Mohon tunggu...
Mudzakkir Abidin
Mudzakkir Abidin Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru yang suka menulis

Menulis adalah sumber kebahagiaan. Ia setara dengan seratus cangkir kopi dalam menaikkan dopamine otak. Jika kopi berbahaya jika berlebihan dikonsumsi, namun tidak dengan tulisan, semakin banyak semakin baik buat otak.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Coba Hal Ini, Anda Akan Sering Ditraktir

11 Juli 2022   10:23 Diperbarui: 26 Juli 2022   12:06 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemarin sore, keluar dari masjid setelah ashar, saya tak langsung pulang. Hanya nongkrong di motor sambil membaca sosmed. Sendirian saja. Semua orang sudah pulang.

Tak dinyana, sebuah mobil datang menghampiriku. Pemiliknya yang juga pemilik usaha donat membuka jendela lalu menanyakan di mana anak-anak Wadizzuhur (pesantren di Gowa, Sul-Sel). Ia ingin menyumbang donat NATOS (donat khas Maros) untuk anak-anak. Tapi satu kotaknya dikasih khusus buat saya. Saya tak yakin donat itu memang diniatkan buat saya saat dibungkus. Saya pulang dengan membawa oleh-oleh buat keluarga.

Sore tadi, tas saya ketinggalan di mobil teman. Saya meneleponnya untuk mengambil tas. Dijawab nanti diantarkan karena kebetulan mau keluar. Saat melewati rumah, ia lupa mampir. Katanya nanti pulang baru mampir di rumah.

Galeri Pribadi
Galeri Pribadi
Saya menunggu sampai jam sembilan malam. Tak disangka, ia datang dengan martabak manis. Saya tak yakin martabak manis itu ada jika saja ia mampir sebelum keluar pesantren.
Akhirnya, martabak manis itu saya cicipi dengan segelas teh barusan saja.

Selepas Maghrib di masjid tadi, seorang lain menelepon saya. Memberi tahu jika makanan yang ia donasikan untuk santri Wadizzuhur yang turun ke Maccopa, Maros sudah siap. Porsinya lebih. Katanya untuk saya juga. Akhirnya saya bawa pulang, dimakan anak dan istri bahkan ipar.

Alhamdulillah....

Bahwa sesederhana itu Allah memberi nikmat yang tak terduga.

Tapi perlu diingat, semuanya berkat koneksi dan pertemanan dengan orang-orang baik. Jadi bertemanlah dengan orang-orang baik. Apalagi yang baik lagi banyak uangnya...heheh...

Galeri Pribadi
Galeri Pribadi
Saya teringat saat kemarin setengah harian berada di Makassar. Ditraktir sampai tiga kali oleh orang yang sama. Kopi, mie Awa, dan pisang ijo. Tapi ini bukan pertama kali saya ditraktir olehnya. Sudah beratus kali mungkin, bahkan sejak masih bersama kuliah di ibu kota. Hingga saya menjulukinya raja traktir. Ia bilang pada saya "saya pun sebenarnya sering diperlakukan seperti ini oleh orang lain. Jadi pantas jika saya juga harus melakukannya."

Jadi menurutnya, seringlah mentraktir orang lain agar mendapatkan hal yang sama. Prinsip itu sebenarnya sudah sesuai prinsip agama mana pun bahwa kebaikan akan menghasilkan kebaikan.

Selamat mencoba... 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun