Mohon tunggu...
Akmal Husaini
Akmal Husaini Mohon Tunggu... Wiraswasta - suka menjaga kebersihan

kebersihan sebagian dari iman. Karena itulah jadilah pribadi yang bersih

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Generasi Muda Harus Menjadi Peredam Radikalisme

2 Desember 2017   11:50 Diperbarui: 2 Desember 2017   12:41 647
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suka tidak suka, bibit radikalisme terus bermunculan di tengah masyarakat. Jika radikalisme diarahkan pada pemikiran yang positif, mungkin tidak ada persoalan. Sayangnya, radikalisme ini justru diarahkan pada tindakan negatif, dan cenderung berlindung dibalik nilai-nilai suci ajaran agama. Radikalisme keagamaan inilah, yang telah memicu tindakan teror di Indonesia. Kelompok ini mengklaim segala tindakannya sebagai sebuah kebenaran. Semangat yang selalu digunakan adalah, semangat untuk menegakkan agama. Sayangnya, yang terlihat bukan sikap saling menghormati, tapi sebaliknya, sikap saling membenci dan menghakimi.

Padahal, agama apapun yang ada di negeri ini, tidak pernah mengajarkan saling membenci dan menghakimi. Bahkan, Islam sendiri pun juga tidak pernah menganjurkan jihad dengan cara-cara kekerasan. Lalu, dimana korelasinya meledakkan diri dengan perbuatan jihad? Karena jihad yang sesungguhnya pada era sekarang adalah, mengendalikan hawa nafsu agar tidak mengarah pada tindakan negatif. Lantas kenapa masih saja ada generasi muda, yang memilih melakukan jihad dengan cara menjadi anggota teroris? Ingat, banyak cara melakukan jihad, tanpa harus saling menyakiti atau menimbulkan korban di masyarakat. Jika ada pihak-pihak yang mengajak jihad dengan cara melakukan kekerasan, sebaiknya tidak diikuti. Karena Indonesia adalah negara damai, bukan negara konflik yang dianggap jadi alasan untuk melakukan jihad.

Peredaran radikalisme di Indonesia harus diputus. Radikalisme kekerasan tidak boleh diimplementasikan dalam setiap ucapan dan tindakan. Radikalisme kekerasan juga harus dihilangkan sejak dari dalam pikiran. Menjadi tugas kita bersama, untuk menghilangkan bibit radikalisme. Sebagai generasi milenial yang aktif di dunia teknologi informasi, semestinya juga ikut aktif memberikan kontribusi positif bagi lingkungan. Keseharian harus dihiasi dengan segala sesuatu yang positif, bukan sesuatu yang berpotensi memecah belah persatuan dan kesatuan.

Hari ini, alumni 212 kembali m

bisa hanya dilakukan oleh Densus 88 atau aparat keamanan saja. Kita, selaku generasi penerus juga harus ikut aktif meredam propaganda radikalisme. Media sosial harus kita bersihkan dari informasi menyesatkan. Media mainstream juga harus lebih jeli, dan tidak menyebarkan informasi hoax. Dan semua masyarakat, juga harus membekali dirinya dengan ilmu pengetahuan yang benar, ajaran agama yang benar, dan nilai-nilai luhur Pancasila, untuk diterapkan dalam perilaku sehari-hari. Dengan menerapkan hal tersebut, bibit radikalisme yang sudah menyebar di masyarakat diharapkan bisa berkurang dan menghilang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun