Belum lagi, dari jauh kelokan sungai Jeneberang hingga dam Bili-Bili bisa menjadi latar belakang berfoto yang sangat bagus.
Surga yang sempurna untuk berburu view bagi pecinta dunia fotografi untuk dibagikan di media sosial. Sayangnya masih tersembunyi.
Bisa menjadi lokasi wisata pegunungan selain Malino bagi orang kota khususnya kaum millenial.
Hanya butuh sentuhan sedikit promosi serta akses jalan yang bagus agar orang tak berpikir dua kali ke sini.
Kami melewati perbatasan Gowa-Sinjai setelah ashar. Di sini jalannya lebih luas. Beraspal mulus. Mungkin karena ini jalan provinsi. Masih ada sejam setengah lagi untuk sampai di Sinjai.
Tak lupa mampir ke sebuah warung kecil untuk mengisi perut. Rekomendasi pimpinan pesantren yang saban pekan lewat sini. Katanya konronya enak.
Sup konronya memang maknyus. Bukan karena kami sedang lapar. Tapi karena memang enak.
Sayang porsinya sangat sedikit untuk kami yang sedang kelaparan.
Kata pimpinan: biasanya banyak.
Tanpa ditanya, ibunya bilang kalau pasokan daging dan tulang tidak datang hari ini dari kota.
Mungkin melihat wajah kami yang terlihat masih ingin tambah.
Tapi beliau tak kehabisan akal. Buah pisang, manggis, dan pepaya, beliau hidangkan buat kami. Manggisnya habis. Pisangnya tidak, tapi disuruh untuk naikkan ke mobil buat bekal.
Pulang nanti, saya mungkin bisa cari sup konro di tempat lain sebagai pelampiasan.
Mobil kembali menderu. Tiba di tujuan menjelang Maghrib. Alhamdulillah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H