaturahmi.

Perbedaan pendapat, pandangan ataupun pilihan politik, sejatinya merupakan bentuk kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya. Sayangnya, dalam proses penentuan pilihan itu, tidak semuanya murni karena pilihannya sendiri. Dengan maraknya provokasi dalam bentuk hoaks dan hate speech di dunia maya dan dunia nyata, seringkali membuat sebagian masyarakat bimbang dalam menentukan pilihan politiknya. 

Tidak hanya itu, masifnya provokasi ini juga bisa memicu terjadinya konflik di tingkat masyarakat. Dan hal ini sudah banyak terjadi di berbagai daerah. Hanya karena berbeda pilihan politik, hubungan pertemanan bisa putus, silaturahmi dengan tetangga bisa terganggu, dan aksi tindakan persekusi pun bisa saja terjadi.

Untuk itulah, perlu komitmen semua pihak untuk mengakhiri penyebaran hoaks dan hate speech ini. Tidak perlu saling membenci hanya karena berbeda pilihan politik. Generasi milenial yang memang sudah familiar dengan kecanggihan teknologi, harus aktif dalam menyebarkan informasi yang valid, penuh inspirasi dan tidak mengandung kebencian. 

Postinglah pesan-pesan perdamaian. Dan implementasikan pesan damai itu dalam kehidupan sehari-hari. Jadilah penyebar perdamaian, agar negeri yang indah dengan keragamannya ini tetap tenang penuh kedamaian.

Semangat bhineka tunggal ika harus tetap dipertahankan di era milenial ini. Jika di era penjajahan kita bisa bersatu mengusir penjajah, semestinya sekarang ini kita juga bisa bersatu mengusir bibit radikalisme dan intoleransi, serta menghilangkan bibit kebencian dan kebohongan. Bibit negatif harus dihilangkan dalam diri kita masing-masing. 

Setelah itu sebarkanlah bibit kebaikan ke seluruh penjuru negeri. Karena perintah agama meminta kepada seluruh umatnya, untuk berlomba-lomba berbuat kebaikan. Hidup berdampingan dalam keragaman akan menjadi hal yang indah, jika kita bisa menghilangkan bibit kebencian dalam diri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun