Mohon tunggu...
Mochammad Akhsan Aziz Izzulhaq
Mochammad Akhsan Aziz Izzulhaq Mohon Tunggu... Ilmuwan - pemikir

flexibel man

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dinamika Pengaruh Santri dan Pesantren

18 Juli 2019   10:00 Diperbarui: 18 Juli 2019   10:15 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Luasnya wilayah yang ada di Indonesia merupakan bukti bahwa bangsa ini memiliki kekayaan yang luar biasa. Adanya perbedaan suku, ras, ethnis, dan agama bukan menjadi sebuah persoalan bagi bangsa Indonesia. Hal ini dikarenakan bahwa Indonesia memiliki banyak  institusi bidang pendidikan yang tidak hanya mengajarkan ilmu-ilmu pengetahuan yang baru, akan tetapi pemahaman tentang kearifan lokal yang wajib terus dijaga. Salah satu tempat pendidikan yang mengajarkan keduanya adalah pondok pesantren (ponpes).

Miniatur  Negara merupakan sebutan yang sangat cocok untuk disematkan pada pondok pesantren. Pendapat demikian bisa dilihat bahwa hampir semua santri di ponpes memiliki latar belakang yang berbeda, mulai dari suku, gaya bahasa dan cara berfikirnya. Perbedaan-perbedaan tersebut merupakan sebuah representasi dari bangsa Indonesia dimana Indonesia sendiri memiliki lebih dari 500 suku dan berbagai macam aliran kepercayaan. Disisi lain, adanya keberagaman tersebut merupakan sebuah rahmat dari Allah SWT bagi umat manusia agar saling mengenal satu sama lain.

   Sebagai sebuah lembaga pendidikan yang cukup konsisten dalam meyalurkan metode pembelajaran, banyak lulusan pondok pesantren yang memiliki kredibilitas cukup mumpuni dan mampu berpengaruh di level nasional dan internasional. Beberapa tokoh seperti Gus Dur adalah seorang santri dari ponpes Tebu Ireng, Jombang yang bisa menjadi presiden ke-3 Indonesia. 

Kedua,  Prof. KH. Said Aqil Sirajd merupakan lulusan ponpes Lirboyo, Kediri, dengan konsep islam nusantaranya mampu memperkenalkan bangsa Indonesia diseluruh penjuru dunia dan mampu menjadi mediator serta rujukan negara-negara yang memiliki konflik berkelanjutan seperti di timur tengah. Dan yang ketiga adalah Prof. KH. Maruf Amin sebagai wakil presiden terpilih periode 2019-2024, kemenangan beliau di pemilu 2019 mampu menjawab semua pertanyaan dan keraguan tentang eksistensi islam yang damai dan ramah di Indonesia di tengah maraknya isu radikalisme yang menyebar. Ketiga tokoh tersebut adalah bukti nyata bahwa pendidikan yang diajarkan di ponpes mampu menjawab problematika umat dan mampu diterima berbagai kalangan.

Keberadaan dan kontribusi santri dalam pembangunan moral dan intelektual sudah lama adanya sebelum Indonesia  merdeka. Prinsip cinta tanah air sebagian dari iman yang ditanamkan oleh Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asyari menjadi penyemangat para santri untuk membela tanah air dari gangguan para penjajah dan sampai saat ini, peran tersebut masih terawat dengan baik. 

Hal tersebut dapat dilihat dari sinergi yang di tunjukkan oleh pemerintah dan para ulama khusunya kyai-kyai dari Nahdatul Ulama untuk menetapkan 22 oktober sebagai hari santri nasional. Penetapan tersebut adalah bentuk apresiasi perjuangan para santri dan mampu memunculkan semangat bela negara serta cinta tanah air. 

Upacara bendera, menyanyikan lagu kebangsaan, dan kirab santri merupakan rangkaian acara yang dilaksanakan pada 22 oktober. Kegiatan seperti ini menunjukkan bahwa jiwa nasionalisme dan patriotisme seorang santri tidak perlu diragukan.    

Di era globalisasi sekarang ini penyebaran teknologi dan informasi mampu berpengaruh besar bagi umat islam. Keduanya turut berperan dalam mempopulerkan isu-isu bohong atau dikenal dengan berita HOAX. 

Kemudahan akses informasi dari media sosial, membuat isu menyesatkan yang terkait ajaran agama dengan mudah disebarluaskan. Bagi seorang yang awam ilmu agama, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi akan banyak memberi dampak negatif seperti radikalisme dan terorisme. 

Hal ini dikarenakan, tidak adanya seorang mursyid atau guru yang mumpuni untuk mengarahkan tentang penjelasan sebenarnya tentang ilmu agama yang dipelajari. 

Pengaruh tersebut sangat kecil kemungkinannya dialami oleh santri, karena pengajaran yang diterima bukan sebatas ilmu pengetahuan yang didapat dari kitab-kitab kuning dan teknologi modern akan tetapi, pelajaran nyata dari akhlaq seorang guru yang mampu menangkal segala bentuk dampak buruk dari perkembangan informasi dan teknologi.    

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun