Mohon tunggu...
Mudzakkir Abidin
Mudzakkir Abidin Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru yang suka menulis

Menulis adalah sumber kebahagiaan. Ia setara dengan seratus cangkir kopi dalam menaikkan dopamine otak. Jika kopi berbahaya jika berlebihan dikonsumsi, namun tidak dengan tulisan, semakin banyak semakin baik buat otak.

Selanjutnya

Tutup

Trip

Ayo ke Turki

8 Agustus 2021   09:38 Diperbarui: 8 Agustus 2021   10:00 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Travel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Hari ini, setengah hari, mengeksplor kawasan distrik Fatih, Istanbul dengan jalan kaki. Cuci mata, wisata, belanja, olahraga, sekalian belajar sejarah.

Distrik Fatih adalah tempat paling bersejarah di Istanbul. Penuh dengan tempat-tempat historikal. Ada benteng Konstantinopel, masjid Fatih, makam pahlawan Islam, Muhammad Al-Fatih, Sultan Mehmed Square, dan spot bersejarah lainnya.

Distrik Fatih letaknya agak berbukit. Itu terlihat dari jalannya ada yang menanjak, ada yang menurun. Bangunan rumah, ruko, dan apartemen pun begitu. Basementnya lebih rendah dibanding jalan.

Kalian nonton atau pernah dengar, kan sejarah penaklukan benteng Konstantinopel. Yang mana pasukan muslim menarik kapal menyeberangi bukit?

Di sini, lingkungannya jauh lebih Islami dibanding tempat lainnya di Turki. Mungkin karena pengaruh  banyaknya muslim Suriah yang sudah berdomisili di sini. Terlihat dari masjid-masjid yang yang ada di setiap kompleks, tanda spritualitas agama hidup di negeri sekuler ini.

Setelah sarapan, kami keluar jam 10 pagi. Tapi lebih mirip suasana jam tujuh pagi di Indonesia. Masih sangat dingin. Jadwal shalat shubuh memang sekitar jam tujuh pagi.

Apartemen yang kami tinggali berada tepat di depan pasar Karagumruk. Sejak keluar pintu apartemen, kami sudah harus berjejal dengan pengunjung pasar tradisional yang dibuka hanya setiap hari Senin ini. Pasarnya sangat ramai. Yah, setiap pasar pasti begitu.

Mata kami dimanja oleh barang-barang jualan berupa sayur dan buah segar. Ukurannya besar-besar. Dua atau tiga kali lipat ukuran Indonesia. Harganya murah sekali pula.

Kami berjalan menuju ke arah barat, ke masjid Fatih. Di sepanjang jalan menuju masjid Fatih, berderet ruko-ruko menjual beragam barang dagangan. Cenderung mirip kompleks pasar dibanding sebuah kota.

Setelah berjalan sekitar 20 menit, tibalah kami di masjid Fatih. Masjid yang yang dibangun atas perintah Fatih Sultan Mehmed (bahasa Turki) pada tahun 1463  M. Di atas situs bekas sebuah gereja Byzantium yang telah hancur.

Pelataran masjid cukup luas. Semuanya berlantai ubin. Mirip kompleks yang terdiri dari masjid dan sarana-sarana lainnya. Ada makam Sultan Muhammad A-Fatih di bagian kanan masjid. Hanya saja makamnya sedang tertutup saat kami tiba. Jadi tak bisa masuk ke dalam.

Kami menyempatkan berfoto dengan latar belakang masjid Fatih. Atau pun dengan merpati-merpati jinak yang tinggal di kawasan masjid.

Sepulang dari masjid Fatih, kami melewati jalan lain. Tapi suasananya sama. Sepanjang jalan yang kami lalui dikelilingi oleh ruko-ruko atau pun lapak jualan. Ada banyak orang di jalan. Pengunjung pasar atau sekadar lewat.

Tak lupa mampir ke sebuah toko baju. Mirip stand Matah*ri di Indonesia. Baju-baju yang dipajang kebanyakan jaket atau pun sweater. Pakaian musim dingin. Tak aneh, sebab sekarang sedang musim dingin. Harganya murah-murah. Bisa dua kali lipat lebih murah dibanding harga Indonesia. Padahal kualitas dan modelnya jauh lebih bagus.

Karena harganya murah, saya mencoba menghubungi keluarga dan teman di Indonesia. Tak ada yang tak suka saat melihatnya lewat video atau foto. Hampir semuanya memesannya sebagai oleh-oleh. Tapi kecewa saat saya suruh untuk mentransfer uang. Ada uang ada barang...

Saat tiba di rumah kembali, kami kembali lapar. Cuaca dingin memang membuat cepat lapar. Buah-buah segar di pasar depan apartemen kami borong. Jeruk, pisang, delima, hingga apel. Rasanya enak sekali.

AYO KE TURKI...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun