Mohon tunggu...
Akke Syafruddin Prawira
Akke Syafruddin Prawira Mohon Tunggu... Freelancer - Lawyer

Verba nectere, sensum provocare—quia omnis scriptura scintilla mutationis est.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mengurai Ketegangan Global: dari Perang Makna Menuju Pengelolaan Sumber Daya Berkelanjutan

17 Agustus 2024   02:45 Diperbarui: 17 Agustus 2024   02:48 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto. Freepik.com

Di tengah perubahan iklim yang semakin intens dan kerusakan lingkungan yang meluas, dunia memasuki era baru konflik ekologi yang tidak hanya menyangkut kelestarian alam, tetapi juga perebutan sumber daya global yang semakin langka. Air, tanah subur, hutan, dan energi terbarukan menjadi medan pertempuran baru, di mana negara-negara, perusahaan multinasional, dan masyarakat lokal berlomba untuk mengamankan akses dan kontrol atas sumber daya yang semakin menyusut. Konflik ini mencerminkan ketegangan antara eksploitasi tanpa batas dan kebutuhan mendesak untuk keberlanjutan.

Pertempuran memperebutkan sumber daya global ini memperlihatkan bagaimana krisis ekologi tidak hanya menjadi isu lingkungan, tetapi juga mengancam stabilitas politik, ekonomi, dan sosial dunia. Persaingan untuk menguasai sumber daya penting dapat memicu konflik antarnegara, migrasi massal, dan ketidakstabilan regional. Di banyak tempat, masyarakat lokal yang bergantung pada sumber daya alam untuk kehidupan sehari-hari menghadapi tekanan dari kekuatan ekonomi besar yang ingin mengeksploitasi kekayaan alam mereka.

Dalam konteks ini, masa depan peradaban kita dipertaruhkan. Jika pola konsumsi dan eksploitasi sumber daya tidak diubah, kita berisiko memicu krisis yang lebih luas yang dapat merusak fondasi sosial dan ekonomi global. Beberapa negara di dunia telah terlibat dalam konflik yang terkait dengan perebutan sumber daya alam. Konflik-konflik ini seringkali dipicu oleh kebutuhan akan minyak, air, lahan, mineral, atau energi. 

Seperti Sudan dan Sudan Selatan, kedua negara ini telah terlibat dalam konflik berkepanjangan, sebagian besar karena perebutan ladang minyak yang terletak di perbatasan mereka. Di samping itu, telah kita ketahui bersama ketegangan Rusia dan Ukraina, Salah satu alasan konflik antara Rusia dan Ukraina adalah perebutan sumber daya energi, terutama gas alam dan minyak. Ukraina adalah jalur transit penting bagi ekspor gas Rusia ke Eropa, dan kontrol atas wilayah strategis ini telah menjadi faktor dalam ketegangan geopolitik antara kedua negara.

Konflik-konflik ini mencerminkan bagaimana perebutan sumber daya alam dapat memicu ketegangan geopolitik yang serius dan bahkan perang. Dalam era perubahan iklim dan peningkatan populasi global, persaingan untuk menguasai sumber daya yang semakin langka kemungkinan besar akan semakin intensif. Dalam dunia yang semakin diperebutkan oleh berbagai kekuatan global, konflik atas sumber daya alam telah menjadi lebih dari sekadar perselisihan ekonomi atau politik.

Dalam kajian semiotika yang menjabarkan bahwa tanda dan simbol tidak pernah netral; mereka selalu dibentuk oleh konteks sosial dan kekuasaan. Dalam konteks perebutan sumber daya global, setiap pihak yang terlibat menggunakan simbol-simbol tertentu untuk membenarkan tindakan mereka, baik melalui narasi keamanan nasional, pembangunan ekonomi, atau konservasi lingkungan. Simbol-simbol ini kemudian dikonsumsi oleh publik dan mempengaruhi cara kita memandang konflik-konflik tersebut.

Misalnya, eksploitasi minyak dan gas seringkali dibalut dalam bahasa pembangunan dan kemajuan, meskipun mengorbankan lingkungan dan komunitas lokal. Di sisi lain, gerakan-gerakan lingkungan sering memanfaatkan simbol-simbol alam dan keberlanjutan untuk melawan hegemoni korporasi global. Narasi ini, dalam perspektif Eco, adalah permainan tanda yang memiliki makna tersirat dan tujuan tertentu. Banyak lapisan-lapisan makna yang lebih dalam, yang sering tersembunyi di balik retorika politik dan ekonomi bahwa konflik ini bukan hanya soal material, tetapi juga soal makna dan bagaimana makna tersebut diproduksi, disebarkan, dan diperebutkan dalam masyarakat global. Secara tidak langsung, perebutan sumber daya global memperjelas bahwa ketegangan ini tidak hanya disebabkan oleh persaingan fisik untuk sumber daya tetapi juga oleh perbedaan dalam cara memahami dan memberi nilai pada sumber daya tersebut.

Memahami ketegangan dalam perebutan sumber daya global memerlukan pengakuan bahwa perbedaan dalam makna dan pemikiran memainkan peran penting dalam menciptakan dan memperburuk konflik. Dengan mengakui dimensi ini, kita dapat lebih baik mengatasi ketegangan melalui kerjasama internasional, kebijakan yang adil, dan dialog terbuka yang mempertimbangkan berbagai pandangan dan kepentingan.

Seperti meningkatkan kerjasama antarnegara melalui perjanjian internasional dan organisasi multilateral dapat membantu mengelola sumber daya secara lebih adil dan berkelanjutan. Contoh perjanjian seperti Protokol Kyoto dan kesepakatan Paris menunjukkan bagaimana kerjasama internasional dapat mengatasi masalah perubahan iklim dan pengelolaan sumber daya secara global.

Di samping itu, Mengembangkan teknologi baru untuk eksploitasi dan pengelolaan sumber daya yang lebih efisien dan ramah lingkungan dapat mengurangi ketegangan. Teknologi seperti energi terbarukan, sistem daur ulang, dan teknik pertanian berkelanjutan dapat membantu mengurangi ketergantungan pada sumber daya yang terbatas dan mengurangi dampak lingkungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun