Mohon tunggu...
Mudzakkir Abidin
Mudzakkir Abidin Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru yang suka menulis

Menulis adalah sumber kebahagiaan. Ia setara dengan seratus cangkir kopi dalam menaikkan dopamine otak. Jika kopi berbahaya jika berlebihan dikonsumsi, namun tidak dengan tulisan, semakin banyak semakin baik buat otak.

Selanjutnya

Tutup

Life Hack Pilihan

Berbuka dengan Rokok

29 April 2022   21:03 Diperbarui: 8 Juni 2022   19:29 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber galeri pribadi

Di sini, rasa persaudaraan dan kekeluargaan mereka setebal asap rokok yang mengepul dari setiap mulut.
Sangat hangat. Sehangat ruangan yang penuh asap.


Saya selalu merasa senang di sini.
Saya yakin itu bukan bentuk ketidakhormatan mereka pada tamu, justeru itulah bentuk jamuan mereka yang terbaik.


Rokok menjadi penganan teristimewa yang tak pernah tersisa di piring.
Saya menghitung, setiap orang dalam 15 menit bisa menghabiskan 2-3 batang.


Asap menyelahi tiap bibir yang komat-kamit berbicara dalam bahasa Makassar khas Jeneponto. Saya bahkan bisa melihat asap itu menyempil di antara gigi-gigi berkarat yang tersenyum.


Saya hanya kebetulan tamu yang tak merokok. Sendiri. Di antara belasan pria. Mereka tahu, saya tak merokok.
Pembicaraan mereka lepas, tak menentu topiknya. Tapi saya tertarik pada rokok hingga menanyai tuan rumah.
"Sehabis buka puasa, saya tak biasa makan malam. Makan malam setelah isya. Biasanya hanya merokok. Bisa sampai tiga bungkus sampai tidur malam."jawabnya penuh bangga.


"Balas dendam yah..."kataku.
Ia tersenyum saat saya selesai mengatakan itu.
"Selama 28 hari Ramadhan ini saya sudah menghabiskan 10 pack rokok..." tambahnya dengan bangga.


Apa yang ia ucapkan mungkin tak berlebihan sebab batang rokoknya belum habis dihisap saat ia mulai membakar rokok baru lagi.
Nyaris tak tak ada jeda buat paru-paru untuk mengonsumsi udara bersih.
Bayangkan betapa 'hebatnya'.

Ada yang unik di sini saat buka puasa di masjid. Saya tak pernah melihatnya di tempat lain. Rokok ikut menjadi hidangan selain kue-kue manis dan sirup. Dan hanya rokok yang piringnya diedarkan ke jamaah. Untungnya saya tak melihat ada yang menjadikan rokok sebagai pembuka puasa.


Sebagian besar keluar masjid untuk menghabiskan sebatang rokok sebelum ikut magriban berjamaah.

Owh iya, ternyata mereka semua bisa meninggalkan rokok saat puasa.
"Apakah ada keinginan kuat untuk merokok saat puasa?"
Tanyaku pada tuan rumah lagi.
"Tidak. Tidak ada sama sekali..."
"Owh, berarti setelah puasa itu hanya sugesti."
Ia tampak tak paham maksudku.

Tapi di sini, seperti saya,  Anda akan senang saat dijamu meski dengan 'bonus' asap rokok.
Ketulusan dan kehangatan tuan rumah terlihat murni.
 

~Lompo Depa, Rumbia, Jeneponto, Sul-Sel~

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Life Hack Selengkapnya
Lihat Life Hack Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun