Dibalik tirai jendela depan Restu mengintip gelagat si kucing. Ia benar-benar heran, dalam hitungan detik, nasi itu sudah habis dilahap si kucing.
Esoknya lagi, sore hari. Restu mengeluarkan motor dari garasi. Kemudian mendorongnya hingga ke teras. Kepalanya melenggak, melihat langit kuning yang menawan. Ia berniat jalan-jalan menikmati suasana kota. Sekaligus menghibur hatinya yang sedang galau. Ia pun menyalakan mesin motor dan sejenak melihat ke sekeliling, terutama bagian teras.
"Mana ada kucing yang betah makan nasi tiap hari." ujarnya nyengir lalu tancap gas.
Restu melamun di lampu merah. Fikirannya melayang pada sikap kekasihnya yang belakangan ini tiba-tiba berubah cuek dan hubungan mereka yang kian lama kian memburuk akibat sering bertengkar. Ia terus melamun, hingga kondisi lampu sudah hijau pun ia tetap melamun. Akibatnya ia dihujani klakson dan ocehan oleh pengendara lainnya. Bersamaan dengan itu, kucing yang tempo hari ngangkring di teras rumahnya berlari melintasi kerumunan motor di jalanan.
"Belang !." teriak Restu reflek.
Restu was-was. Namun gerak si kucing luar biasa gesit. Ia berhasil lepas dari maut. Restu langsung melaju dan membelok ke arah dimana kucing tadi berlari. Aksi kejar-kejaran itu berakhir di sebuah caf. Restu mematikan mesin motor. Kucing tersebut masuk ke cafe dan langsung di sambut oleh seorang anak kecil.
"Hai pussy, darimana saja kau ?," ujar anak itu girang.
Restu mengembuskan nafas panjang sambil tersenyum. Seketika pandangannya beralih pada seorang wanita yang sedang duduk bersama seorang pria di sudut bagian depan cafe. Parasnya cantik, rambutnya hitam lurus. Tutur bahasanya lembut, tawanya terlihat hangat. Hati Restu berdebar. Ia turun dari motor dan dengan gagah berani mengampiri wanita tersebut.
"Hallo, maaf mengganggu. Boleh saya kenalan ?."
Wanita itu diam.
"Restu...." kata Restu sambil mengajak salaman.