Mohon tunggu...
Akhmad Alvian Nanda
Akhmad Alvian Nanda Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Pembaca buku | Kolektor buku | Young Librarianpreneur | Penulis | Hypnotist |

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Harga BBM Naik, Apakah Amal Shadaqah Kita Bertambah?

22 November 2014   03:11 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:10 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_336980" align="aligncenter" width="300" caption="Sumber gambar : www.islamitubaik.blogspot.com"][/caption]

Pemerintah Indonesia akhirnya menaikkan harga BBM pada hari senin, 17 November 2014 sehingga berdampak pada naiknya harga berbagai kebutuhan khususnya harga kebutuhan pokok seperti sayur mayur, telur, dll. Tentu pemerintah menaikkan harga BBM bukan asal menaikkan harga BBM semata namun melalui serangkaian kajian yang sudah dilakukan dan tentunya untuk kebaikan bangsa Indonesia. Meskipun demikian sebagai mahasiswa saya merasakan betul dampak dari naiknya harga BBM tersebut. Terutama untuk membeli bahan makanan maupun untuk membeli lauk makan yang saat ini naik berkisar Rp1.000 hingga Rp2.000. Selain itu dampak naikknya harga BBM juga dirasakan oleh teman-teman saya yang sering menggunakan jasa angkutan umum dimana untuk tarif angkutan umum juga naik kisaran Rp1.000-Rp2.000.

Pada tulisan saya kali ini saya tidak membahas mengenai dampak negatif dari kenaikan harga BBM, namun saya cenderung ingin berbagi pengalaman mengenai konsep sedekah ditengah perbincanan pro-kontra kenaikan harga BBM. Pada saat kita masih kecil (SD) tentu kita sudah diajarkan untuk bersedekah oleh kedua orang tua maupun oleh guru-guru kita, meskipun dalam prakteknya nominal sedekah yang kita berikan relatif kecil mungkin kisaran Rp100-Rp1000. Nah pertanyaannya ialah seiring dengan berjalannya waktu apakah kita masih terbiasa untuk bersedekah meskipun dengan nominal yang cenderung kecil ? Padahal biaya kebutuhan pokok yang lain untuk memenuhi kebutuhan kita selama masih ada di dunia naik mengapa justru tabungan kita untuk di akhirat justru tetap relatif kecil meskipun kita laksanakan rutin.

Menurut saya kehidupan kita di dunia ini ibarat cermin, ketika kita bercermin kemudian kita menampakkan wajah ceria maka cermin tersebut juga akan menyambut dan menampilkan wajah bahagia kita, sebaliknya jika kita menampilkan wajah marah tentu pantulan bayangan cermin yang akan kita lihat juga adalah tampilan amarah wajah kita. Nah seharusnya begitulah kita menyikapi kenaikan harga BBM, berkaitan dengan sedekah yang pernah diajarkan kepada kita sebagai tabungan kita di akhirat kelak apakah kita sudah menaikkan nominal amal sedekah kita yang mungkin awalnya hanya sekedar Rp100 rupiah menjadi Rp1000, yang sebelumnya Rp1000 menjadi Rp2000 hingga seterusnya. Memang sulit untuk memulainya, namun jika tidak secepatnya kita awali, kita akan menyesal ketika kita punya kesempatan untuk beramal sedekah banyak namun tidak kita manfaatkan sebaik-baiknya. Bukankah kita pernah mendengar sebuah pepatah bahwa sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit, namun jika kita bisa menambah yang biasanya sedikit menjadi lebih banyak tentu bukit yang akan kita peroleh lebih besar.

Akhirnya sudahkah kita menambah amal sedekah kita daripada biasanya ketika harga seluruh kebutuhan hidup di dunia naik, apakah cicilan tabungan untuk akhirat kita juga sudah kita naikkan nominalnya ataukah masih tetap sama. Bukankah semenjak kecil kita diajarkan bahwa apapun yang kita berikan kepada orang lain maka kita akan mendapatkan balasan yang sesuai dengan yang apa kita berikan. Akhir kata ketika kita tidak mempunyai harta untuk kita bagi maka senyuman kepada orang lain adalah amal sedekah paling murah di dunia. Artikel ini bukan bermaksud untuk menggurui namun sekedar berbagi. Selamat bersedekah ! (Aan)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun