Mohon tunggu...
Akil Wasa
Akil Wasa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Author - Director - Script Writer

IG : @akilwasa

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Kata "Jebret" Tinggal Cerita!

7 Oktober 2022   05:21 Diperbarui: 7 Oktober 2022   05:33 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kejadian di stadion Kanjuruhan membuka mata dunia sepakbola. Tidak hanya di dalam negeri, namun juga dunia. Pep Guardiola pelatih Manchester City dan Erik Ten Hag pelatih Manchester United turut berbelasungkawa atas kejadian tersebut. Para pemain bintang sepakbola dunia juga demikian, mereka turut berduka dan mengucapkan belasungkawa melalui akun sosial pribadi masing-masing.

Klub-klub top eropa juga melakukan hal yang sama. Bahkan, di beberapa liga eropa, para pemain dan seluruh penonton mengheningkan cipta sebagai penghormatan kepada korban Kanjuruhan sesaat sebelum pertandingan dimulai. Hingga FIFA yang mengibarkan bendera setengah tiang di kantornya sebagai penghormatan kepada korban tragedi Kanjuruhan.

Kejadian itu turut membawa insan sepakbola dalam negeri mengambil sikap. Salah satunya, Valentino Simanjuntak, seorang komentator sepakbola tersohor yang ada di Indonesia. Peraih penghargaan presenter olahraga terfavorit Panasonic Gobel Awards tahun 2018 dan 2019 ini mengambil sikap yang mengejutkan.

Beredar di sosial media bahwa bung Valen menyatakan undur diri sebagai komentator liga Indonesia setelah dirinya dipercaya menjadi pemandu jalannya pertandingan Arema vs Persebaya. 

Menurutnya, alasan dirinya berhenti dari dunia komentator adalah tentang kemanusiaan (ikatan emosional) yang begitu dalam antara sepakbola dengan kejadian yang terjadi di Kanjuruhan. Bung Valen, juga mengaku bahwa pernah menyatakan bahwa stadion adalah tempat yang nyaman dan aman bagi suporter, serta jangan pernah takut untuk datang ke stadion. 

Namun, apa yang terjadi di Kanjuruhan seperti pukulan keras bagi seorang Bung Valen. Kejadian itu menyisakan kesedihan yang begitu dalam bagi bung Valen. Dia benar-benar terpukul, sekaligus merasa keliru atas ucapan yang pernah dilontarkannya, maka dari itu dia mengambil sikap untuk undur diri dari dunia komentator liga sepakbola Indonesia.

Keputusan pribadi seseorang tidak dapat dibantah. Namun, saya sebagai insan sepakbola yang mengagumi kiprah dan aksi bung Valen sangat menyayangkan dan merasa kehilangan. Saya meminta bung Valen untuk mempertimbangkan kembali keputusannya itu. Saya ingin berbagi cerita tentang kisah F.X. Yanuar.

Setelah kejadian di Kanjuruhan, F.X. Yanuar yang merupakan asisten pelatih Arema menyatakan ingin segera pensiun dari dunia sepakbola. Namun, seorang ayah yang kehilangan anak gadisnya (15 tahun) dalam kejadian Kanjuruhan dengan tegar berkata kepada F.X. Yanuar. 

"Tetap semangat, jangan pernah menyerah dan jangan pernah mundur. Mari berbenah, mari berubah untuk kejayaan sepakbola Indonesia". Setelah mendengar ucapan itu, F.X. Yanuar mengurungkan niatnya dan kembali bersemangat serta termotivasi untuk memberikan yang terbaik bagi sepakbola Indonesia.

Ini adalah duka kita bersama, duka kita semua. Saya yakin, tidak ada satupun masyarakat  Indonesia yang menyangka akan kejadian Kanjuruhan. Saya juga yakin, tidak ada satupun dari kita yang menginginkan kejadian tersebut. Tapi, Tuhan berkhendak lain. 

Semua yang terjadi di dunia ini adalah atas kuasan dan izin Tuhan Yang Maha Esa. Ini adalah takdir dari Tuhan yang pasti mengandung hikmah di dalamnya. Saya sangat percaya bahwa bung Valen adalah orang yang peduli dengan sepakbola Indonesia.

Saya juga percaya bahwa dalam hati bung Valen pasti terselip cita-cita mulia untuk sepakbola Indonesia. Bagaimanapun juga, bung Valen beserta orang-orang yang berkecimpung dalam dunia sepakbola Indonesia, baik itu komentator, presenter, host, pengamat, pecinta, jurnalis, dll, semuanya adalah tonggak kemajuan sepakbola Indonesia. 

Banyak yang hebat, banyak yang senior tapi rasa-rasanya jarang yang unik seperti bung Valen. Jika bung Valen benar-benar pergi, maka kata "JEBRET" adalah kata legenda dalam sejarah liga sepakbola Indonesia. Salam respect dan hormat untuk bung Valen.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun