"Saya pikir keluar dari pesantren membuat saya bisa bebas, ternyata saya hanya menyesal." Ujar Nabila Alfi Khairah.
Kali ini kita akan berkenalan dengan siswi cantik asal kota Mamuju. Namanya Nabila Alfi Khairah, kelas XI Saintek, Sekolah Putri Darul Istiqamah (Spidi) yang terletak di kota Maros, Sulawesi Selatan.
Sore setelah ashar, kami ngobrol dengannya di gazebo. Setelah tahu ia dan teman-temannya batal mengikuti mapel renang di sore hari karena kegiatan assembly.
Ia tersenyum manis saat kami pertama kali bertemu dengan kami.
"Ada apa yah, Ustadz? Tanyanya penasaran saat kami menanyakan kesiapannya untuk berbincang.
Ia punya kisah yang unik berkaitan dengan perbandingan belajar di sekolah pesantren dengan sekolah umum. Sangat layak untuk dituliskan agar bisa menginspirasi kita semua.
Gadis yang beberapa hari lagi berulang tahun ke 17 tahun ini sempat mencicipi pendidikan menengah atas di Mamuju, pada sebuah sekolah SMA favorit di sana selama setahun (kelas X), namun kembali lagi masuk ke Spidi saat naik kelas XI.
Apa yang membuatnya kembali ke Spidi? Kita akan simak pengakuannya.
"Saat kelas sembilan saya berpikir ingin mencari suasana baru. Mencoba pengalaman baru dalam belajar. Temanku banyak yang inginnya seperti itu juga." Jawab gadis berkulit putih ini saat ditanya mengapa lanjut di luar Spidi.
"Sebenarnya orang tua tidak mendukung saya untuk lanjut di sekolah umum. Tapi saya sendiri yang bertekad. Mereka tak mau memaksa saya." Tambahnya dengan tersenyum malu.