Mohon tunggu...
Mudzakkir Abidin
Mudzakkir Abidin Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru yang suka menulis

Menulis adalah sumber kebahagiaan. Ia setara dengan seratus cangkir kopi dalam menaikkan dopamine otak. Jika kopi berbahaya jika berlebihan dikonsumsi, namun tidak dengan tulisan, semakin banyak semakin baik buat otak.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Suka Cita di Gedung Phinisi Universitas Negeri Makassar

4 Juni 2022   18:15 Diperbarui: 8 Juni 2022   18:07 629
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suasana tadi pagi di auditorium gedung Phinisi UNM menyentuh sampai ke relung hati paling dalam. Tak ada perasaan yang mewakili hati para hadirin kecuali haru, suka cita, bangga, dan bahagia.

Ada 120 peserta didik kurang lebih gabungan dari  Sekolah Alam Darul Istiqamah dan Sekolah Putri Darul Istiqamah yang terletak di Maros Sul-Sel diwisuda di auditorium gedung Phinisi UNM pagi tadi.

Semua rangkaian acara mengaduk emosi. Penampilan drama dan nasyid, pidato sambutan, dan prosesi wisuda. Sebentar bahagia dan tawa, sebentar sedih dan haru, sebentar bangga dan cinta. Bercampur memainkan perasaan.

Acara wisuda merupakan bahasa lain dari: setelah hari ini kita betul-betul akan berpisah satu sama lain. Kita akan meninggalkan sekolah. Kita akan berpisah dengan asrama. Kita akan berpisah dengan para guru. Kita akan berpisah dengan adik-adik kelas. Dan semua cinta yang telah melekat erat di Spidi. Di sinilah kesedihannya.

"Nak, Spidi adalah rumah kedua kalian. Jikalau di luar sana nanti kalian menemukan kesedihan, pulanglah ke sini, Spidi selalu terbuka lebar. Keluh kesah, curhat, kami akan sambut selalu." Begitu salah satu petikan pidato ibu Mukhlisah Arif, direktur eksekutif Spidi yang diiringi tepukan tangan dari hadirin utamanya para wisudawan. Bangga. Haru. Menyatu dalam hati.

Atau acara wisuda hari ini sesungguhnya adalah nama singkat daripada keberhasilan menempuh jenjang pendidikan pada waktu yang telah ditentukan di Spidi. Tak mudah berada dalam penjara suci (maaf jika ada yang tak sependapat) untuk waktu yang lama saat masa muda memberontak digoda oleh nafsu ingin hidup bebas layaknya anak-anak di luar sana.

Tak perlu muluk-muluk jadi penghafal Al-Qur'an 30 juz mutqin, sudah sangat disyukuri enam tahun keberadaan di Spidi artinya enam tahun lepas dari segala macam bentuk fitnah HP, pergaulan bebas, pacaran, dan segala bentuk kehidupan negatif di luar sana.

Drama tentang Ince Juana, salah satu wisudawan kelas 12 pagi tadi yang berhasil menamatkan hafalan 30 juz di tenda pengungsian korban  gempa Mamuju mengajarkan kepada kita bahwa tekad, semangat, dan cinta tak bisa dihalangi oleh apa pun demi menamatkan hafalan. Bahkan oleh musibah bertubi-tubi.

Semua kecintaannya terhadap Al-Qur'an itu bukan kebetulan semata, tapi telah melalui proses penempaan, ribuan nasihat, dan motivasi dari para guru di Spidi setelah ijin dari Allah tentunya.

Saat peserta wisuda Tahfidz 30 juz naik ke panggung bersama kedua orang tua mereka. Ketika mereka mengenakan mahkota di kepala orang tua lalu dibalas peluk dan cium dari orang tua, diiringi nasyid tentang Al-Qur'an, suara MC terdengar indah berkata: "Apa yang telah ananda lakukan adalah merupakan puncak kesuksesan para penghafal Al-Qur'an. Inilah impian ananda dan orang tua. Inilah hasil doa ananda dan doa mereka."

Begitu juga saat para wisudawan kelas 9 dan 12 berlari kecil menemui orang tua untuk memberikan bunga. Bukan. Tak hanya bunga, tapi juga kebahagiaan hakiki dalam pelukan. Kedua momen di atas yang paling menguras air mata.

Anak siapa yang tak bangga atas pencapaian ini? Orang tua siapa yang tak ingin mendapatkan kemuliaan ini? Tangis bahagia hari ini adalah pembayar setimpal setelah rasa capek dan lelah demi belajar dan menghafal Al-Qur'an.

"Terbuat dari apakah hati para ummi dan ustadzah di sini?!" Tanya Pak Faisal Akib, bapak dua siswi Spidi, dalam pidato kesan dan pesannya tadi. Beliau tidak butuh jawaban. Itu ungkapan rasa kagum dan salut terhadap pembinaan di Spidi yang menggunakan pendekatan cinta. Tak ada yang tak berbunga-bunga hatinya, senang atas pujian itu.

Sementara Ibu Riza Sativani, direktur pendidikan Spidi dalam pidatonya memaparkan program pendidikan dan capaian prestasi Spidi setahun ini, sungguh membanggakan rasanya. Bahkan bapak Iqbal Najamuddin, kepala Biro Kesra Sul-Sel sempat menyelipkan dalam sambutannya rasa sesalnya baru mengenal Spidi hari ini setelah anak-anak gadisnya terlanjur bersekolah di Jawa.

Lalu kesan dan pesan Nabila Rauf, wisudawan kelas 12 membuat siapa pun yang mendengarnya terisak. Kata-katanya indah. Intonasinya sedang, terkadang lirih, tapi menghanyutkan perasaan.
"Sebagaimana Allah mengumpulkan kita di Spidi, kita berdoa semoga Allah juga akan mengumpulkan kita di Syurga kelak, bersama segenap orang tua, guru, dan seluruh civitas Spidi." Ia menutup kesan pesannya dengan kalimat pamungkas yang mengundang ucapan "amin" dari hati paling dalam semua hadirin.

Siapa pun yang hadir di dalam acara graduation pagi tadi, pasti akan membawa kenangan tak terlupakan ke rumah.

Terima kasih Spidi.
Terima kasih tim graduation.
Selamat kepada para ananda wisudawan.
Sukses selalu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun