Mohon tunggu...
Akmal Husaini
Akmal Husaini Mohon Tunggu... Wiraswasta - suka menjaga kebersihan

kebersihan sebagian dari iman. Karena itulah jadilah pribadi yang bersih

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Santri, Tahun Politik, dan Momentum Menebar Pesan Damai

23 Oktober 2018   20:22 Diperbarui: 23 Oktober 2018   20:36 549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

22 Oktober telah ditetapkan sebagai hari santi nasional. Pemerintah memberikan apresiasi yang sangat besar kepada ulama dan santri, yang terbukti selalu memberikan pengaruh positif bagi negeri. Ketika masa kemerdekaan, para santri ikut turun ke jalan bertempur bersama tentara, untuk mempertahankan kemerdekaan. 

Pertempuran yang kemudian diperingati sebagai hari pahlawan pada 10 November itu, merupakan bukti peran santri dalam mempertahankan kemerdekaan. Resolusi jihad yang digagas para ulama, mendapatkan respon yang sangat positif. 

Dan hasilnya, kemerdekaan yang telah susah payah direbut itu bisa dipertahankan hingga saat ini. Surabaya yang ketika itu akan dikuasai Inggris, berhasil digagalkan berkat bantuan para santri.

Peranan ulama dan santri tidak hanya tercatat ketika era kemerdekaan. Setelah kemerdekaan pun, mereka masih memberikan kontribusi positif bagi negeri ini. Para ulama dan santri juga ikut aktif mencerdaskan kehidupan bangsa. 

Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia, banyak mendirikan pesantren dan sekolah di seluruh penjuru Indonesia. Karena itulah, bukan hal yang berlebihan jika pemerintah akhirnya memberikan apresiasi dengan menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai hari santri nasional.

Di era milenial seperti sekarang ini, tantangan para santri tentu berbeda dengan era kemerdekaan. Gelora resolusi jihad ketika itu diimplementasikan dalam bentuk bertempur melawan penjajah. 

Di era zaman now, tentu tidak tepat lagi diimplementasikan dalam bentuk perang. Karena perang yang sesungguhnya di era sekarang adalah perawang melawan hawa nafsu diri sendiri. Perang zaman now adalah perang melawan kemiskinan, perang melawan kebodohan dan perang melawan intoleransi dan radikalisme.

Disisi lain, memasuki tahun politik seperti sekarang ini banyak sekali bermunculan berita bohong yang disusupi pesan kebencian. Tidak sedikit dari masyarakat dan generasi muda yang menjadi korban dari informasi bohong tersebut. 

Apalagi ketika informasi yang beredar diselipkan sentimen SARA, semakin membuat banyak anak muda yang terprovokasi. Untuk itulah, perlunya informasi yang menyejukkan. 

Tidak perlu saling mencaci, saling memaki hanya demi untuk kepentingan politik praktis. Pilpres dan pileg 2019 mendatang, harus dihadapi dengan suka cita dan penuh riang gembira. Pilpres harus dihadapi dengan saling ada program dan gagasan, bukan saling mencari kejelekan pasangan calon.

Momentum hari santri nasional pada 22 Oktober kemarin, harus menjadi momentum bersama buat para santri dan generasi muda, untuk aktif menebar kedamaian dan membekali diri dengan ilmu pengatuhan serta informasi yang valid. 

Jika tidak, generasi penerus bangsa akan mudah terombang-ambing karena tidak mempunyai pendirian yang kuat. Hari santri nasional menjadi bukti tidak diamnya para generasi penerus bangsa.

Di era milenial, santri yang juga merupakan generasi penerus, juga tidak bisa tinggal diam. Santri harus adaptive terhadap segala bentuk kemajuan zaman. Para santri harus memberikan banyak pencerahan di dunia maya. Karena jagad maya kita sudah banyak diramaikan dengan pesan kebencian. 

Jika santri bisa menjadi pelopor menggelorakan semangat jihad di era kemerdekaan, saat ini santri juga harus bisa jadi pelopor untuk melawan segala bentuk hate speech dan hoax di media sosial. Indonesia yang penuh dengan keberagaman, harus tetap dipertahankan. Karena semua orang punya hak dan kewajiban yang sama di negeri yang penuh kedamaian ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun