Mohon tunggu...
Akmal Husaini
Akmal Husaini Mohon Tunggu... Wiraswasta - suka menjaga kebersihan

kebersihan sebagian dari iman. Karena itulah jadilah pribadi yang bersih

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Antar Pemeluk Agama Harus Saling Mendamaikan

27 Desember 2018   07:08 Diperbarui: 27 Desember 2018   07:26 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia berkembang menjadi negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Namun Indonesia juga mengakui adanya agama-agama lain, seperti Katolik, Protestan, Konghucu, Hindu dan Budha. Bahkan, di daerah yang masih pedalaman sebagian masyarakatnya masih menganut aliran kepercayaan. Dan faktanya, keberagaman yang sudah ada sejak dulu itu masih terjaga hingga saat ini. 

Namun dalam perjalannya, potensi konflik di negeri ini begitu besar terjadi. Apalagi konflik yang bernuansa SARA. Meski Indonesia dikenal sangat toleran, negeri ini juga punya pengalaman menghadapai konflik agama. Konflik Poso salah satunya. Konflik agama ketika itu, banyak sekali pihak-pihak yang berusaha melakukan provokasi. Jaringan radikal dan terorisme pun ikut masuk di dalam konflik tersebut. Namun, konflik itu kemudian mereda dan berganti dengan perdamaian.

Semua pihak tentu menjadikan pembelajaran. Tapi tidak sedikit pula ada pihak-pihak yang berusaha menyulut kembali, sentimen SARA yang bisa memicu terjadinya konflik agama. Indonesia harus bersyukur bisa melewati ini semua. Karena negara-negara di Timur Tengah sana, nyaris hancur hanya karena terprovokasi sentimen agama. 

Lihat saja apa yang terjadi di Suriah, Lybia, Irak, bahkan Arab Saudi, ancaman perpecahan itu begitu terbuka karena masyarakatnya saling bertikai karena dilatarbelakangi sentimen agama. Tidak sedikit pula, pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab membawa konflik yang terjadi di luar sana ke Indonesia. Ajakan jihad yang salah pun seringkali bermunculan, ketika persoalan konflik yang terjadi diluar sana dibawa ke Indonesia.

Ketika Suriah dikuasai ISIS, dorongan publik untuk membantu kaum muslim disana terus bermunculan. ISIS yang jelas melakukan tindakan yang salah, digambarkan sebagai korban. Karena hal inilah yang kemudian memicu banyaknya orang dari Indonesia dan berbagai negara lain, masuk ke Suriah untuk menjadi anggota ISIS. 

Dengan menjadi ISIS dianggap bagian dari perjuangan membela agama. Hal yang sama kemudian terjadi ketika kekerasan yang menimpa etnis muslim Rohingya. Tidak hanya bantuan untuk korban, dukungan dari kelompok radikal di Indonesia terus bermunculan. Pemerintah kemudian memberikan bantuan, namun kelompok radikal di Indonesia justru menilai pemerintah tidak peduli terhadap kelompok muslim dan lain sebagainya.

Dalam beberapa pekan terakhir ini, kekejaman yang diduga dilakukan oleh pemerintah Tiongkok terhadap kelompok muslim Uighur dipersoalkan. Dunia mengecam tindakan yang tidak manusiawi tersebut. Berbagai ormas keagaman di Indonesia terus menyatakan pernyataan mengutuk, mengecam dan lain sebagainya. 

Bahkan, sebagian sudah ada yang langsung datang ke Tiongkok untuk memberikan dukungan. Pemerintah Indonesia sendiri memilih untuk berhati-hati menyikapi isu etnis Uighur ini. Karena versi pemerintah Tiongkok, kelompok ini terlibat dalam aksi radikalisme. Pernyataan pemerintah Tiongkok ini mungkin saja benar, tapi bisa jadi salah. Namun jelas, kita sebagai masyarakat muslim di Indonesia harus bisa jernih melihat persoalan ini.

Satu hal yang bisa kita jadikan pembelajaran dari semua ini adalah, semangat untuk terus menjaga perdamaian. Jika Poso bisa reda karena antar pemeluk agama saling mendamaikan, saling memaafkan dan melupakan persoalan yang terjadi di masa lalu, semestinya yang terjadi di Rohingya atau mungkin di Uighur bisa mereda. 

Kita sebagai masyarakat muslim yang di Indonesia, hanya sebatas bisa mendoakan dan memberikan dukungan moril. Apa yang terjadi disana, biarlah pemerintah setempat yang menyelesaikan. Jikapun pemerintah setempat terbukti melakukan kesalahan, ada instrumen hukum yang bisa menghukumnya, dan bukan menjadi urusan kita. Yang menjadi urusan kita antar sesama umat beragama adalah, hidup berdampingan, saling menghargai dan menghormati demi terciptanya perdamaian dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun