1. Yang bersifat melalaikan dari amal ibadah (Al-Laghwu). Contohnya sangat banyak seperti bermain game, tidur, menonton konten tak bermanfaat, bermain sosmed, malas-malasan dan sebagainya.
Pada dasarnya Al-Laghwu adalah pekerjaan yang bersifat mubah, namun menjadi melalaikan jika saja dilakukan berlebihan sehingga membuat alpa dari tujuan beramadhan. Setan pun suka menggunakan cara ini. Prinsip setan adalah jika tak bisa menjerumuskan hamba pada hal-hal diharamkan, maka ia menjauhkan hamba dari ibadah.
2. Yang bersifat mengurangi pahala puasa (Ar-Rafatsu/Az-Zuur). Contohnya pun banyak seperti berbohong, mencela, mengghibah, menuduh, marah, benci, melihat aurat lawan jenis secara sengaja, dan sebagainya.
Meski  tersebut tidak membatalkan puasa secara syar'i namun membuat pahala puasa berkurang dan ruh puasa menjadi tak berarti.
Dalam hadis dijelaskan bahwa puasa bukan hanya soal menahan diri dari makan dan minum, tapi juga dari ucapan dan perbuatan sia-sia dan kotor.
Dalam hadis lain juga disebutkan bahwa Allah tak butuh pada puasa orang yang meninggalkan makan dan minum, namun tak mau meninggalkan perkataan dan perbuatan haram.
Kita berikan contoh kasus sebagai permisalan perbandingan apa yang terjadi dalam majelis imam Malik dan apa yang terjadi dalam bulan Ramadhan.
Kasus pertama: di awal Ramadhan, jumlah muslim yang ikut shalat tarawih membludak. Hingga terkadang masjid tak mampu memuat. Seiring berjalan waktu, para jamaah pun berkurang. Apa pun alasannya, mereka teralihkan oleh gajah-gajah.
Kasus kedua: di awal bulan Ramadhan banyak orang begitu semangat untuk membaca Al-Qur'an. Namun seiring waktu berjalan, semangat mereka berkurang drastis. Yang tadinya bisa satu sampai lima juz perhari, akhirnya berkurang dari jumlah itu. Apa pun alasannya, mereka teralihkan oleh gajah-gajah.
Oleh karena itu mari mewaspadai dan menghindari para gajah tersebut agar Ramadhan kita bisa lebih fokus pada tujuan dan harapan kita di awal bulan Ramadhan untuk mendapatkan gelar ketakwaan seperti yang Allah janjikan dan juga ampunan, rahmat, serta ridha-Nya.
Ramadhan belum berakhir. Bahkan puncak dari keisimewaan bukan Ramadhan terletak pada 10 malam terakhir karena di sana ada malam Lailatul Qadar. Nabi bahkan tidak pernah terlihat lebih banyak ibadahnya dibandingkan apa yang beliau lakukan di 10 terakhir di bulan Ramadhan. Jika kita merasa 20 hari pertama fokus dan tujuan kita beramadhan dialihkan oleh gajah-gajah, maka masih tersisa 10 hari terbaik dari bulan Ramadhan  untuk mencapai cita-cita kita untuk menjadi pribadi bertakwa. Maka Mari kita maksimalkan.
Semoga kita menjadi seperti Imam Al-Laitsi dalam konteks beramadhan. Amin
Terima kasih banyak.
Wassalam