Mohon tunggu...
Akmal Husaini
Akmal Husaini Mohon Tunggu... Wiraswasta - suka menjaga kebersihan

kebersihan sebagian dari iman. Karena itulah jadilah pribadi yang bersih

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Indonesia Damai, Stop Provokasi SARA untuk Kepentingan Pilkada

24 Februari 2018   07:37 Diperbarui: 24 Februari 2018   07:39 740
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesia Damai - http://www.ubaya.ac.id

Akhir-akhir ini, sejumlah tokoh agama mendapatkan kekerasan. Ironisnya, yang menjadi pelaku adalah orang gila atau orang-orang yang berpura-pura gila. Pertanyaannya, kenapa ini terjadi dimana-mana? Dan kenapa selalu orang gila dan selalu ulama? Apakah ini bertujuan untuk memecah belah masyarakat seperti pilkada DKI Jakarta sebelumnya? Berbagai pertanyaan terus bermunculan. 

Berbagai spekulasi pun juga terus bermunculan, terkait apa motif dibalik ini semua. Ada yang bilang, hal ini merupakan pola lama yang kembali diulang. Pertanyaannya lagi, apakah pihak tertentu ini dulu sering menggunakan pola pecah belah ini? Kalau iya, besar kemungkinan hal ini dilakukan oleh orang-orang terlatih, yang dididik untuk melakukan itu.

Ketua Umum PPP Romahurmuziy mengatakan bahwa yang melakukan perbuatan tersebut adalah mantan orang kuat, dan terkait untuk pilpres. Pernyataan Romi ini tentu patut dianalisa. Namun Moeldoko dan Sutiyoso juga menguatkan, bahwa hal ini pola lama yang sengaja dimunculkan kembali. Akibatnya apa? Masyarakat di tingkat bawah bermacam-macam menafsirkannya. 

Ada yang mengatakan ini kebangkitan PKI, ada yang mengatakan ini kriminalisasi ulama, ada yang mengatakan ini bentuk ketidakmampuan pemerintah. Penafsiran ini semakin liar dan tidak terkendali. Dan bisa jadi, kondisi semacam inilah yang diharapkan oleh pelaku. Lalu, setelah kondisi yang serba tidak menentu di masyarakat, apa yang kemudian akan dilakukan? Apakah akan ada provokasi lagi?

Tentu kita berharap pilkada serentak di 171 daerah ini berjalan dengan lancar, aman dan damai. Semestinya kita bisa belajar dari pilkada DKI Jakarta, yang berujung banyak orang ditetapkan sebagai tersangka akibat ujaran kebencian. Sentimen SARA juga sengaja dihembuskan, untuk memunculkan kemarahan warga. Dan mari kita introspeksi. 

Tidak ada gunanya provokasi yang bisa memecah belah persatuan ini. Ingat, kita adalah bangsa yang besar. Politik pecah belah pernah dilakukan penjajah. Jangan sampai politik pecah belah ini justru dilakukan oleh warga negara Indonesia sendiri.

Mari menjadi masyarakat yang cerdas. Mari bekali diri ini dengan informasi yang valid, pemahaman agama yang benar, dan semangat nasionalisme yang tinggi. Dengan semua itu, kita akan bisa melihat suatu persoalan secara utuh. Kita akan melihat dari tinjauan agama, tinjauan negara, dan mungkin tinjauan-tinjauan yang lain, sebelum akhirnya kita bersikap. 

Kita juga tidak boleh langsung mengatakan pihak-pihak ini salah. Hilangkan budaya saling menyalahkan, hanya karena perbedaan pandangan. Ingat, Tuhan menciptakan kita berbeda-beda. Tuhan menganjurkan kepada kita semua untuk saling mengenal satu dengan yang lain. Dalam upaya saling mengenal itulah, ada interaksi, ada upaya untuk saling memahami dan mengerti satu dengan yang lain. Itulah yang kemudian disebut toleransi dan kerukunan antar umat beragama. Jika kita sudah saling toleran, sudah saling rukun sejak dulu, buat apa provokasi bernuansa SARA?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun