Tak heran jika Spidi begitu cepat menjelma menjadi salah satu sekolah Islam berasrama wanita terfavorit di Indonesia Timur. Saya bisa membuktikannya. Dari data yang saya dapatkan lewat wawancara langsung dengan siswi, siswi Spidi berasal dari berbagai daerah di Indonesia Timur, mulai dari Sul-Sel sendiri, Sultra, Sulbar, Sulteng, Ambon, Kalimantan, hingga Papua.
Menurutku pribadi, bargaining setiap orang yang terafiliasi pada Spidi, siswi atau pun staf pengajar harusnya bisa naik berkali lipat di mata masyarakat. Karena efek nama Spidi yang terkesan mahal dan eksklusif.
Makanya saya selalu memotivasi para siswi dan berusaha menumbuhkan rasa bangga dan cinta mereka terhadap almamater. Tak jarang dengan kalimat guyonan begini : "Kelak nanti, jangan mau dikasih uang Panai murah. Kalian adalah alumni Spidi. Spidi membuat nilai jual kalian melambung tinggi."
Rasa-rasanya mimpi ustadz Muzayyin Arif, pembina utama Spidi untuk menjadikan Spidi sebagai sekolah terbaik se-Indonesia Timur sedang berproses. Itu terlihat dari apa yang orang -orang katakan tentang Spidi dan apa yang saya rasakan sendiri.
Selamat, Spidi. Saya tak pernah mengucapkan selamat ulang tahun. Jadi saya tak mengucapkannya untukmu. Â Tapi saya bisa berdoa semoga Allah memberkahi umurmu yang ke sebelas tahun ini.
Dan semoga Allah memberi manfaat dengan keberadaanmu pada agama dan umat Islam.
Jaya dan Malebbi selalu...!!!
SAYA BANGGA MENJADI CIVITAS SPIDI.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H