Mohon tunggu...
Mudzakkir Abidin
Mudzakkir Abidin Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru yang suka menulis

Menulis adalah sumber kebahagiaan. Ia setara dengan seratus cangkir kopi dalam menaikkan dopamine otak. Jika kopi berbahaya jika berlebihan dikonsumsi, namun tidak dengan tulisan, semakin banyak semakin baik buat otak.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Berkah Pandemi: Kuliah Online

16 Juli 2022   18:31 Diperbarui: 17 Juli 2022   05:27 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Obrolan warkop bukan semata didominasi oleh pembicaraan yang tak berguna. Terkadang banyak pelajaran yang bisa kita ambil. Tergantung dengan siapa Anda mengobrol.

Jumat pagi kemarin, saya nongkrong bersama beberapa orang teman. Rata-rata mereka sedang menempuh pendidikan strata dua dan tiga.

Menurut mereka, pandemi covid 19 ini tidak melulu membawa musibah, tapi juga membawa berkah (setidaknya) buat mereka. Apa itu? Kuliah tanpa hadir di kelas alias kuliah online atau kuliah daring. Itu sangat memudahkan bagi mereka untuk melanjutkan pendidikan. Apalagi katanya waktunya hanya dua hari dalam sepekan yang biasanya hanya di hari libur pekanan yakni Sabtu dan Minggu.

Salah seorang teman bilang : "dengan kesibukan saya, hampir tak mungkin melanjutkan pendidikan jika saja pembelajaran mengharuskan hadir di kampus..."

Ia mensyukuri proses pembelajaran yang tak perlu datang ke kampus, di mana saja ia bisa belajar. 

Di kamar, di masjid, di kantor, bahkan terkadang di mobil. Ia tinggal menyalakan aplikasi ruang belajar  seperti zoom atau google meeting lalu menyetir. Tapi terkadang dosen tidak menolerir belajar di sambil menyetir, itu berbahaya katanya.

Lanjut cerita, banyak kejadian unik saat belajar online itu. Ada temannya yang mencoba mengecoh dosen dengan mematikan video dan suaranya, lalu pergi tidur. 

Ada pula hanya menyalakan suara dosen yang sedang berbicara sementara ia sibuk bekerja. Dan yang paling jahil katanya ada temannya yang kelihatan menyimak meeting padahal yang ada dalam video itu adalah hasil rekaman dirinya.

Saya sempat bertanya "apakah nanti tidak ada pembelajaran offlinenya?" Mereka menjawab bahwa dalam pendaftaran ada pilihan. Belajar luring (tatap muka di kelas) sebagian dan daring (online) sebagian lagi atau ada yang full online hingga wisuda pun lewat online saja. Mereka rata-rata memilih online saja.

Ada teman yang tinggalnya di Makassar, namun kuliahnya di Jakarta. Ada yang tinggal di daerah, tapi kampusnya di kota Makassar. Dan ironisnya, mereka tak pernah mengunjungi kampusnya meski sekali. Semua berkat fasilitas kuliah online.

Kita tak sedang berbicara soal perbedaan kualitas output antara belajar dengan tatap muka di kelas dengan belajar daring. Sebab itu soal lain.

Setidaknya, hasil obrolan itu membuat saya merasa termotivasi lagi untuk kuliah kembali. Tapi meniru ucapan seorang teman" bisa kuliah S-3 tanpa perlu S-2 di mana yah?"

Ada juga teman yang nyeletuk "dapat ijazah dan gelar akademik tanpa perlu belajar di mana yah?" Bisik-bisiknya, katanya ada kampus yang menawarkan itu.

Ada yang bisa jawab "kalian kalau mau kuliah butuh gelar atau butuh ilmu...?"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun