6. Pemberontakan terhadap Sistem Ekonomi dan Kapitalisme
Banyak artis indie yang berfokus pada ketimpangan ekonomi dan ketidakadilan yang ditimbulkan oleh sistem kapitalisme. Mereka sering kali mengkritik budaya konsumerisme dan tekanan terhadap individu di tengah sistem yang menguntungkan segelintir orang.
- The 1975 (meski asal Inggris, pengaruh mereka global): Dalam album Notes on a Conditional Form (2020), The 1975 membahas ketegangan politik, masalah kapitalisme, dan ketidaksetaraan sosial. Mereka menyoroti dampak buruk dari kapitalisme terhadap kehidupan sehari-hari.
- Sleater-Kinney: Band rock ini terus berbicara tentang ketidakadilan ekonomi dan kapitalisme dalam karya-karya mereka. Mereka secara eksplisit menyuarakan protes terhadap ketidakadilan di sistem kapitalisme dalam lagu-lagu mereka.
7. Keberagaman dan Inklusi
Ada pula pergerakan di kalangan artis indie untuk mendukung keberagaman, inklusi, dan representasi yang lebih baik dalam musik, baik itu berdasarkan ras, etnis, maupun orientasi seksual. Artis indie sering kali menjadi suara bagi kelompok-kelompok yang kurang terwakili dalam industri musik.
- Lil Nas X: Meskipun dikenal dengan campuran genre yang lebih mengarah ke pop dan hip-hop, Lil Nas X adalah salah satu contoh artis yang berani mengangkat isu LGBTQ+ dan identitas gender dengan cara yang sangat kontemporer dalam musik dan video klipnya.
Jadi, musik indie Amerika kini tidak hanya mencerminkan kecenderungan artistik, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh konteks sosial dan politik yang terus berkembang. Artis indie tidak hanya berbicara tentang kehidupan pribadi mereka, tetapi juga berusaha memengaruhi pendengar untuk berpikir lebih kritis dan terlibat dalam perubahan sosial. Musik menjadi lebih dari sekadar hiburan, tetapi juga sarana untuk refleksi diri dan perubahan kolektif dalam masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H