Setiba dari Jakarta, aku dan keluargaku langsung lamaran ke rumah Aisyah. Keluarga besar Aisyah berkumpul di rumahnya. Mereka penasaran dengan calon suami Aisyah yang belum pernah bertemu sebelumnya bahkan mendengar suaranya pun belum pernah. Hanya melihat fotonya yang terpampang di Biodata.
Aku pun tiba di rumah Aisyah. Keluarga besarnya menyambut. Beberapa di antara mereka mulai berbisik-bisik. Beberapa yang bergantian mengintip di balik tirai. Aku tetap tenang. Aku dapat menguasai diri ku. Entah kenapa aku sangat yakin ia tidak akan mengecewakanku.
Orang tuanya memanggil Aisyah keluar ke ruang tamu. Jantungku mulai berdetak kencang. Alirah darah ke muka mulai tak terbendung. Keluarlah di balik tirai kuning itu seorang bidadari dengan gamis hitam dan kerudung merah marun. Aisyah berjalan malu menuju hadapanku dan menganggukkan kepalanya sekali. Kami tidak boleh salaman karena bukan mahram.
Aku membalas anggukan kepalanya. Bibirku terkunci, terdiam seribu bahasa. Tak tahu harus berkata apa. Aisyah duduk di kursi akak jauh dariku. Sesekali aku mencuri memandang wajahnya sambil mendengar pembicaraan keluarga yang membicarakan hari pernikahan dan teknis pernikahan lainnya.
Petualanganku mencari jodoh akhirnya mencapai tujuan. Akhir yang bahagia dan menghapus segala kelelahan perjalanan mencari jodoh. Sungguh takdir Allah tidak ada yang tahu. Namun, kita harus yakin bahwa takdir Allah adalah yang terbaik untuk kita. Tugas kita adalah ikhtiar dan bertawakkal kepada-Nya. Seperti itulah aku menikah cara kanan.
***
Abiii, sudah hampir jam 7, abi kok belum mandi? Anak kita sudah siap berangkat sekolah sayang. Sahut istriku yang sibuk menyiapkan bekal untuk anak kami yang mau ke sekolah. Akupun tersadar. Kuteguk semua sisa kopi di gelas, hingga tersisa tinggal ampasnya. Si sulung sudah mengenakan seragam sekolah TK nya yang berwarna kuning hijau. Adek perempuannya masih tertidur di kamar. Adek laki-lakinya alias si bungsu duduk di depanku juga menikmati pisang goreng dengan segelas susu coklatnya.
*Tulisan ini juga dapat Anda baca di Buku-KangLintang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H