Beberapa hari lalu Idonesia bergembira. Di tengah bencana wabah pandemi ini yang menakutkan ini, ada orang bermurah hati menyumbangkan hartanya senilai dua triliun untuk penanganan wabah. Nominal uang yang tak main-main.
Sumbangan atas nama Akidi Tio, seorang pengusaha keturunan Tionghoa asal Aceh. Ia sudah meninggal, jadi diwakili oleh Haryanti, anak bungsunya.
Ramai-ramai orang-orang memuji keluarga Akidi Tio atas sumbangannya. "Mendiang Akidi Tio penyumbang terbesar untuk sosial setelah Bill Gates." puji seorang politikus terkenal.
Bahkan para buzzer istana pun turut bersuara. Tapi suara mereka sumbang. Suara mereka seragam buruknya untuk menyerang orang lain. Yang siapa lagi kalau bukan para oposan khususnya para da'i yang sering berseberangan dengan pemerintah.
"Nih, orang Tionghoa yang kalian benci malah menyumbang dua triliun. Mana nih HRZ, UBN, RR, dll malah nyumbang ke negeri lain?" Begitu kurang lebih redaksi ejekan mereka.
Beberapa hari ini seorang pengusaha sekaligus wartawan senior, Dahlan Iskan menyelidiki siapa Akidi Tio dan keluarganya. Kesimpulan beliau, tak ada tanda-tanda bahwa mereka adalah miliuner. Bahkan katanya, Heriyanti, anak mendiang Akidi Tio punya utang tiga milyar pada pihak lain yang tak dibayar-bayar meski sudah jatuh tempo.
Banyak yang menilai apa yang Dahlan Iskan lakukan adalah bentuk ketidakpercayaan pada keluarga mendiang Akidi Tio. Mereka pun nyiyir. "Lebih baik Dahlan Iskan menyumbangkan uangnya untuk Indonesia. Daripada melakukan hal-hal tak perlu." Sindir mereka.
Sudah seminggu berlalu. Uang 2 T yang ditunggu belum juga muncul. Orang-orang yang bergembira minggu lalu pun mulai gelisah, cemas, curiga. Silih berganti. Hingga kepilisian pun kehabisan kesabaran. Dipanggillah keluarga mendiang ke kantor polisi untuk dimintai keterangan.
Hingga terbitlah headline berita nasional "Prank. Uang dua triliun tak ada. Anak Akidi Tio jadi tersangka. Ia dijerat pasal penghinaan kebangsaan."
Tapi Dahlan Iskan masih berusaha berbaik sangka jika uangnya masih ada. Alasannya pencairan dana di Bank singapura sangat ketat. Jadi butuh waktu lama. Ia bilang kalau cairnya Senin (hari kemarin). Tapi hingga hari ini uangnya tak ada sama sekali.
Kita belum berhak memastikan uangnya ada atau tidak. Tapi kepolisian sudah punya keputusan. Anak Akidi Tio ditersangkakan. Alamat jika uangnya hanya di tingkat khayalan. Bahkan pasir pun masih lebih berharga. Entah bagi si dosen bernama Ade Armando.
Memang bangsa ini punya banyak pengalaman tertipu oleh kebanggan yang berlebihan. Dulu seorang bernama Muh. Nuh pernah melakukan Prank 2.5 M pada acara lelang motor listrik Jokowi yang diadakan Projo. Ujungnya si Muh. Nuh dipolisikan meski kemudian tak ditahan dengan alasan dia tak tahu apa-apa.
Lebih jauh sebelumnya, ada yang pernah mengatakan Indonesia punya dana simpanan 11 ribu triliun di bank-bank luar negeri. Katanya sisa diambil saja. Tapi sampai sekarang tidak ada wujudnya.
Kita mungkin adalah bangsa yang mudah terbuai oleh gombalan dan janji palsu. Itulah kenapa bangsa ini susah majunya karena lebih banyak kecelenya. Udah gitu ngeyel lagi...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H