Hari ini sebelum mengajar di kelas VIII gabungan antara jurusan Saintek, Bahasa, Tarbiyah, dan Tahfidz , saya mencoba mewawancarai beberapa siswi terkait kesan-kesan mereka terhadap Spidi, sekolah putri berasrama yang terletak di Maros, Sulawesi Selatan ini. Mengapa saya memilih mereka? Sebab mereka lah yang paling tahu tentang Spidi, karena mereka adalah siswi Spidi.
Jawaban mereka beragam. Lain anak, lain jawabannya. Misalnya Rifqah Masrurah Budiman, siswi kelas VIII Saintek, ia menjawab: "Spidi adalah pesantren yang menyatukan kurikulum salafiyah dan kurikulum pendidikan modern. Tak hanya mendukung menjadi wanita shalihah, tapi juga membantu menjadi sosok wanita cerdas dalam dunia akademik. Bisa menjadi penghafal Al-Qur'an kemudian nanti jadi dokter seperti cita-cita saya itu luar biasa."
Bukan rahasia lagi jika Spidi memang menyatukan kurikulum pendidikan agama dengan kurikulum pendidikan umum. Bisa dibilang seimbang porsinya. Sangat banyak didapati alumni Spidi yang telah hafal Al-Qur'an masuk di fakultas kedokteran.
Lain lagi dengan jawaban Mawar'da yang juga merupakan siswi kelas VIII Saintek. Ia memuji Spidi dengan berkata : "Di sini sistem pendidikan dengan penjurusan itu sangat baik. Jadi kita bisa memilih jurusan sesuai bakat dan minat."
Di Spidi, ada empat jurusan pendidikan. Layaknya di bangku kuliah. Ada Saintek, Bahasa, Tahfidz, dan Tarbiyah. Empat jurusan. Jadi anak-anak bisa memilih fokusnya sesuai minat, bakat, dan cita-citanya.
Misalnya mau lanjut di kampus umum seperti UI, Unhas, Â UGM, dan semisalnya bisa memilih jurusan saintek atau bahasa. Atau jika mau lanjut di Timur Tengah, Lipia, Ar-Rayah, Stiba, Unismuh, UIN, dan sejenisnya bisa memilih jurusan Bahasa, Tarbiyah, dan Tahfidz.
Tak serta-merta masuk jurusan Tarbiyah atau Tahfidz tidak lagi belajar pelajaran umum. Begitu pula sebaliknya, masuk jurusan bahasa atau Saintek tidak lagi belajar agama. Tetap ada pelajaran standard yang mereka harus kuasai selain fokus pada pendalaman jurusan yang mereka pilih.
Sementara Kasih dan Nabila Putri kompak mengatakan bahwa Spidi punya fasilitas yang luar biasa. Kelas ber-AC, kamar ber-AC, ada kolam renang, gazebo di mana-mana, belajar pakai LCD dan Chrome Book, dan fasilitas lainnya.
Spidi sangat memperhatikan kenyamanan peserta didik baik di kelas maupun di asrama. Jadi fasilitas ruang ber-AC itu adalah sebuah keniscayaan. Penggunaan Chrome Book juga termasuk hal yang unik. Belum banyak sekolah yang mengimplementasikan penggunaan media teknologi Chrome Book dalam pembelajaran. Selain mempermudah anak-anak dalam belajar, juga membuat anak-anak tak cepat bosan dalam belajar.
Fasilitas kolam renang Marmara adalah satu-satunya kolam renang khusus wanita di Sulawesi Selatan. Tak diperbolehkan bagi pria untuk masuk. Jadi jangan khawatir anak ibu bapak bercampur dengan pria dalam satu kolam renang.
Selain itu renang merupakan mapel wajib bagi semua siswi di Spidi. Jadi tidak mengherankan jika semua siswi di sini menguasai olahraga sunnah ini.
Jawaban Ratri, siswi Kelas VIII Saintek juga tak kalah hebatnya.
"Sekolah ini khusus untuk perempuan. Tak bercampur dengan pria. Saya hampir saja disekolahkan di sebuah pesantren di Papua, namun tak jadi setelah tahu kampus Ikhwan dan akhwat berdekatan. Belajarnya pun bercampur."
Mengapa Spidi fokus pada pembinaan dan pendidikan anak wanita? Karena wanita adalah madrasah pertama bagi anak-anak mereka kelak. Menurut Ahmad Syauqi dalam syairnya "Wanita adalah madrasah pertama bagi anaknya. Jika engkau menyiapkan para wanita dengan baik, sama halnya engkau menyiapkan umat yang baik."
Jika Anda mendidik seorang anak, Anda hanya mendidik satu orang saja. Namun jika bisa mendidik satu orang wanita, itu berarti mendidik calon umat yang baik.
Ainun dan Mahza, dua siswi kelas VIII Tahfidz menilai bahwa lingkungan sekolah mereka asri, dengan kondisi yang sangat kondusif, ada danau yang memanjakan mata, dan pohon-pohon hijau menyegarkan.
Ini mungkin kesan pertama bagi siapa pun yang pertama kali menjejakkan kaki di sini. Bukan hanya Ainun dan Mahza. Yah, lingkungan yang asri, alami, nan hijau.
Seorang santri pernah bilang pada saya bahwa ia disuruh memilih antara Spidi dengan sebuah pesantren lainnya. Setelah mengunjungi keduanya, ia tak perlu berpikir lama. Spidi menjadi pilihan pertamanya. Karena langsung jatuh cinta saat pertama kali masuk di sini pada lingkungannya.
"Sekolah Spidi bergengsi." Begitu jawaban Najma Putri, siswi kelas VIII Saintek. Jawabannya membuat saya menerka-nerka. Sebab gengsi adalah hasil gabungan dari harga dan kualitas.
Bersekolah di Spidi memang terkesan eksklusif. Bagi sebagian orang, terasa mahal. Namun menurut sebagian lainnya tak peduli mahal asal kualitasnya bagus.
Kualitas Spidi tak perlu diragukan lagi. Prestasinya sudah mendunia. Itu terlihat dari output santri. Alumninya diterima di beberapa universitas-universitas di luar negeri. Belum lagi di universitas mentereng dalam negeri.
Dalam setahun saja, ratusan piala dan gelar diraih dalam kompetisi akademik, baik tingkat lokal maupun nasional.
Bergengsi karena harga? Mengapa tidak? Mana yang membuat Anda lebih bangga, punya tas branded semisal LV atau tas brand lokal?
Marwah Spidi di mata masyarakat pasti tinggi. Jika Anda berbicara tentang sekolah elit di Indonesia khususnya di Indonesia Timur, pikiran Anda pasti langsung mengarah ke pada Spidi.
Jadi anak siapa yang tak bangga belajar di Spidi?
Demikian tulisan saya hasil ngobrol-ngobrol dengan beberapa siswi.
Mari bergabung bersama kami.Â
Terima kasih telah meluangkan membacanya.
Wassalam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H